Ainaya ( End )

By nurhmanis

1.6K 395 13

[ TAHAP REVISI ] "Berdamai dengan diri sendiri, adalah puncak kebahagiaan yang abadi." -nurhmanis in Aina... More

🌻00. Prologue + Cast Utama
🌻001. Ainaya Putri Adinda
🌻002. Brian Putra Adeon
🌻003. Kulkas Dua Pintu
🌻004. Pembelaan Sahabat
🌻005. Bak Malaikat
🌻006. Kejadian Di Kantin
🌻 007. Perasaan Yang Sama
🌻008. Retak
🌻009. Pertengkaran Hebat
🌻010 . Semotor Berdua
🌻011. Something in My Heart
🌻012. Di Hari Cerah
🌻013. Luapan Emosi
🌻 015. Salah Tingkah
🌻016. Sebuah Awal
🌻017. UKS
🌻018. Pertikaian Di Lapangan
🌻019. Adik Manis Naya
🌻020. PUTUS!
🌻021. Dijemput?
🌻022. What Is Toxic Relationship?
🌻023. Hukuman
🌻024. Sensasi
🌻025. Tentang Sejuk
🌻026. Dua Pasangan
🌻027. Semakin Jatuh Rasa
🌻028. Diganggu Preman
🌻029. Bukti?
🌻030 . Flashback
🌻031. Twitter & Hoax
🌻032. Ketegasan
🌻033. Are You Okay?
🌻034. Dalangnya
🌻035. Mentari Yang Bersinar
🌻036. Fall In Love?
🌻037. Pergantian Tahun
🌻038. Pergantian Tahun (2)
🌻039. Sweety!
🌻040. Muncul Kembali
🌻041. Awal
🌻042. Kisah Lain
🌻043. Redupnya Cahaya
🌻044. Tolakan
🌻045. Kembali
🌻046. Killer Azka?
🌻047. Diancam
🌻048. Tepati Janji
🌻049. Retak (2)
🌻050. Dijodohin?
🌻051. Lucu
🌻052. Jarak
🌻053. Adik Manis Naya (2)
🌻054. Rest In Peace
🌻055. Punya Nyali?
🌻056. Still In Drama
🌻057. Detik Penyelesaian
🌻058. Baikan?
🌻059. Bukti? (2)
🌻060. Leoyra Quenzza
🌻061. Kelulusan
🌻062. Alzaska Arya Alfanza
🌻063. Menuju Epilog
🌻064. Epilog
🌻065. Tamat

🌻014. Luapan Emosi (2)

27 8 0
By nurhmanis


Kring kringg

Sebuah bunyi yang paling dibenci seluruh murid SMA NEGERi 1 JAKARTA. Tentu saja suara jam pelajaran pertama.

Terlihat beberapa siswa dan siswi saling berlarian ke sana ke sini untuk segera menuju kelas mereka masing-masing sebelum adanya guru yang masuk terlebih dahulu.

Di sisi kelas XI IPA 1, di ujung sana. Suasana begitu gaduh di dalam kelas tersebut, ada yang sedang sibuk bermain handphone, ada yang tengah mengerjakan tugas, ada yang sedang membicarakan hal yang tidak bermanfaat— banyak lainnya.

"Nay, menurut lo, bagusan yang mana?" Thaletha menunjukkan Ainaya layar ponsel-nya, di sana terlihat dia tengah membuka aplikasi Shoope, terlihat tiga baju dengan motif bunga yang sama,  namun warnanya berbeda-beda. Niatnya, Thaletha ingin membeli baju couple itu, untuk dirinya dan dua temannya itu.

"Nanya doang, beli kagak. Masukin keranjang doang, checkout kaga." jawab Ainaya asal. Sebenarnya dia malas meladeni Thaletha.

Thaletha sedikit dongkol. "Serius bego! Gue mau beliin buat lo, gue, sama Sejuk." kali ini Thaletha sedikit serius. Dirinya meminta saran pada Ainaya.

"Biasanya kalau lo lagi baik-baikin gue sama Sejuk, pasti lagi ada maunya, nih." beber Ainaya berburuk sangka. Dirinya menarik nafas panjang, menahan rasa jengkelnya, sebelum nanti moodnya pagi-pagi sudah rusak.

Dia memilih tak acuh pada Thaletha, kembali pada kegiatan awalnya. Mencatat sebuah materi, di buku tulisnya.

Belum sempat mereka melanjutkan obrolan seputar baju, pandangan mereka berdua teralihkan kala melihat Sejuk yang baru datang menggunakan jaket warna merahnya. Namun tidak terlihat senyuman di wajah gadis itu. Seakan beda dengan Sejuk yang seperti biasanya menyapa mereka berdua setiap hari.

"Kenapa, lo? Sakit?" Thaletha bertanya nermaksud ingin menyapa Sejuk. Tapi, Sejuk tidak sedikitpun menatap wajah Thaletha, ataupun membalas ucapannya.

"Yah, baper dia, Nay." papar Thaletha, jengah karena Sejuk tak mengacuhkannya.

Aimaya menutup bukunya itu,. Segera dirinya beranjak menghampiri meja tempat Sejuk, dia menatap wajah Sejuk dengan sesendu mungkin.

"Sejuk, maafin gue, gue cuma nggak suka aja lo kasarin orang. Okeh— mungkin gue sedikit berlebihan." ucap Ainaya. Sebenarnya, entah siapa yang patut disalahkan di dalam hal ini. Dia yang tak suka kekerasan? Atau Sejuk yang emosian?

Nihil, tidak ada balasan apapun dari Sejuk.

Thaletha menyerebos. "Sejuk Rasendu, anak bu Eli yang cakep. Maafin gue, ya." nadanya tapi tidak terdengar serius.

Merasa jengkel karena tidak ada respon dari Sejuk, terlintas di benak Ainaya sebuah ide konyol. sebuah handphone yang sejak tadi dipegang Sejuk, tadi diambil paksa oleh Ainaya, secara mwndadak. Tujuannya, agar Sejuk mengacuhkan dirinya dan Thaletha.

"Balikin." titah Sejuk bernada dingin. Wajahnya begitu datar.

"Nggak, sebelum lo maafin gue, dan Letha," Ainaya mengangkat tangannya yang sedang memegang HP Sejuk ke atas, mengangkatnya begitu tinggi.

"Sini Nay, oper ke gue." Thaletha ikut bekerja sama menjahili Sejuk. Tangan Thaletha pun peka saat Ainaya memberikan handphone Sejuk yang ber-merk Iphone 12 Pro Max berwarna gold.

Sejuk membuang kasar nafasnya, dia mendecak sebal. "Nggak usah caper, deh, lo berdua!"

Thaletha mengubris perkataan Sejuk. "Ambil dulu HP lo! Lo mau lo kita bajak?" berbeda dengan Aimaya yang merasa kalau ini sudah tidak lucu, Thaletha malah masih bercanda, dia terus menggoda Sejuk, tak membiarkan Sejuk mendapatkannya.

Sejuk sedang malas berdebat. jadi lebih baik dia mengambil hapenya itu 'kan? Namun, secara baik-baik.

Segera Sejuk berdiri di depan Thaletha. Sialnya, Thaletha malah menggodanya kembali, melalui caranya menahan genggaman handphone Sejuk itu di tangannya, hingga membuat Sejuk harus berusaha lebih, untuk mendapatkan barang itu.

"Siniin, hape gue!" ujar sejuk dia tak putus asa hingga membuat mereka berdua saling berebutan barang mewah itu bak adek kakak yang berebutan mainan.

"Nggak, wlee." ledek Thaletha, seraya menjulurkan lidahnya.

Crack!

Itu adalah suara dari retakan handphone milik sejuk yang jatuh. Akibat mereka berdua tadi yang saling berebutan, Thaletha terlihat terkejut dengan mukanya yang sedikit aib.

Refleks karena Sejuk merasa jengkel, dia mengeprak mejanya begitu kencang, sampai berbunyi keras membuat semua tatapan tertuju pada mereka bertiga, murid sekelas sudah terbiasa melihat mereka bertiga bergaduh tapi mereka terkejut, kali ini sepertinya bukan 'gurauan'.

Ainaya mengambil hape Sejuk yang tergeletak di ubin. Antigores-nya rupanya sudah retak.

"Nih," cakap Ainaya, dia menyodorkan tangannya yang memegang hape Sejuk, lalu Sejuk mengambil hape itu dari genggaman tangan Ainaya.

Ainaya mendadak mengomeli Thaletha. "Letha gara-gara lo nih ya, sialan!"

"Kok jadi gue sih? Tadi ini ide siapa?!" balas Thaletha yang tak Terima dirinya disalahkan dengan mudah.

Ainaya membalas. "Ya, tapi setidaknya jangan sampai berlebihan kayak gini!"

"Maaf." serentak Ainaya dan Thaletha mengucapakan kata 'maaf.'

"Maaf untuk yang mana?" tanya Sejuk, begitu dinginnya.

"Untuk kejadian motor, sama masalah hape lo, Sejuk." jawab Thaletha.

"Nggak sudi gue maafin lo berdua. Munafik! Dimaafin, tapi berdusta." sindir Sejuk, sedikit memberikan sambaran petir pada mereka berdua.

"Lo semarah ini sama gue dan Naya, cuma gara-gara hape?" Thaletha bertanya.

Bukan sekedar hape! Belinya butuh perjuangan, di dalamnya pun ada beberapa berkas penting.

"Banyak, salah lo itu banyak. Bukan cuma itu!" papar Sejuk.

Thaletha tak mau kalah. "Gara-gara kejadian motor? Yaelah, Sejuk, alay banget sih lo jadi manusia. Ternyata yang dibilang Rara soal lo itu alay, emang benernya, ya."

Ainaya menyela. "Udah anjir, Letha! Sejuk, maafin gue sama Thaletha, lo 'kan temen kita."

"Temen? NGGAK SALAH DENGER, GUE? LO NGANGGAP GUE TEMEN, NAY?" kini Sejuk mulai meninggikan nada suaranya. Ketika dirinya sudah berteriak, mungkin bumi saja sudah bergetar.

Ainaya mengkerutkan dahinya, tanda binggung. "Maksud lo?"

Sejuk menyerbu. "NGGAK USAH PURA-PURA NGGAK TAU MAKSUD GUE!

"LO BERDUA STOP DEH, ANGGAP GUE TEMEN. KALO SETIAP SARAN DARI GUE AJA NGGAK PERNAH DIDENGERIN, SAMA LO BERDUA!" Sejuk sedikit memberikan celah untuk dirinya bernafas, lalu kembali memberontak. "BERULANG KALI GUE BILANG SAMA LO, NAY, STOP PACARAN SAMA AZKA, STOP BUCININ DIA, GUE KESEL NGELIHATNYA, TAU!"

"GUE JUGA BILANG SAMA LO THALETHA, SERINGKAN GUE KASIH SARAN SAMA LO, THA? GUE JUGA KASIH KALIAN BERIBU NASEHAT."

"TAPI SEKALIPUN NGGAK DIPERNAH DIDENGERIN! ANJING EMANG!"

"SEMUA YANG GUE LAKUIN DI DUNIA INI, EMANG SERBA SALAH! BAGI IBU GUE, SETIAP GUE BUAT INI ITU SALAH, BAGI GURU GUE, TUGAS GUE KAYAK GINI GITU SALAH! DAN SEKARANG? BAGI KALIAN BERDUA, APA YANG GUE LAKUIN KEMARIN SALAH, 'KAN?"

Mimik mata Sejuk semakin memanas, semakin lama, air matanya itu tumpah di sana. Penyebabnya kekesalannya hanya satu, dia merasa seperti seakan seluruh dunia menyalahkannya. Dia memang lepas kendali saat memukul Rara, karena memang Sejuk orang yang sedikit keras, dan agak sensitif.

"KEMARIN GUE NGEBELA AINAYA DARI RARA, NYATANYA, YANG MALAH DISALAHIN SIAPA? YA GUE." Sejuk menepuk kasar dadanya sendiri, kemudian melanjutkan. "GUE BUKANNYA EGOIS. GUE CUMA UDAH ADA DI TITIK TERENDAH GUE. "

"TOLONGLAH KALIAN BERDUA NGERTIIN GUE SEDIKITT AJA. GUE NGGAK MINTA LEBIH!"

"APA PERNAH KALIAN BERDUA MAU DENGERIN CURHATAN GUE?"

Semua mata semakin miris menatap ke arah Sejuk. Beda dengan Ainaya yang seakan ingin memeluk gadis itu.

"LO, NAY! NGOMONGINNYA TENTANG AZKA, AZKA, AZKA DAN AZKA?!" Sejuk menunjuk Ainaya. Kemudian Thaletha. "LO THALETHA ? UDAHLAH, NGGAK USAH DITANYA LAGI! LO NGGAK PERNAH PUNYA WAKTU, UNTUK GUE KELUARIN SEMUA UNEK UNEK GUE!"

"FAKTANYA GUE BUTUH LO BERDUA, TAPI LO BERDUA NGGAK BUTUH GUE."

Plak!

Tangan kanan Ainaya menampar pipi kanan milik Sejuk. Tapi dengan sangat pelan. Karena Ainaya belum melupakan fakta, kalau Sejuk adalah sahabatnya.

"SIAPA YANG BILANG KITA NGGAK BUTUH LO?" Ainaya membalas dengan suara tingginya kini mereka berdua saling berteriakan.

"LO BUTUH GUE BUAT APA? BUAT TEMPAT CERITAIN KELUH DAN KESAH LO? MENDINGAN LO TEMENAN AJA, NOH, SAMA DIARY." balas Sejuk.

Bukannya Ainaya yang menjawabnya lagi. Sekarang giliran Thaletha. "Lo itu temen gue, Sejuk! Selamanya."

Sejuk mengusap kasar cairan yang membahasi kedua pipinya.
"Terserah lo berdua, deh! Sekarang, urus-urusan lo berdua, tanpa adanya gue." final Sejuk. Baru saja ingin mengangkat kakinya dari kelas ini, namun tangannya ditahan begitu oleh Ainaya.

"Sejuk dengerin gue, gue cuma nggak suka cara lo yang main fisik, kalau menurut lo gue salah, gue minta maaf." simpang Ainaya.

Mendengar itu membuat Sejuk tersalut, refleks dia menepuk tangannya dengan keras.

Prok! prok! prok !

Jadi apa sim-salabim.

"WAH HEBAT LO NAY, GUE SALUT SAMA CEWEK MUNAFIK KAYAK LO. KATANYA, LO NGGAK SUKA KEKERASAN— TAPI, KENAPA SETIAP AZKA MAIN TANGAN SAMA LO, SETIAP AZKA NGELABRAK GUE DAN THALETHA DENGAN CARA KEKERASAN, LO MALAH DIEM AJA? WAH KEREN LOH!"

"GUE ACUNGIN JEMPOL BUAT LO." lanjutnya seeaya mendirikan ibu jarinya.

Sejuk kemudian menurunkan kembali ibu jari itu. "Emang ya, sekalinya orang bego, ya tetep bego."

Kuping Thaletha serasa mendengar surat Al-Baqarah saat ini, ia merasa sangat kepanasan. "Woy, omongan lo bisa dijaga dikit, nggak, sih?!" pekik Thaletha, yang sudah tidak bisa menahan dirinya.

"Apa? Kaget lo, gue kayak gini? Gue tuh sebenarnya orangnya care, loh. Cuma, sabarnya gue itu ada batasnya!."

Ainaya menyela. "Sejuk, apa lo pikir, gue sama Thaletha juga nggak punya kesabaran? Tolong lo jangan kayak gini!"

Sejuk membalas."Lo menyalahgunakan kebaikan gue. Nay, Tha."

"Licik lo berdua,"

"Di saat gue lagi terpuruk, lo berdua, sedang asyik dengan dunianya sendiri."

"Tapi! Di saat lo berdua butuh gue, bahu gue selalu sedia!"

"Sedangkan gue? Gue uma bisa bersandar, di guling!"

"Gue tau gue egois, terserah deh, mau ngatain gue kayak gimana, juga."

"Nggak guna kalau punya temen yang maunya enak sendiri."

"Selama gue mampu ngelindungin lo berdua, gue akan selalu ngelindungin!"

"Tapi, kebaikan gue nggak berguna. Saran gue, nasihat gue, omongan gue, yang gue lakuin tuh semuanya dianggapnya  sampah!"

Sejuk tersenyum miris untuk dirinya sendiri. "Semuanya yang gue lakuin, nggak berguna!"

"Gue tegasin, ini bukan persoalan 'Rara' atau 'hape' gue!"

"Tapi lo berdua mikir pake otak, capeknya gue kayak gimana! Gue tuh cuma butuh waktu lo berdua! Selama ini gue nggak nuntut apa-apa 'kan?"

Faktanya, dulu Ainaya memang sering menolak disaat Sejuk bilang dia mau curhat. Tentu saja faktornya karena Ainaya ingin ngedate bareng Azka. Kalau Thaletha, karena keluarganya yang begitu banyak saudara, dan sibuknya dia di rumah. Membuat Thaletha tidak pernah meluangkan waktunya untuk Sejuk. Tapi, itu tidak menyimpulkan kalau mereka tidak peduli pada Sejuk.

"Maafin gue." liirh Thaletha, dia merasa Sejuk sedang memberikan tamparan keras, di hatinya.

"Ada masa, di mana gue tuh udah ngerasa capek banget."

"Gue bukan capek berteman, atau bergaul sama siapapun. Gue, cuma capek, ngadepin sikap seorang 'setan', yang berkedok 'manusia'."

"Singkatnya, tired of the devil's behavior."

Di akhir bicaranya sejuk menahan segala emosinya menghentikan semuanya dengan menarik nafasnya dia meningalkan kelas itu begitu cepat. Jangan lupakan tentang semua mata yang terus menatap ke arah mereka. Ada yang tersenyum miris ke mereka.

Bahkan ada memberikan senyum evilnya.

Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 278K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
28.9M 916K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
34.4K 2.5K 46
en drΓΆm dalam bahasa Swedia artinya sebuah mimpi. "Masih yakin bisa jadi artis lo?" "Gak ada yang gak mungkin di dunia ini. Asalkan kita mau aja ber...
A TIME By Elgaruty

Teen Fiction

1.1K 410 32
Makhluk apa yang paling berkuasa di dunia ini? Bagiku, ia adalah waktu. Ia kadang memberi luka dengan rindu tanpa sua, mengundang asa, menjanjikan ci...