EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/V...

By heyhduami

1.4K 185 6

He is the strongest, and the weakest person. Ketika pria paling kuat hancur, ia tidak sanggup menangis . - EP... More

P R O L O G U E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10"
11"
12"
13"
14"
15"

16"

38 1 0
By heyhduami

"Sirius Bow."

Hoseok mengeraskan rahang. Telinganya panas mendengar nama itu diucapkan oleh Soobin, sekretarisnya yang baru saja mendapat informasi dari bagian IT.

Jam tangan Rolex pecah setelah lengan berotot itu menghantam dinding. Umpatan dan sumpah serapah memenuhi ruangan. "Berapa Jeon Jungkook yang harus aku punya jika berhadapan dengan mereka?" desisnya.

Dari sofa, Soobin membuka kalkulatornya. Menghitung dengan cermat. "5. 2 jika ditambah Yoongi dan Jimin."

"Yoongi paling lemah di antara mereka."

Soobin mengangguk setuju. "Kucing tua itu memang kurang berguna saat ini." gumamnya pelan namun berhasil menaikkan bulu roma Hoseok.

"Kunci mulutmu di depan Yoongi, dan segera hubungi Namjoon. Kita perlu membahas ini." ujarnya sembari kembali duduk di kursi, menyesap teh hangat buatan asisten magang milik Soobin. Siapa namanya? Karina? Katarina? Ia sangat buruk mengingat nama.

Soobin menggeser pena miliknya ke tengah map. Sisi perferksionisnya kembali muncul. "Kim Taehyung?"

"Nah. Anak itu mudah menyimpan dendam."

.

Banyak hal yang terjadi, dan Jungkook lelah. Pemuda itu duduk di pinggir ranjang tanpa atasan, menghisap rokoknya kuat-kuat dan menghembuskan asapnya dari sudut bibirnya.

Semalam, Taehyung pergi ke rumahnya. Menghubungi salah satu anak buah untuk menjemputnya, meninggalkan mercedes mewah yang terparkir kontras di bawah rumah susun itu. Dia adalah pria yang sama dengan menganggapnya yang meminta Jungkook untuk menganggapnya rumah.

Ponselnya berdering, membuat manik hitam itu meliriknya malas. Tertera nama Hoseok disana.

"Shit!"

Umpatnya. Ia cukup terkejut. Setelah kedatangan Namjoon ke rumah Seokjin, dan Taehyung yang menjemputnya untuk kembali, Jungkook frustasi untuk memahami keadaan yang faktanya urusan dirinya dengan family telah usai.

Jungkook ingat betul ia tidak akan menjual Seokjin untuk tetap berada di sisi Taehyung, "Tapi kenapa para bajingan ini tetap mendekatiku?!"

"Aku mendengarnya, Kook."

"Shit!!"

Ini kedua kalinya Jungkook mengumpat dalam satu menit. Ia tidak sadar bahwa jarinya tanpa sengaja menggeser layar ponselnya.

"Maaf. Jadi- ada apa, Hyung?"

"Ada pekerjaan untukmu."

"Aku sudah berhen-"

"1 juta won. Jika setuju, datang ke tempatku. Take it or leave it."

Jungkook menyumpah serapahi orang yang dihormatinya itu dari seberang telfon. Satu juta won adalah jumlah yang besar, ditambah bayaran dari misi terakhirnya untuk menemukan Jimin.

Pria itu mengusak wajahnya kasar. Telfon mereka belum terputus, Hoseok dapat mendengar helaan nafas frustasi berulang kali dari sana.

"Oke. Aku kesana siang ini."

.

Mercy itu dengan kasarnya terparkir dengan pintu yang tergores garis dinding. Dari dalam, Jungkook terkekeh puas. Bersiul riang mengejek Taehyung yang pergi entah kemana meninggalkan mobil cantik itu di tempat tinggalnya.

"Rasakan, sialan. Sekaya apapun dirimu, tetap saja malas mengeluarkan uang ribuan won untuk servis goresan di mobil mewah." umpatnya seraya membuka seatbelt dan keluar dari mobil. Menendang ban beberapa kali sebelum berlari kecil dengan tangannya yang dimasukkan ke dalam jaket.

DUAG

"AKKHHH!"

Jungkook berteriak kesakitan. Kepalanya terasa berputar hebat dengan cairan yang terus turun menutupi penglihatannya.

Merah.

"BANGSAT!"

Jungkook memutar tubuhnya, melihat sekeliling hanya untuk mendapati Yoongi dengan kunci inggris berdiri tak jauh darinya.

"Selamat datang, keparat." ucapnya datar, kemudian berjalan santai ke arah pintu masuk.

Dalam sekejap, leher pria kucing itu ditarik paksa hingga tubuhnya terjungkal ke belakang. Yoongi mengaduh dan berteriak murka. Mengumpati Jungkook yang mengeratkan tali kuncir rambutnya pada leher yang kebih tua.

Ketika wajah pucat itu mulai membiru, Jungkook melepasnya. Dengan ceroboh, Yoongi segera meraup udara dengan rakus sembari meraba lehernya yang bertekstur.

"Orang sinting!"

Tidak peduli, Jungkook berjalan melewati Yoongi dengan langkah terseok. Menahan sakit teramat sangat di kepalanya yang saat ini terus mengucurkan darah.

Di dalam, ada Hoseok dan Namjoon yang duduk berhadapan di sofa. Seolah menunggu kedatangan seseorang. Namun, ia tidak melihat keberadaan Jimin atau Taehyung dimanapun.

Hoseok mematikan permainan ponselnya, kemudian menatap datar ke arah Jungkook yang baru datang. Sedangkan Namjoon tidak terusik sedikitpun, masih sibuk dengan beberapa berkas di atas meja yang disusun sedemikian rupa.

"Oh, kau datang." ucap Hoseok. Alisnya terangkat ssaat mendapati yang lebih muda penuh darah. Namun terjawab ketika sosok Yoongi muncul dari balik tubuh besar Jungkook dengan rengutan hebat di dahinya dan tangan yang terus memegang leher.

"Kalian baru saja bertengkar?"

Jungkook tertawa sinis, "Saling bunuh lebih tepatnya."

Yoongi duduk asal di samping Hoseok. Melebarkan tangan kanannya di headrest sofa dan menengadah. "Kau yakin ingin menggunakan si bajingan ini?" Gumam Yoongi dengan tangan kirinya yang tidak berhenti mengusap leher.

Di sampingnya, Hoseok mengerucutkan bibirnya ke samping. Menelisik kondisi fisik pemuda yang masih enggan mendekat dan berdiri tegap di depan pintu masuk.

"Well- dia pilihan terbaik kita."

"Jika dia mati, aku juga tidak akan memaafkan kalian." sahut Namjoon tanpa mengalihkan perhatiannya pada 3 manusia di dalam ruangan itu.

"Namjoon? Ke- KENAPA KAU DISINI?!" teriak Jungkook sebelum berlari dan menerjang Namjoon. Pria nomor satu itu hanya merengut heran.

Namjoon memegang pinggang Jungkook, "Apa maksudmu?" tanyanya selembut mungkin. Ia berusaha tidak merusak citranya di depan bocah kesayangan sang kekasih.

"Kau pergi ke rumah Seokjin-hyung dan sekarang pergi meninggalkannya sendiri? Kau sering melakukan ini padanya?" Desis Jungkook. Mengeratkan cengkramannya pada kerah pria di bawahnya.

Di seberang mereka, Hoseok menekan lidahnya ke pipi. Ia agaknya cukup khawatir pada Yoongi kali ini, si kucing kecil akan menggunakan perilaku Jungkook sekarang untuk kembali mengeluarkan anak itu dari misi.

"Kau tidak bisa melakukannya sembarangan, brengsek! Kau dan aku berbeda! Dirimu adalah Kim Namjoon, orang nomor satu dari family! Jangan meninggalkannya sendiri tanpa perlindungan apapun jika kau tidak ingin salah satu dari jutaan musuhmu di luar sana mengincarnya!" racau Jungkook, menghempaskan Namjoon hingga rebah di atas sofa.

Jungkook menyugar rambutnya ke belakang berkali-kali. Berjalan dengan kedua tangannya menekan pinggulnya ke depan, memilih berdiri tegap menghadap jendela.

Sial. Batin Hoseok.

Setelah mengulum bibirnya beberapa saat, Namjoon menyambar ponselnya di atas meja dan menekan layar, "Halo, bawa 20 orangku ke rumah Kim Seokjin di Busan. Sekarang."

Hoseok dan Yoongi yang matanya sudah tidak ditutupi tangan Jimin pun saling bertatapan, menunjukkan ekspresi kebingungan.

"Kau berada dalam lindunganku, Jeon."

Ucapan orang nomor satu di family, sukses membuat seluruh anggota di ruangan itu kembali menatap Jungkook. Surai kelam itu jatuh dan lembab karena darah, namun matanya terus menatap tajam ke arah luar jendela.

"Duduk lah, Jungkook. Aku akan menjelaskan detailnya." tawar Hoseok.

"-dan tolong hubungi dokter kemari. Kepalanya seperti akan hancur di tempat."

.

"Ke-"

"Diam, bocah."

Wuah. Jungkook menjatuhkan rahangnya tak habis pikir. Kepalanya bahkan diperban 3 lapis akibat pukulan keji Min Yoongi dan pria itu masih ketus?

Maniak gila.

Jungkook memilih meluruskan pandangannya ke depan. Mengikuti Audi yang bergerak di depan mereka. Maniknya melirik ke spion, mendapati mobil Namjoon yang juga mengikuti mereka. Sekilas perbuatannya tadi siang membuatnya merutuk.

"Jeon Jungkook idiot. Aku tidak tahu mercy itu milikmu, maafkan aku Namjoon-hyung."

Ketika mobil di depannya belok kiri, Jungkook ikut memutar stirnya ke kiri. Memasuki kawasan red district.

Ada banyak lampu berkelap-kelip disana. Hotel, bar, diskotik, karaoke, dan restoran berdiri bersampingan. Beberapa perempuan dengan pakaian minim terlihat berdiri di sepanjang sisi jalan dengan riasan tebal.

Menjajakan diri.

Mobil Hoseok berhenti, membuat mobil Jungkook ikut berhenti. Ia dan Yoongi keluar dari mobil, berdiri dan memandangi gedung di depan mereka sekarang.

KTV.

Namjoon menggerakkan dua jarinya di udara, lalu datang satu pria yang membungkuk sopan. Ia berbicara singjat dengan Namjoon lalu kembali ke dalam gedung.

"Ayo." Yoongi melangkah lebih dulu. Pemuda itu berjalan dengan angkuh, meskipun ini pertama kalinya ia ke KTV.

Resepsionis mengarahkan mereka ke lorong di sebelah kanan, yang ternyata di sudut lorong ada pria yang dipanggil Namjoon tadi tengah berdiri dengan 2 perempuan berpakaian super minim.

Super.

Minim.

Bahkan Jungkook dapat melihat jelas visual tubuh salah satu perempuan itu. Teknisnya, mereka telanjang dengan gaya.

"Silahkan." Pria tadi membuka pintu.

Aroma alkohol dan rokok menyeruak. Hoseok menggerutu sambil menjepit hidung mancungnya. "Kebiasaan."

Jungkook melangkah masuk, dan seketka membeku. Di dalam ruangan 4x4 meter itu, ada Taehyung yang duduk di sudut sofa. Mengangkat kakinya di atas meja dan tangan yang dilebarkan di atas headrest. Mulutnya sibuk mengunyah anggur yang disuapi seorang perempuan.

Sedangkan Jimin, terlihat heboh menyanyikan lagu Bigbang dengan gerakan-gerakan bodoh. Jarinya menjepit lintingan rokok yang baunya seperti campuran tembakau dan ganja.

Luar biasa memang. Dia hampir sekarat beberapa hari yang lalu dan sekarang bertingkah seperti orang mabuk idiot.

Ahh- dia memang mabuk.

Yoongi menghampiri Jimin. Mengambil mic dan membantingnya kuat-kuat. "APA YANG-"

"Kami mengetahui informasi penculikmu. Jadi duduk lah dan bersikap dewasa."

Agaknya, Jimin cukup terkejut. Ia terdiam dengan netranya yang mengikuti Yoongi hingga duduk di sofa. Bahkan dirinya yang diculik saja tidak mengetahui apapun soal penculik itu.

"Jungkook, duduk lah." panggil Namjoon.

Ia mengalihkan pandangannya ke pintu masuk. Ada Jungkook yang melirik ke arah pintu. Memastikan 4 bodyguard dan Soobin masih di sana, sebelum berjalan untuk duduk di salah satu sudut sofa. Berseberangan dengan Taehyung.

Jungkook membatin, ini situasi yang aneh.

Urusannya dengan Jimin masih belum selesai, sedangkan ia tidak mungkin mencoba membunuh pria itu sekarang secara terang-terangan. Ditambah lagi, tidak ada yang menyangka bahwa Taehyung akan berada di tempat ini.

Si manik madu bukan tipe orang yang menyukai red district. Ini juga sepengetahuan Namjoon. Di sisi sofa lainnya, Hoseok mendesah berat. Niatnya untuk membicarakan Sirius Bow tanpa Taehyung harus diurungkan.

Faktanya, ia lupa jika si bibir kotak senang mengekori Jimin seperti anak ayam.

"Jadi?" pancing Taehyung. Ia melinting beberapa daun di atas meja sebelum menjepitnya di bibir, lalu membakar ujungnya dengan pemantik.

"Penculik Jimin ada disini. Soobin menyuruh anak buahnya untuk memasang alat pelacak di salah satu mobil milik mereka yang ada di pelabuhan." jelas Hoseok. Ia menepuk tangannya beberapa kali, sebelum Soobin-asistennya- masuk ke dalam ruangan mereka dengan membawa koper.

Dengan cekatan, pria itu menginstall laptop dan memasang hardisk. Menyambungkannya pada proyektor yang tersedia disana. Kemudian, Hoseok berdiri, menyugar rambutnya ke belakang.

"3 orang ini dalangnya." Tunjuknya ke tampilan layar dari proyektor.

Taehyung menghisap kuat-kuat lintingannya sebelum menghembuskan asapnya berat. Ia masih terlihat tidak tertarik. Matanya memperhatikan Jimin sebelum melirik Jungkook yang serius memperhatikan layar di depan mereka.

Hoseok berdehem, berniat melanjutkan penjelasannya. "Mereka Si-"

"Ada apa dengan kepalamu- Jeon?"

~•~
THANK YOU

Continue Reading

You'll Also Like

59.1K 5.3K 46
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
169K 14.3K 25
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
46.7K 3.3K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...