Arcadia | KNJ

By frvrxxodairable

184K 29.9K 36.7K

Dan saat jiwanya mulai lelah, Namjoon mendengar bisikan itu. "Kembali ke sini, kau akan temukan yang apa kau... More

Off the Map
Healing Souls
Stay Here
Embrace Me
Arcadia: Video
Gray Sight
Homelike Kindness
Falling in Love
Melody From the Past
Bliss of the Soul
Another You
The Heart Knows
Living A Lie
Mystery of the Human Mind
Child at Heart
Departure Time
Like a Mirror
Late Night Confession
Make It Right
Arcadia: Trailer 1
Eternal First Love
Those Who Left and Stay
Before It's Too Late
Waiting For You
The Safest Place
You Still Hold Me
Zero O'Clock
Another Hidden Truth
The Warm Hug
From The Start
Whenever, Wherever
The Realest of Them All
Small Warm Town
The Unexpected Life
Epilog: The Turning Point
Informasi Penerbitan!
OPEN PRE-ORDER
Vote Cover + Giveaway!!
Trailer 2 + OPEN PO

Last Day of Winter

1.1K 267 367
By frvrxxodairable

Begitu tiba di Seoul, Namjoon memutuskan untuk menemaniku ke rumah sakit. Kami juga sempat membelikan makanan untuk ibuku dan Jena. Seketika, aku baru ingat bahwa Jena adalah penggemar lelaki itu.

Aku menunggu kami tiba di koridor rumah sakit yang lebih sepi, lalu memutuskan untuk bertanya.

"Adikku penggemar beratmu. Apa kau tidak keberatan?" tanyaku pada Namjoon. Jaga-jaga apabila ternyata ia tidak nyaman jika bertemu dengan penggemarnya di luar schedule.

Namjoon tersenyum lalu mengacak rambutku, "tentu saja tidak. Dia kan adikmu."

"Ah," aku pun terkekeh. "Tapi sebelumnya aku akan meminta maaf jika ia nantinya melakukan hal yang membuatmu tidak nyaman."

Lelaki itu hanya tertawa.

Tak lama, kami tiba di kamar ibuku. Dengan pelan aku membuka pintu, membiarkan kedua orang dalam ruangan itu dapat melihat kami.

Hal pertama yang kusadari adalah Jena masih mengenakan seragam sekolahnya, sementara hal pertama yang gadis itu sadari adalah kantongan ayam yang berada di genggaman Namjoon.

"Wohoo! Ayam!" sahutnya lalu berlari cepat ke arah pintu, dengan mata yang masih tertuju pada kantong kresek berwarna putih.

Begitu tiba di hadapan kami, ia baru menaikkan pandangan padaku dan pada lelaki yang berada di sampingku.

Wajahnya yang berbinar-binar kesenangan kini berubah menjadi terkejut, diikuti dengan jeritannya.

"Ah!!!!"

Jena menutup kedua mulutnya, hanya menunjukkan kedua matanya yang membelalak. Lalu, ia menatapku sekilas, lalu kembali menatap Namjoon yang kini membuka maskernya dan mengulurkan tangan padanya.

"Salam kenal, Jena-ya. Aku teman kakakmu," ucapnya.

"Ha.. hah.. haha, woah. Dia mengetahui namaku," ucapnya lebih pada ke diri sendiri. Kemudian ia membasahi bibir dan mengatur napas. Perlahan, Jena menurunkan tangan dan menjabat tangan Namjoon dengan sedikit bergetar.

"Salam kenal, oppa." Gadis itu memaksakan senyum tanpa gigi di wajahnya. Ini pertama kalinya aku melihat Jena terlihat salah tingkah.

Aku menggelengkan kepala dan meninggalkan mereka berdua, kemudian berjalan ke kursi yang terletak di samping ranjang ibuku. "Jena penggemar beratnya, dia artis," ucapku menginformasikan pada ibu.

Tak lama, Namjoon menyusulku dan membungkukkan badannya. "Anyyeonghaseyo, eomonim. Saya Kim Namjoon, teman Dain." (Halo, ibu)

Ibuku tersenyum padanya. Entah bagaimana, aku merasakan bahwa situasi itu agak sedikit aneh. Pasalnya, ini pertama kalinya aku memperkenalkan laki-laki pada ibuku. Aku bahkan tidak pernah mempertemukan Haein dan ibuku.

*

Song Dain
Seoul, 8th March 2019

Dalam satu minggu penuh, aku hanya memikirkan tentang email itu.

Tidak, aku belum membalas sama sekali, juga belum mengatakannya pada siapa pun. Itu adalah penawaran yang sangat menarik, namun sangat absurd dan tiba-tiba. Hal itu sungguh membuatku mempertanyakan keberuntunganku dalam hidup. Diantara sekian banyak pianis yang berhenti, mengapa aku yang mendapatkan penawaran itu? Diantara sekian banyak penampil di acara kampusku tahun 2015, mengapa aku yang diingat oleh Ivan?

Tapi itu adalah pertanyaan yang sampai kapan pun takkan bisa aku jawab, aku hanya manusia biasa. Semesta bekerja dengan caranya sendiri. Penjelasan yang bisa aku berikan pada diriku sendiri adalah: hal-hal misterius memang sering terjadi dalam hidup, dan salah satunya secara kebetulan terjadi padaku.

Aku ingat bagaimana jantungku bergetar saat pertama kali membaca pesan tersebut, seolah-olah diriku kesurupan oleh suatu energi yang begitu megah. Bukanlah sesuatu yang keliru jika aku secara jujur mengatakan bahwa aku ingin mengambil penawaran tersebut. Bahkan dengan keberadaan penawaran itu saja membuatku sedikit lebih bersemangat untuk menjalani hidup.

Satu-satunya hal yang menahanku untuk mengambil keputusan dengan impulsif adalah karena aku telah berjanji dengan ibuku untuk menemaninya di Seoul. Bukan hanya karena takut mengecewakannya, tapi aku juga sejujurnya ingin bersama ibuku.

Hidup adalah sebuah seri dari pilihan-pilihan. Kita tak henti-hentinya dihadapkan dengan pilihan, dan pilihan yang kuhadapi saat ini mungkin saja merupakan pilihan dengan konsekuensi dan titik balik terbesar dalam hidupku.

Sore ini angin berhembus kencang hingga aku harus menutup jendela kamar rumah sakit.

Ibuku akan keluar dari rumah sakit minggu depan, melihat dari keadaannya, keadaannya memang sudah jauh lebih baik. Di pesan yang kuterima, mereka memintaku untuk ke Austria bulan ini meski semester pertama dimulai bulan Oktober.

Audisi dilakukan bulan Juni, empat bulan dari sekarang, dan aku sama sekali belum pernah menyentuh piano. Apakah aku benar-benar bisa?

"Dain-ah," panggil ibu, memecahkan lamunanku.

"Ya?" ucapku yang seketika menolehkan wajah ke arahnya. "Ingin ke kamar mandi?" tanyaku.

Wanita itu mengikat rambutnya ke belakang hari ini, model rambut seperti itu membuatnya tampak jauh lebih muda. Ia menggeleng, "Dain terlihat banyak pikiran belakangan ini."

"Ah.." aku memegang belakang leherku.

"Ini agak canggung karena ibu tidak pernah melakukannya. Tapi jika Dain punya keresahan, ibu ada di sini untuk mendengarmu."

Aku menelan ludah, mungkin ini lah saatnya. Kupersiapkan hatiku, lalu beranjak dari kursi dan mendekat ke arahnya yang terbaring di kasur.

Ibu tersenyum tipis sembari mengubah posisi dan duduk di kasurnya sementara aku menaikkan posisi bagian kepala kasurnya, hingga dapat digunakan untuk bersandar. Setelah itu, aku menarik kursi kecil ke samping kasur ibuku dan duduk di sana.

Wanita itu menatapku dengan saksama, menungguku membuka mulut. Aku menggigit bibir, lalu mulai bercerita.

"Aku tidak tahu harus mulai dari mana, tapi pada suatu hari aku tiba-tiba menerima pesan dari orang yang katanya adalah penggemarku," ucapku.

Raut wajah ibuku berubah menjadi lebih semangat. Aku kembali melanjutkan, "dia orang Austria, pernah menontonku saat aku tampil di kampus tahun 2015 bersama dengan seorang profesor yang adalah atasannya. Di email itu ia mengatakan ingin menonton penampilanku sekali lagi."

"Bagus sekali," komentar ibuku sembari tersenyum.

Aku mengangguk, "ya, aku membalas pesannya dan menceritakan keadaanku sekarang.. dan mengatakan kalau aku sudah berhenti menjadi pianis."

Kutarik napasku, "tapi sekitar minggu lalu aku menerima balasannya. Aku tak tahu bagaimana ini bisa terjadi, tapi ia dan profesor itu menawarkanku untuk kuliah di sana, di Austria. Profesor itu juga sudah pernah membimbing pianis yang lahir dengan jari yang tidak lengkap."

Kedua alis ibuku terangkat, "itu sungguh luar biasa, Dain-ah."

Ibuku mengernyit untuk beberapa saat, lalu kembali berkata, "kurasa tabungan ibu cukup untuk membayar uang kuliahmu.. tempat tinggal juga begitu.. Tapi mungkin Dain masih perlu kerja di sana untuk uang saku. Bagaimana, ya?"

Aku terperanjat.

Sungguh.

Itu bukan respon yang aku ekspektasikan dari ibuku. Senyuman perlahan-lahan melebar di wajahku. "Ibu setuju aku melanjutkan semua ini?"

Ibu menatapku dengan tatapan bingung, meski bibirnya membentuk senyuman. "Tentu saja, jika Dain mau."

Kubasahi bibirku, "tapi jika aku pergi, siapa yang menjaga ibu? Mereka memintaku untuk datang bulan ini. Jena sudah sibuk sekolah tahun ini, tidak mungkin ibu sendirian di rumah."

Senyuman ibuku berubah menjadi lebih tenang. Ia terdiam beberapa saat.

Kemudian, ia meraih tanganku, "tidak ada seorang ibu di dunia ini yang ingin anaknya terkunci dalam sangkar dan menghentikannya untuk terbang dengan sayapnya sendiri. Ibu tidak apa-apa, bisa menyewa perawat untuk di rumah. Jangan lewatkan kesempatan seperti ini. Tapi janjikanlah satu hal untuk ibu.. jangan lupa untuk mengabari ibu tiap Dain punya waktu."

Bahkan sejak kalimat pertama, bibirku sudah bergetar karena menahan tangis.

"Tapi akan ada audisi yang berat. Apa ibu yakin aku bisa?" tanyaku.

Wanita itu mengeratkan genggamannya, "tentu saja. Dain adalah orang berbakat, sejak kecil ibu sudah melihat seberapa giat dan pantang menyerah dirimu."

Aku mengatup bibir dan segera memeluk ibu dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih banyak, sungguh. Terima kasih. Aku akan pulang, aku akan pulang."

Dalam pelukan hangat itu, Ibu mengelus kepalaku dengan pelan berkali-kali. Aku menutup mataku dan entah bagaimana, aku merasakan diriku berubah menjadi anak kecil yang sedang menangis bahagia.

Seketika, aku melepaskan pelukan itu. "Ah, aku lupa bilang. Mereka juga akan memberi beasiswa, jadi ibu tak perlu membayar uang kuliah dan akomodasi. Uang pesawat akan aku gunakan dari uang tabunganku, uang tabungan ibu pakai untuk kuliah Jena saja nanti."

Ibuku mengangguk dan mengelus kepalaku sekali lagi. "Baiklah," ucapnya.

***

SENENG BGT DAIN SM IBUNYA BAIKAN KAYA GINI ADEM RASANYA HUHU:(

HAWA2NYA ADA YANG MAU GOODBYE NIH :)) uhuk

ohiya ARCADIA DI WP JG UDAH MAU BYEBYE SOALNYA SISA 1 CHAPTER LAGIII

Iyaa seperti biasa chapter fullnya bisa baca di versi cetakk hihi

Question of The Day: Tebak endingnya cobaaak guys

Last chapter update hari minggu malam ya!

See ya,

Jysa.

Continue Reading

You'll Also Like

27.1K 4.1K 33
Yeonjun X Suzy #Start 4 november 2019 #Selesai 11 Januari 2020 20:13 AM
27.1K 980 18
jangan hanya dibaca, dirasa.
157K 14.3K 27
[Update: Senin-Selasa] "I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian...
319 55 12
Aksa sebagai ketua kelas pun, menyusun rencana untuk mengetahui siapa dalang yang sebenarnya. Dan mencari tau apa alasan kepala sekolah untuk menemp...