[√] Can't You See Me? [END]

By Binbin_Fy

2.9K 706 346

Kisah seorang anak laki-laki yang kini tengah bimbang akan apa yang dia alami saat ini. Masalah kian sering m... More

P r o l o g u e
Begin
What Do You Mean?
All of You Kidding Right?
It's So Hard To Make You Believe - Skors
Incident - Skors day 1
Down
Flasback
Investigation
Father's Friend - Ask for Help
Hate
The Past
Who?
Respectively
Why?
Odi
Hurting
Father
Him
Brother
Really?
Funeral Day
Last Letter
For Him
Mother?
Regret
Our Star
Epilog

Him and The Truth

69 22 9
By Binbin_Fy

"Kai Kamal Huening?"

Yeonjun menyandarkan punggungnya pada sandaran jok. Menatap kosong keluar jendela, melihat banyaknya murid yang berlalu lalang memasuki sekolah.

"Benar."

"Semua bukti-bukti mengarah kepadanya."

Hueningkai, entah mengapa Yeonjun tidak bisa percaya dengan omongan yang di lontarkan oleh polisi tersebut.

Mana mungkin Hueningkai berbuat demikian? Pemuda itu hanya seorang remaja berusia 15 tahun, yang terlihat tak tahu menahu tentang apa. Mana mungkin hal sekeji itu di lakukan oleh remaja seusianya?

Lalu, jika memang benar berbuat demikian, lantas apa yang mendasari pemuda itu untuk melakukannya? Apakah sang Adik, Yeonji pernah melakukan sebuah kesalahan padanya?

Yeonjun tidak tahu sama sekali. Kepalanya pening memikirkan semua masalah yang kini malah semakin rumit.

Tok tok tok

Pemuda itu menoleh tatakala mendapati kaca mobilnya yang di ketuk. Mendapati pemuda bermarga Yoon yang tengah menerwang kaca jendela mobil.

Yeonjun mengacungkan ibu jarinya, kemudian pemuda itu beranjak keluar dari dalam mobil, berjalan menghampiri si pengetuk tadi lalu mereka melangkah memasuki sekolah.

"Kenapa lo, Bang? Lesu amat," tanya Taehyun, memulai pembicaraan.

"Lo percaya gak, kalau chairmate lo yang udah bunuh Adek gue?" tanya balik Yeonjun sedikit berbisik.

Taehyun menoleh ke arah Yeonjun kala pertanyaan itu masuk ke pendengarannya.

Chairmate-nya? Apa yang di maksud Yeonjun adalah Hueningkai?

"Sesuai apa yang ada di pikiran lo." Yeonjun membelokkan langkahnya, berjalan menuju tempat biasa mereka berkumpul. "Gue juga gak percaya. Tapi, Om Doyoung yang bilang begitu," lanjutnya.

Pemuda itu menghentikan langkahnya, menatap pemuda yang sedang mereka bicarakan tengah duduk sembari berkutat dengan buku di tangannya.

"Kai Kamal Huening pelakunya," tegas pemuda itu.

Yang merasa di sebut lantas mendongak, menatap dua orang yang entah sejak kapan sudah berada di sana.

Hueningkai mengerjap-erjap, tidak mengerti dengan keadaan sekarang. "Ke … kenapa, Bang?"

"Kai?" Yeonjun berjalan menghampiri pemuda itu. Mencengkram kerah kerah baju milik Hueningkai, menatap wajah kebingungan si empunya.

"Ada apa—"

Hueningkai menghentikan ucapannya, menutup mata erat kala kepalan tangan milik Yeonjun melayang ke arahnya.

Namun, lama dia tak merasakan sesuatu menghajarnya. Lantas membuka kedua mata perlahan, melihat kepalan tangan itu yang berada tepat di depan wajahnya, hampir mengenai dirinya.

"Bang …," panggilnya lirih.

Yeonjun menghempaskan kerah baju Hueningkai, dia mengalihkan pandangannya.

"Adek gue punya salah apa sama lo?" tanyanya setelahnya. "Kalau lo punya dendam ke gue, lampiasin aja ke gue, jangan ke Yeonji!"

"Gue gak—"

"Ada apaan, nih?"

Seorang pemuda lainnya tiba-tiba datang, itu Beomgyu. Pemuda itu memandang semua orang di sana heran. Bingung dengan atmosfer di sekitar yang menurutnya terlalu tegang dan serius.

"Gue beneran gak tau, Bang apa yang lo omongin. Dan gue gak pernah punya dendam apapun ke elo apalagi ke Kak Yeonji."

Beomgyu memiringkan kepalanya, mengerjap bingung sebelum menoleh ke arah pemuda di sampingnya.

"Ada apa? Bang Jun ama Kai kenapa?" tanyanya, namun, tak mendapat balasan sama sekali.

Yang di tanya malah sibuk menatap perdebatan antara si tertua dan si termuda. Sebelum akhirnya beralih memandang Beomgyu dari atas hingga bawah, menatap dengan tatapan yang menurut Beomgyu sendiri seperti tatapan ketidak sukaan. Lalu pemuda itu kembali mengalihkan pandangannya, mengabaikan keberadaan Beomgyu di situ.

"Tae, lo kenapa, sih?" sewot pemuda beruang itu. Namun, kembali di abaikan.

"Gue nanya ini, anj—"

Bruk

Beomgyu lantas menghentikan ucapannya. Dia menatap ke depan, dan mendapati Hueningkai terduduk di lantai dengan wajah dan rahang penuh lebam.

Hueningkai menghembuskan napasnya kasar, dia menyeringai, mengusap darah di sudut bibirnya. "Terus, kalau gue bilang Beomgyu, lo bakal percaya?!"

"Lo gak ngerasa tingkahnya aneh sejak kejadian itu?!"

Yeonjun diam, sebelum akhirnya bersuara, "Dari mana lo tau? Sedangkan yang lain gak ada yang ngerasa?!"

Pertanyaan itu terlontar, membuat yang di tanya begitu tersenyum miring.

Pemuda itu menolehkan pandangan kepada pemuda beruang di belakang Yeonjun. "Gue sepupuan sama Beomgyu, Puas?"

"Dan otomatis, gue tau persis dia dan seluk beluk keluarganya."

+×+


Soobin mengecek kembali ponselnya, menatap pesan yang di kirimnya kemarin malam yang tak kunjung di balas oleh si penerima. Bagaimana mau di balas, di baca saja tidak.

Dia menghela napas.

"Kenapa lo, Bin? Gue liatin lemes bener."

Yang di tanya melirik ke arah sumber suara, dia menaruh kembali benda pipih itu pada saku celana, lalu menggeleng pelan. "Gue gak apa, Bang," jawabnya, mengulas senyum setelahnya.

"Bener?"

Soobin mengangguk.

"Ya udah. Tapi, kalau ada masalah atau sesuatu yang ganggu lo, cerita aja. Jangan di pendem sendiri. Apa lagi kalau itu tentang netijen, kita julidin bareng-bareng," tandasnya.

Yang lebih muda terlekeh, kembali mengangguk sebagai jawaban.

Soobin mengais tas miliknya lalu menyampirkan pada pundak.

"Gue duluan, ya, Bang!"

"Yoi!"

Pemuda itu melangkah keluar dari Cafe tempatnya bekerja. Siang ini, sepulang kerja Soobin berniat untuk menemui Yeonjun, memberitahu fakta yang dia baru ketahui semalam. Mencoba berunding dan meyakinkan yang lebih tua.

Entahlah, Soobin tidak yakin jika Yeonjun akan mempercayai perkataannya atau tidak. Setidaknya, dia sudah berusaha, bukan?

Setelah sekian lama pula dia mendapat keberanian untuk menemui Yeonjun. Pemuda itu terlalu pengecut hingga terus bersembunyi, dan tidak menangani masalah ini hingga selesai. Dirinya memang sepengecut itu.

Pemuda itu menatap pagar di depannya, ragu untuk menekan bel yang tersedia.

Menimang sebentar, sebelum memberanikan diri menekan bel itu.

Tidak ada jawaban, itulah yang di dapatkannya.

Soobin berpikir, apakah Yeonjun belum pulang dari sekolah? Atau pemuda itu tengah pergi?

Pemuda itu kembali menekan bel. Kembali tidak ada jawaban, sebelum sebuah suara dari arah belakang menginterupsinya.

"Ngapain, lo di sini?!"

+×+


Yoongi menggertakkan giginya kuat. Dia marah sekaligus khawatir dengan Soobin yang tidak kunjung pulang.

Seharusnya sejak satu jam lalu pemuda itu selesai dari part time-nya. Tapi, sampai sekarang dia belum juga menampakkan batang hidungnya.

Pria paruhbaya itu mengambil jaket miliknya, memakainya lalu melangkah keluar dari rumah. Mencari keberadaan Soobin.

Tapi, sepertinya nasib sial kini menimpanya. Di depan sana terlihat seorang wanita paruhbaya, yang sejak beberapa hari lalu menghantui pikirannya.

Hendak berbalik arah, lengannya malah di cengkram dari arah belakang. Dan si pelaku adalah orang yang sama, orang yang sangat dia hindari.

"Di mana anakku, hah?!" tanya wanita paruhbaya itu langsung.

"Gue udah bilang, anak lo dah mati!"

Yoongi terus menepis tangan itu dari lengannya, namun cengkraman itu malah semakin kuat.

"Jangan bercanda dan jawab yang benar!" tegas wanita paruhbaya itu.

Moonbyul, nama wanita itu.

"Jawab pertanyaanku! Sudah belasan tahun lamanya kau menculik anakku dariku!" ulangnya.

Yoongi terkekeh pelan, menatap netra itu dingin. "Kalau gue bilang dia belum mati. Terus, lo mau ngambil dia? Lo gak inget perjanjian kita dulu?"


To Be Continued …

Continue Reading

You'll Also Like

178K 12.3K 53
Buat kalian salah lapak Gw minta maaf ini lapaknya GXG Jadi kalau gak mau baca silakan minggat gw menghargai orang yang menghargai gw Jadilah man...
832K 6.2K 12
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
12.4K 1.1K 31
[R13+] Cerita ini bukan tentang dunia per-love-an anak remaja. Bukan juga kisah yang banyak konflik dan teori sana-sini sampai bikin pusing tujuh kel...
466 56 7
Ravn membentuk ONEUS, yaitu organisasi yang berisi korban penindasan dan korban bekas penindasan, berkumpul untuk saling melindungi dan mencoba mengh...