KITA YANG TAK SAMA

By marthaleoch

34.4K 3.2K 1.1K

"Kamu sadar ga sih? Kita tuh ga sama! Dan ga akan berada di posisi yang sama lagi untuk melangkah ke masa dep... More

INTRODUCE
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
OH HI!
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T E E N
N I N E T E E N
T W E N T Y
T W E N T Y O N E
T W E N T Y T W O

T W E L V E

942 153 11
By marthaleoch

"Shane, jangan lupa jam setengah lima kumpul ya, ada farewell" pinta Ravco teman satu divisinya

"Farewell siapa? Siapa lagi yang mau resign?" tanyanya

"Lah?!! lu belum tau?!"

"Belum" ucapnya polos sambil menggelengkan kepalanya

"Dih, gua pikir lo udah tau. Emang tadi lo lunch sama Igna dia ga ada ngomong apa-apa gitu?"

Shane kembali menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Ravco.

"Si Igna yang mau resign, bodoh!" jelasnya

"Igna?"

"Iya"

"Loh kenapa? Bukannya dia baru balik dari Sulawesi terus kerja di Jakarta lagi?" tanya Shane seakan meminta penjelasan

"Gatau gua, mau married kali dia" celetuk Ravco

"Married sama siapa?" tanya Shane kembali dengan nada yang mencerminkan ketidaksukaannya pada berita itu

"Lo tanya aja langsung sama Igna. Kan lo deket sama dia" usul Ravco

"Lo jangan dengerin dia Shane hahaha" terdengar suara Igna dari depan pintu

Igna yang melihat wajah Shane sedikit ditekuk pun menarik kursi dan duduk tepat di hadapan Shane dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Mulai dah drama nih manusia berdua. Mending gua keluar deh" celetuk Ravco sambil berlalu keluar dari ruangan yang disambut dengan tatapan dari Igna dan Shane

"Lo beneran resign Na?"

Igna hanya mengangguk kecil dan tersenyum atas pertanyaan Shane.

"Hari ini?" tanya Shane lagi

"Iya"

"Bukannya lo hari ini baru balik dari Sulawesi?"

"Hem, emang kenapa?" tanyanya sambil terus tersenyum pada Shane

"Engga apa-apa. Cuma kaget aja, tadi pas lunch lu juga ga ada bilang apa-apa sama gua"

"Tadi gua mau bilang sama lo, cuma udah keburu ada teman lo si Karine sama Ryo" jelasnya

Shane menganggukan kepalanya tetapi dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya.

"Sedih ya gua resign?" goda Igna

"Lo beneran mau married? Kenalin dong sama gua calon lu!" celetuk Shane yang mencoba menutupi perasaan tidak karuannya

Igna tertawa mendengar pertanyaan Shane." Iya nanti gua kenalin sama lo ya, tapi entar. Ga sekarang".

"Udah lanjutin kerjaannya sana. Gua mau beresin meja dan berkas dulu di ruangan gua" ucap Igna sambil mengelus lembut rambut Shane.

Igna pun beranjak dari kursinya dan melangkah keluar dari ruangan Shane. Langkahnya sempat terhenti sejenak dan menengok ke arah Shane di belakangnya. Sekali lagi Igna memberikan senyumnya yang sangat manis pada Shane yang tentunya dibalas juga oleh Shane, walaupun hanya dengan senyuman getir.

Shane, please lo sendiri yang mulai perasaan deg-deg an ga jelas itu terus sekarang lo juga kan yang kesal sendiri dengar Igna mau married. Please jangan kepedean!

Engga Shane, Igna tuh suka sama lo. Dia resign bukan karena mau married. Mungkin karena emang dia mau mencoba pekerjaan baru di luar sana. Who knows?

"Ahhhh, Shit!! Kenapa sih jadi kepikiran dia? Calm down Shane. Lo ga boleh kepedan, ga boleh sedih, ga boleh kesal juga. Biasa aja sikap lo, biasa aja. Please"
gerutu Shane sambil mengacak-acak rambutnya.

Shane menarik nafasnya panjang dan segera melanjutkan pekerjaannya. Wanita itu terus berusaha untuk berkonsentrasi. Hingga tak terasa, teman-temannya memanggil untuk segera bergabung ke ruangan Igna untuk merayakan acara perpisahannya.

Shane melangkahkan kakinya gontai menuju ruangan Igna. Disana sudah banyak teman-temannya berkumpul dan bercanda. Ada juga yang memegang hadiah untuk diberikan kepada Igna sebagai kenang-kenangan.

"Wah jadi nih kayanya bos gue married setelah hengkang dari sini" celetuk salah satu teman divisinya Igna

"Bener nih mau married?! Mantap Igna"

"Gue pikir lo lumutan Na disana, sekalinya pulang ternyata mau resign"

"Gapapa, duitnya udah banyak bos Igna. Udah kekumpul tabungannya buat married"

Suara ledekan untuk Igna terus sahut menyahut. Shane yang sedari tadi berdiri di depan pintu pun terus memperhatikan Igna, hingga akhirnya Igna pun sadar bahwa sedari tadi Shane melihat ke arahnya. Igna kembali memberikan senyum manisnya kepada Shane, begitu juga dengan Shane yang kembali memberikan senyum yang seakan masih menggambarkan kegetiran di hatinya.

"Udah, udah kita mulai langsung acaranya" ucap Pak Afar

"Siap, lanjut Pak Afar" seru salah satu karyawan

"Jadi seperti yang kalian tau ya semuanya, kalau hari ini teman kita Ignartius Vallerio akan resign dari kantor ini. Ya, yang kita tau bahwa beliau ini sudah tujuh tahun ya kerja sama-sama dengan kita di perusahaan ini walaupun satu setengah tahunnya dihabiskan di Sulawesi. Tapi bagaimanpun jauhnya Igna selama ini dari kita dia tetap mampu menjalankan perkerjaannya dengan baik di perusahaan ini dan juga mampu membuat Dinda merasa rindu dengan gebetannya ini hahahaha" celetuk Pak Afar yang disambut dengan gelak tawa Igna dan karyawan lainnya.

"Nah, saya mengumpulkan kalian disini untuk membantu meringankan jobdesk saya memberikan pesan-pesan untuk Igna yang akan melangkahkan kaki menuju masa depan yang lebih baik. Oke, kita mulai dari Dinda dulu deh. Coba boleh sampaikan pesan-pesannya pada Igna, siapa tau setelah Igna keluar dari sini kalian beneran bisa jadian di luar sana"

Telinga Shane terasa panas mendengar kata-kata gebetan, married atau apapun itu. Entahlah, mungkin Shane cemburu dengan itu semua. Ketika yang lain larut dengan keseruan acara tersebut, berbeda dengan Shane yang sedari tadi sibuk dengan handphone nya untuk mengalihkan pendengarannya.

"Shane!!" teriak Pak Afar

"Ha? Saya? Kenapa Pak?" ucap Shane yang panik karena namanya tiba-tiba dipanggil

"Ayo cepat kasih pesan-pesan kamu buat Igna. Makanya jangan main handphone terus!" gerutu Pak Afar

"O..ohh... I-iya buat Igna semoga ke depannya bisa lebih sukses dan lebih bahagia. Segala apapun yang lo laluin dan lakuin semuanya berjalan lancar sesuai harapan lo" kata Shane

Igna teru mengembangkan senyum manisnya selama Shane berbicara, hingga akhirnya gelombang perasaan pun tidak bisa ditahan oleh Igna. Laki-laki itu melangkahkan kakinya ke arah Shane dan memeluk tubuh wanita itu. Suara riuh pun memenuhi ruangan saat Igna memeluk Shane.

"Thanks Shane" bisiknya sambil memejamkan mata saat memeluk Shane

"Adahh! Udah ini mah. Kayanya ga jadi sama Dinda tapi jadinya sama si Shane" celetuk Ravco

"Yang dipeluk cuma Shane, gilaa! Lama banget lagi, ada magnetnya apa gimana itu?" celetuk yang lain

Shane yang merasa risih dan gugup dengan suara sorak-sorakan dari temannya pun melepaskan tubuhnya dari pelukan Igna. Igna pun juga melepaskan pelukannya seraya mengelus rambut Shane dengan lembut. Seperti sebelumnya, hati Shane berdegup kembali.

"Kita ga dipeluk Na?"

Igna hanya tertawa mendengar permintaan teman-temannya dan memeluk satu persatu yang berada di ruangan itu.

Tuh kan Shane, dia juga meluk yang lain. Ga usah salting lo jadi orang!. Batinnya.

"Sekarang kamu Na yang ucapin kesan dan pesan selama kamu kerja disini" pinta Pak Afar

"Well, saya mau ucapin terimakasih banyak buat para pimpinan disini khususnya buat Pak Afar yang sudah menerima saya dari awal untuk bekerja disini. Sudah mengajarkan saya caranya bekerja dengan baik. Buat teman-teman juga saya mau ucapin terimakasih, sudah menjadi partner kerja yang baik selama tujuh tahun ini. Walaupun benar tadi kata Pak Afar, selama satu setengah tahun saya di Sulawesi tapi koordinasi kita tetap berjalan dengan baik. Jadi sekali lagi saya mau ucapkan terimakasih buat semuanya dan semoga kita tetap diberi kesehatan dan kesuksesan di manapun kita berada. Thanks sekali lagi" ucap Igna dengan senyum manis di wajahnya

"Nah, sekalian kamu jelaskan dong alasan kamu resign. Desas desusnya kan kamu mau married. Bener ga tuh?" kata Pak Afar

Igna tertawa mendengar kata-kata Pak Afar. Doain aja ya. Ucapnya singkat.

"Oke baiklah, karena teman-teman sudah menyampaikan pesan-pesannya. Igna juga begitu, maka kita tutup acara ini ya. Igna, thanks sekali lagi. Sukses terus ya. We'll see you in the next level" ucap Pak Afar mengakhiri acaranya dan memeluk Igna.

Acara selesai, semua kembali ke ruangan masing-masing. Begitu juga dengan Shane yang segera kembali ke ruangannya untuk mengambil tas lalu pulang. Tapi langkahnya terhenti ketika suara Igna memanggil namanya di ujung koridor.

"Shane"

"Iya?" respon Shane

"Pulang sama gua ya" ucap Igna

"Gua bawa mobil sendiri Na"

"It's oke ga apa-apa. Gua ikutin lo dari belakang ya, kita mampir dulu ke Mayya Caffe di daerah Bintaro"

"Hemm, oke. Gua ambil tas dulu sebentar"

"Oke, gua tunggu di depan meja recepsionist ya"

Shane menganggukan kepalanya dan berlalu ke dalam ruangannya untuk mengambil tas dan segera menemui Igna yang sudah menunggunya.

"Jangan lupa absen" seru Igna

"Iya udah kok"

"Yaudah yuk jalan sekarang" ajak Igna

Mereka pun berjalan menuju lift untuk turun ke lobby dan tentunya ke parkiran mobil.

"Gua di B4. Lo dimana?" tanya Shane

"Gua di B6"

"Yaudah gua naik duluan ya, gua tunggu di lobby aja" ucap Shane dengan suara yang terdengar sangat lemas

"Oke"

Shane dan Igna pun berpencar untuk mengambil mobilnya. Tanpa memperlambat waktu, Shane segera melajukan mobilnya untuk naik menuju ke pintu lobby untuk menunggu Igna.

"Lo tau jalannya ga?" tanya Igna yang memposisikan mobilnya disamping mobil milik Shane sambil membuka kaca mobil

"Iya tau" jawab Shane

"Oke, gua ikutin dari belakang ya. Jangan ngebut-ngebut!" seru Igna

Shane segera kembali melajukan mobilnya keluar dari Pertama Tower, diikuti dengan mobil Igna di belakang. Sesekali Shane memperhatikan mobil milik Igna dari spion tengah mobilnya. Sementara di dalam mobilnya, Igna pun juga melakukan hal yang serupa. Senyumnya terus mengembang saat memperhatikan Shane mengemudikan mobil, terlebih saat dirinya mengingat ekspresi Shane saat meminta dikenalkan ke calon istrinya.

Dua puluh menit berlalu, mereka pun tiba di Mayya Caffe. Dan segera turun dari mobil untuk masuk ke dalam caffe yang cukup nyaman itu.

"Mau duduk dimana?" tanya Igna

"Di sofa aja" ucapnya sambil menunjuk sofa yang berada di pojok sebelah kanan dari pintu caffe itu

"Permisi, mau pesan apa?"

"Saya liat-liat dulu ya mba" kata Igna pada pelayan itu

"Mau pesan apa Shane?"

"Hmmm, gue mau choco lava cake dong. Minumnya iced soymilk aja"

"Kenyang? Gamau sekalian makan malam aja?"

"Hmm, boleh deh. Yang tadi buat dessert aja"

"Okay, mau pesan apa?"

"Nasi goreng smoked beef aja. Lu pesan apa?"

"Apa ya bingung juga" jawab Igna sambil membolak balikan buku menu

"Gantian kan bingungnya" celetuk Shane

"Hahaha, ketularan lo" sahut Igna

"Mba, saya mau order" panggil Igna pada pelayan disana sambil melambaikan tangannya

Jujur, sedari tadi sikap Igna sangat memukau Shane. Dimulai saat Igna memeluknya, bertanya apa yang ingin dipesan saat pergi makan bersama. Persis seperti sikap.... Brian dulu saat mereka bersama. Ya, Brian. Shane terus menatap gerak-gerik Igna, tetapi pikirannya juga terkadang tertuju pada Brian dan masa lalu mereka.

[•🖍️•]

"Kamu mau makan apa?"

"Mau fish and chips aja"

"Minumnya?"

"Iced peach tea "

"Kamu harus selalu banget ya kalau mau pesan makanan tanya ke aku dulu maunya pesan apa?" tanya Shane sambil tersenyum

"Iya harus, kamu gamau kan perihal makan dan minum aja harus diatur orang lain? Makan dan minum kan hak kamu, bebas kamu yang nentuin" jawabnya

"Orang lain?" tanya Shane dengan wajah meledek

"Maksud aku, kamu gamau kan untuk urusan makan dan minum aja kamu ga bisa bebas nentuin sendiri? Padahal itu hak kamu. Aku gamau kamu terkekang dan merasa ga nyaman cuma karena hal sepele" jelas Brian dengan senyum penuh kebahagiaan yang mengembang di wajahnya

"Aku sayang sama kamu Brian" kata Shane sambil menggenggam tangan kekasihnya itu

[•🖍️•]

"Shane"

"Hei, Shane"

"Iya"

"Bengong?"

"Engga" ucap Shane tersenyum sambil menggelengkan kepalanya

Shit! Kenapa harus keingat sama Brian lagi sih!

"Na, lo kenapa resign?"

"Udah saatnya Shane"

"Bohong!" ketus Shane

"Bohong? Siapa yang bohong?"

"Mau married ya lu?"

Igna yang melihat Shane seperti itu tersenyum. Dia pasti cemburu.

"Kenapa? Lo cemburu?" selidik Igna

"Engga! Siapa yang cemburu?!"

"Kalo engga cemburu kok nge-gas?" ledek Igna

"Na, serius! Jangan bikin gua darah tinggi deh gua lagi cape berdebat"

"Kenapa lo dengerin omongan anak-anak di kantor sih?"

"Gua ga dengerin mereka doang kok. Tadi kan lu juga yang meng-iyakan kalau lu mau married"

"Kapan gua mengiyakan?"

"Tadi pas gua minta lo kenalin calon lo ke gua"

Igna hanya tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Shane yang melihat tanggapan Igna berdecak kesal.

"Lo cemburu ya Shane?" tanyanya dengan nada yang serius

Igna menunggu jawaban Shane kali ini dengan jujur. Iya, gua cemburu! Shit! Batin Shane.

"Gua nanya ga di jawab. Oke, gua resign bukan karena mau married. Tapi karena gua pindah tempat kerja" tegasnya

Shane yang mendegar penjelasan itu merasa tenang sekaligus senang. Senyum tipis mengembang di wajahnya.

"Pindah kemana?"

"PT. Broscha Kitama masih di Jakarta juga"

"Kapan mulai kerja?"

"Besok"

"Owhh"

"Besok pulang kerja gua jemput ya"

"Hah? Ga usah, gua bisa bawa mobil sendiri"

"Yaudah kalau begitu gua jemput pagi-pagi sekalian. Jadi pulang dan pergi sama gua"

"Loh?! Pemaksaan ya" ledek Shane

"Bukan pemaksaan tapi keharusan" jawab Igna enteng

Mereka terus larut dalam pembicaraan yang terlihat mengasyikan, hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam. Makanan mereka pun juga telah habis dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

"Besok kan gua jemput lo, jadi sekarang gua harus tau dulu rumah lo ya"

"Oookeee"

Mobil Shane dan Igna pun melaju keluar dari caffe itu menuju ke rumah Shane, empat puluh lima menit berlalu akhirnya mereka tiba di rumah Shane.

"Gue boleh ketemu orang tua lo?" tanya Igna

Shane hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Orang tua gua dua-duanya udah meninggal Na.

"So...so-sorry. Gue ga bermaksud buat"

"It's okay" potong Shane sambil memberikan senyum pada Igna

"Yaudah kalau gitu gue balik ya. Lo baik-baik, kalau ada apa-apa telefon gua" ucap Igna sambil kembali mengelus rambut Shane.

Seperti yang sudah-sudah, Shane kembali merasa gugup dengan perilaku Igna. Entah apa yang ada di pikiran dan hatinya sekarang, satu yang pasti saat ini, dia merasa nyaman jika di dekat Igna.

Setelah berpamitan, Igna pun segera pulang dari rumah Shane. Hatinya terasa hangat setelah bisa menghabiskan waktu berdua dengan Shane hari ini, walaupun tidak lama. Semoga seterusnya kita bisa dekat seperti ini atau bahkan melangkah ke hal yang membuat kita semakin jauh lebih dekat ya Shane.

🍒🍒

Ada pesan untuk Igna dan Shane? 🥰

Yuk ramein cerita aku, jangan lupa di vote dan comment ya 🧚

Boleh di share juga ke teman-teman yang suka baca cerita 👻

Follow my IG @marthaleoch untuk tau update an terbaru tentang cerita ini 🤎

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 240K 65
Bagaimana jika seorang yang terbiasa dengan menyentuh bertemu dengan seseorang yang tak bisa disentuh sama sekali? Keduanya harus bisa bekerjasama de...