DISA | broken

Par mataair24

2M 131K 17.3K

END. "Gimana kalau kita kasih pelajaran dengan cara bawa ke bar? Kita kerjain, ajak minum, bawa kehotel, trus... Plus

•DISA MAULIDYA•
•ARKAN DAMAREL•
01||
02||
03||
04||
05||
06||
07||
08||
09||
10||
11||
12||
13||
14||
15||
16||
17||
18||
19||
20||
21||
22||
23||
24||
25||
26||
27||
28||
29||
30||
31||
32||
33||
34||
35||
36||
37||
38||
39||
40||
41||
43||
44||
45||
46||
47||
48||
49||
50||
51||
52||
53||
54||
55||
56||
57||
58||
EXTRA PART
⛔️SEQUEL⛔️
?¿

42||

31.1K 2.3K 824
Par mataair24

Semuanya nya butuh waktu, tunggu dan tetap berdoa, jangan berubah atau pun menyerah. Tetap disini dan jangan pernah meninggalkan.
•to disa•
_____________________________________

"Arghh si Arkan lama banget anj, biasanya pagi-pagi gini tu anak udah stay." Rutuk Nanda.

"Sabar lah, gak sabaran banget jadi binatang." Cibir Draka.

"Manusia bego, binatang pala lo!" Koreksi Nanda.

"Noh, orang yang dari tadi lo bacotin muncul noh." Ujar Ipal memandang kearah Arkan yang tampak sedang berjalan menghampiri mereka.

"Nah, Ar!" Panggil Nanda, mulutnya sudah gatal ingin menuturkan sesuatu ini pada Arkan.

"Apaan." Langsung saja Arkan duduk di kantin bude ini, bergabung bersama ketiga teman nya.

"Gawat Ar, sumpah gawat!" Seru Nanda histeris.

Spontan Arkan mengerutkan dahinya bingung. "Gawat kenapa?"

"Ibal pacar adek lo yang lo habisin kemarin masuk rumah sakit. Sampai sekarang gak sadarkan diri, dia koma brokk!" Ujar Draka.

"Udah tau." Singkat Arkan.

"Hah?" Reflek kata itu yang keluar dari mulut Ipal.

"Iya, Asel ngasih tau."

"Dan yang paling gak nyangka nya, Ar." Lanjut Draka. "Ternyata si Ibal itu adek kandung dari ketua 1 Rigez!"

Rigez yang Draka maksud adalah nama geng yang cukup mengerikan. Anggotanya yang berisi sekumpulan preman dan berandalan jalanan. Anggotanya yang dapat terbilang sedikit dari kalangan pelajar. Diakui Rigez memang cukup mematikan, apapun akan mereka lakukan pada lawan nya. Tak pernah gentar dan memiliki mental yang sangat besar. Keluar masuk penjara sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka.

"Rigez." Ulang Arkan, ia tampak mengingat-ingat sembari mengetuk-ngetuk pelan meja kantin ini menggunakan jari telunjuk nya. "Ketua induk Rigez si Andreas bukan sih?"

"Benerr!" Sahut Nanda. "Dan dia adalah abang kandung nya Ibal."

"Trus kalau abang kandung nya emang kenapa? Jangan bilang kalau lo pada takut kalau mereka bakalan nyerang kita gitu? Gentar hah? Ngapain coba takut sama mereka. Andreas mah gak ada apa-apanya." Balas Arkan.

"Tau tuh, suhu kok takut sama cupu." Ipal yang sedari tadi diam sembari menikmati rokok nya itu menjadi ikut bersuara.

"Gak gentar sih. Cuman kaget aja anying kalau mereka itu sebenar nya adek kakak."

"Andreas gak terima adek nya lo habisin, bahkan sampai koma. Jadinya dia mau nyerang Sargam. Ngebales perbuatan setimpal sama lo, Ar. Saran gue pasang badan, jaga-jaga dan hati-hati. Takut mereka bakalan ngeroyok lo habis-habisan ntar." Peringat Nanda.

"Dari pada dia harus datang ke sekolah kita dan ngebuat rusuh. Lebih baik kita yang nyamperin mereka dan tentuin dia mau nya di tempat mana. Biar kelar masalahnya dan si Arkan juga bakalan aman nantinya." Saran Ipal.

Sebuah senyuman miring tertepiskan di sudut bibr Arkan. Ia tampak tertarik dengan hal ini. "Oke, pulang sekolah langsung." Final Arkan.

Arkan menatap ketiga teman nya secara bergantian. "Kabarin yang lain dan suruh siapin alat masing-masing."

"Nanti lo semua duluan aja. Gue bakalan nganter Disa pulang dulu, baru gue nyusul."

Mereka bertiga serempak mengangguk. "Oke, laksanakan."

~o0o~

Sania menutup buku kimia nya. Ia baru saja usai mengerjakan catatan nya. Menurutnya pribadi cukup melelahkan memang belajar bidang study ini. Tapi lain hal nya dengan Disa, wanita itu tampak enjoy dan sangat menikmati semua pembelajaran. Disa yang selalu cepat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Dara yang berada dibangkunya sontak berbalik badan menghadap ke Sania dan Disa yang duduk sebangku, tepat nya berada dibelakang Dara berada.

"Dis." Panggil Dara.

"Hm?" Sahut Disa memandang Dara.

"Bukan apa-apa nih ya, bukan juga bermaksud untuk menyinggung lo. Tapi jujur-jujur aja nih ya, makin kesini gue dan Sania liat lo makin gendutan deh. Beda banget sama badan lo yang dulu. Badan lo dulu kan ideal banget, tapi sekarang kita ngerasa kalau badan lo semakin melebar deh." Ujar Dara hati-hati, Dara yakin kalau Disa tak akan tersinggung. Toh mereka juga sudah sahabatan sangat lama.

"Benerr! Apalagi dibagian perut. Perut lo buncit banget deh, Dis. Seriusan bawaan perut lo kaya orang hamil banget. Lo abis makan langsung dibawa tidur ya? Pola makan sehat lo gak dijaga?" Timpal Sania.

Disa sedikit gelagapan, sebaiknya ia harus bersikap bodoh agar tidak memunculkan kecurigaan pada kedua sahabat nya ini. "Hah apa iya? Kok gue gak ngerasa gue gendutan ya. Emang si akhir-akhir ini makan gue banyak. Fikiran gue juga selalu bahagia, gak ngerasa kesiksa dan gak ada beban sedikit pun di diri gue. Hidup gue selalu enjoy dan sangking bahagia nya mungkin berdampak kebadan." Ujar Disa diimbuhi dengan senyuman palsu. Sungguh pembohong handal, nyata nya apa yang dia katakan sangat berbanding terbalik dengan kehidupan yang ia jalani.

"Iya astaga Dis, lo lebih gendutan sekarang. Kok bisa gak ngerasa si?" Heran Dara.

"Jujur ikut seneng denger lo yang bahagia dan gak punya beban. Tapii, sebagai sahabat yang baik kita mau ngasih saran dan ngasih solusi buat lo. Biar orang nantinya gak mikir aneh-aneh. Ngelihat perut lo yang buncit aja kita sempet mikir kearah yang aneh." Gemas Sania.

"Gimana kalau lo diet aja? Terapin pola makan yang sehat, terus kalau abis makan jangan langsung dibawa tidur biar perut lo gak jadi buncit kaya gitu. Olahraga teraturin. Atau lo mau ikut kita ngegym?"

"Gue dukung apa yang dibilang sama Dara. Biar kita bisa ngegym bareng. Sambil seru-seruan juga. Ideal bareng-bareng."

"Apa yang lo berdua bilang semuanya udah gue lakuin. Abis makan gue juga gak langsung tidur. Pola makan yang sehat juga udah gue terapin kok. Kalau untuk diet gak dulu deh. Ngegym juga."

Reflek pundak Sania dan Dara turun melemas mendengarnya. Mereka mendesah kecewa dengan jawaban yang sangat tidak sesuai dengan ekspektasi. "Yahhh kenapa gak mau si? Ini kan juga saran yang baik untuk diri lo."

"Gimana kalau besok kita lari pagi aja? Kita bertiga jogging ditempat biasa. Mumpung besok kita libur." Saran Sania.

"Gue setuju!" Seru Dara sangat bersemangat.

"Oke fix besok pagi kita jogging." Final Sania.

"Lo berdua aja deh, gue gak bisa ikut." Tolak Disa berusaha sehalus mungkin.

"Kan kan, ah lo mah! Sebel deh lama-lama. Selalu aja kalau diajakin nolak, gak bisa lah inilah. Padahal berharap banget tau lo itu selalu mau kalau diajakin. Beda banget sama Disa yang dulu, kalau diajakin selalu mau. Bahkan lo yang sering ngajakin kita. Tapi sekarang apa? Malah jadi gini. Berubah drastis." Kerutan kekesalan sudah terbentuk di dahi Sania.

"Maaf ya, untuk saat ini gue memang bener-bener gak bisa. Dan bener kok apa yang kalian bilang, Disa yang dulu gak sama lagi dengan Disa yang sekarang."

Dara berdecak. "Ck, kenapa coba? Apa alasan nya bisa jadi kaya gini. Apa jangan-jangan lo mau menghindar dan mau ninggalin kita? Lo udah gak mau lagi temenan sama kita ya? Apa lo udah punya bestie yang buat lo nyaman dan jadi kaya gini?"

"Astaga bukan gituu. Gue gak punya temen lain selain kalian. Kalau untuk alasan memang ada, tapi maaf gue gak bisa bilang ke kalian."

"Jadi udah mulai main tertutup-tutupan gitu? Udah gak mau lagi berbagi cerita? Parah sih kalau gini ceritanya."

"Gak semua cerita bisa diceritain dah gak semua masalah bisa dibagi. Alasan gue berbentuk privasi banget. Bukan nya gue gak percaya sama kalian berdua. Mungkin gue bakalan ngasih tau kalian kok nantinya, bukan sekarang tapi akan. Maaf ya untuk kali ini gue gak bisa ngasih tau kalian. Dan maaf kalau gue udah jadi sahabat yang buruk banget untuk kalian berdua." Ujar Disa dengan nada mendadak pelan.

Sania menggelengkan kepalanya cepat. "Gak! Gak Disa. Jangan ngomong gini pliss! Lo sama sekali gak buruk untuk kita berdua. Malahan lo itu sahabat yang terbaik untuk kita. Dan kita juga minta maaf ya karna udah ngatur lo, tadinya kita berfikir kalau itu adalah jalan yang baik, tapi nyatanya enggak."

"Kita terima keputusan lo, Dis. Kalau gak mau cerita gapapa. Yang terpenting kalau ada apa-apa dan ada masalah serius lo bisa cerita ke kita. Mungkin kita bisa ngasih solusi dan bakal ngeringanin masalah lo. Ingat, kita selalu disini dan selalu ada untuk lo. Selalu support apapun itu." Sambung Dara.

Disa tersenyum simpul. "Makasih banyak udah mau ngertiin."

Sania dan Dara mengangguk seraya tersenyum manis. "Iya Disa."

~o0o~

Kali ini Disa kembali ngantin sendirian. Bukan nya Dara dan Sania tak ingin menemani, hanya saja Disa menolak tawaran dari mereka. Di karenakan mereka tadi nya sudah pergi duluan dan mengajak Disa tapi Disa malah menolak.

Disa mengedarkan pandangan nya ke penjuru kantin ini. Merasa bingung ingin membeli seuatu apa.

Grapp

Seseorang mencekal pergelangan tangan Disa secara tiba-tiba dan menarik nya menjauh dari kantin ini. Sedangkan Disa tak memberontak, ia memilih untuk menurut.

"Kak Arkan kalau semisal nya ada yang liat gimana?!"

Benar saja, seseorang itu adalah Arkan. Orang yang datang entah dari mana dan secara tiba-tiba nya membawa Disa pergi.

"Ya gak gimana-gimana, orang mereka punya mata."

Disa menghembuskan nafasnya kasar. "Trus nanti kalau muncul rumor-rumor gimana?"

"Nanti ujung-ujung nya gue yang dimarahin."

"Bilang kalau semua nya kesalahan gue, padahal kan situ yang nyari-nyari penyakit."

"Trus ini gue mau dibawa kemana?"

Spontan Arkan menghentikan langkah nya dan menghadapkan tubuh nya pada Disa. Menatap wajah wanita yang tingginya hanya sebahu nya ini. "Diem atau cium?" Singkat, padat dan jelas perkataan dengan nada datar itu. Mata Arkan menatap dingin manik mata milik Disa.

Tentu saja Disa kaget dan tersentak dengan perkataan Arkan barusan. Alhasil Disa meneguk salivanya kasar. "Gak lucu."

Arkan maju selangkah. Cekalan tangan nya yag masih dan tak terlepas dari pergelagan tangan Disa. "Siapa yang bercanda, hm?" Suara Arkan teredengar lebih serak. Ia menaikkan kedua alis nya dan membasahi bibir bagian bawah nya.

"J-jangan gini, kalau ada yang ngelihat gimana." Spontan Disa melepaskan secara perlahan cekalan tangan Arkan. Antara was-was dan gugup perasaaan Disa sekarang. Dapat dikatakan mustahil orang melihat mereka saat ini. Dikarenakan Arkan dan Disa yang berada dilorong koridor yang sama sekali jarang dilewati murid saat jam seperti ini.

"Gak bakal ada yang ngelihat kok." Arkan semakin mengikis jarak nya.

"M-mundur, Kak Arkan ngapain sih?! Ini disekolah tau." Cemas Disa. Ia takut Arkan akan nekat disituasi saat ini.

Arkan menampilkan senyuman miring nya. Merasa puas melihat Disa yang was-was dan tampak cemas. "Berarti kalau dirumah bisa?"

Disa meneguk saliva nya kasar. Ia tak tahu lagi harus menjawab dengan perkataan seperti apa. Salah menjawab, maka akan berakibat vatal dan kenekatan Arkan akan semakin bergejolak.

Arkan terkekeh melihat raut wajah Disa. "Baru juga digertak, udah gelagapan aja. Gimana mau start."

Dengan gesit Arkan kembali mencekal pergelangan tangan Disa. "Makanya jangan jadi cewek bawel."

Tak mau lagi banyak omong Arkan kembali meneruskan langkah nya dan membawa Disa. Sementara Disa hanya diam. Ia tak ingin mengeluarkan sepatah katapun didalam situasi yang mencekam ini. Jantung nya juga merasa berdegup kencang sekarang. Entahlah Arkan berhasil membuat dirinya jantungan.

Sementara Arkan terus menyusuri lorong koridor ini hingga ujung. Alhasil Disa tahu langkah mereka tertuju kemana. Yap, Arkan membawa Disa ke kantin bude. Dan tak hanya itu saja, Disa juga mampu melihat Draka, Nanda dan juga Ipal yang sedang menyantai sembari merokok disana. Kantin bude memang berada dibawah pengawasan Arkan dkk. Ibarat kan tempat itu menjadi hak milik mereka, tempat dimana mereka nongkrong dan bebas merokok di sekolah.

"Udah kejawab kan?" Arkan melirik Disa yang tak sedang menatap nya. Disa hanya merespon nya dengan anggukan.

Arkan memasuki kantin ini dan duduk terlebih dahulu, disusul oleh Disa yang juga duduk tepat disamping nya.

Wajar saja bila Draka, Nanda dan Ipal terkejut saat melihat Arkan yang mendadak membawa Disa ke sini.

"Widih widihh apenihh." Goda Nanda.

"Anjayy arkann." Sambung Draka.

"Rokok lo bertiga matiin." Titah Arkan menatap secara bergantian mereka bertiga yang tampak sedang menghisap rokok nya.

"Lah kenapa anying." Sahut Nanda.

Arkan tak menjawab dengan suara. Ia hanya memberikan kode menggunakan ekor matanya.

Dan Nanda langsung mengerti dengan kode tersebut. "Oh iya ada bumil." Nanda langsung mematikan rokok nya tanpa berfikir panjang.

Ipal mendesah kecewa. "Anjim, baru juga ngidupin. Masih panjang gini, sayang mubazir."

"Tau nih, nanggung Ar. Mau nikmatin dulu." Draka menimpali.

"Eh gapapa, lanjutin aja. Biar gue nya aja yang pergi." Disa merasa sedikit tak enak jadinya. Melihat mereka yang kecewa dengan perintah dari Arkan.

Spontan Arkan menoleh kan kepala nya dan melayangkan tatapan tajam pada Disa. "Gak ada yang nyuruh lo pergi. Duduk sini aja."

Arkan beralih pada Draka dan Ipal. "Oke terserah. Jatah rokok besok pagi skip, gak bakalan gue kasih." Ancam Arkan berhasil membuat mereka berdua tersentak.

Tentu saja, Arkan yang membiayai alat bantu mereka itu. Arkan yang membelikan dan mereka tinggal menikmati saja. Sungguh enak bukan menjadi teman nya Arkan? Sangat menguntungkan memang bagi mereka.

"Eh iya iya." Tanpa berlama-lama Ipal langsung menekan ujung rokok nya pada asbak sehingga membuat rokok tersebut tak lagi mengeluarkan asap. Sama hal nya dengan Draka, ia melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh Ipal.

"Udah, udah ya Ar. Jangan sampe jatah besok di skip ya bos." Pinta Ipal sembari menampilkan senyuman manis. Si perokok candu satu ini sangat lemah dengan ancaman seperti itu.

Arkan acuh, ia beralih pada Disa yang sedari tadi hanya menyimak. "Mau pesan apa?"

"Ada apa aja?"

"Banyak."

Disa diam sejenak, ia fokus pada menu yang tertera di sana. "Pisang coklat keju aja deh."

"Minum nya?"

"Es teh aja."

"Itu aja? Gak ada tambahan?" Tanya Arkan bermaksud memastikan.

Disa menggeleng. "Enggak."

"Budee!" Panggil Arkan dari tempat duduk nya.

"Iyaa naon?!"

"Pisang coklat keju satu, esteh satu, sama soda nya satu."

Bude menampilkan jempoll tangan nya. "Siapp, ditunggu!"

"Eh kenapa ada neng geuliss. Siapa itu, Ar? Pacar mu kah?" Pandangan bude mendadak tertuju pada Disa yang berada tepat disamping Arkan. Merasa aneh memang bagi diri bude saat melihat ada gadis selain Cia yang main kekantin nya bersama rombongan Arkan.

"Iii bude kepo deh." Sahut Draka melebaykan nada bicaranya.

"Jelas atuh, bude baru liat. Biasanya juga si Cia yang selalu kelihatan."

Senyuman Disa mendadak memudar saat mendengar nama Cia. Jadi Cia selalu kesini dan bergabung bersama Arkan gitu?

"Ini istri gue bude." Jawab Arkan.

"Ah ngawur deh kamu! Udah ah bude mau bikinin pesanan nya dulu." Bude langsung beranjak dari tempat nya berniat menyiapkan pesanan milik Arkan.

Arkan hanya bisa terkekeh. Ia menyandarkan tubuh nya pada sandaran kursi dan meluruskan tangan nya pada kepala kursi, tepat nya dibelakang Disa.

"Rangkul mah rangkul aja, Ar." Goda Nanda melihat aksi Arkan yang seperti itu. Arkan acuh, ia hanya merespon nya dengan senyuman miring.

"Eh dis, jadi Arkan berhenti merokok itu karena lo alasan nya? Kira nya lo alasan yang dimaksud sama Arkan?" Ujar Draka.

"Lo ngelarang Arkan buat berhenti merokok ya?" Sambung Ipal.

"Enggak, gue gak ngelarang dia untuk berhenti merokok. Gue aja kaget kenapa dia mendadak pengen berhenti merokok." Tutur Disa sejujurnya.

"Gimana mau ngelarang, orang dianya gak perduli." Sindir Arkan.

"Siapa bilang?" Sela Disa. "Cuman udah capek aja. Toh kalau dilarang dan dibilangin malah ngebantah dan gak mau nurutin. Gak ada gunanya juga?"

Arkan diam. Tak tahu lagi hal apa yang akan ia utarakan untuk memenangkan perdebatan ini. Apa yang dikatakan oleh Disa memang selalu benar.

>><<
Thankyou for reading!

Jangan lupa vote dan komen guys!

Pas penyerangan nanti seru kali ya Arkan dihabisin sama Andreas, biar Arkan mati dan menghilang dari hidup Disa eh tapii..

See u next!

Skuy follow!
@mataair24_
@tuan.arkan
@disaaaaee

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

5.4K 372 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"
ALZELVIN Par Diazepam

Roman pour Adolescents

5.6M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.1M 44.1K 58
Aku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.
991K 56.9K 75
Mengisahkan sepasang pemuda yang harus menjalani pernikahan sakral, pernikahan yang dibuat bukan berdasarkan cinta ataupun obsesi, melainkan dari seb...