XABIRU [END]

By SiskaWdr10

49.4K 3.8K 599

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... More

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
06.Dia iblis pembunuh!
07.Jagoan sedang sakit
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
14.Si biang kerok menang
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
22.Satu-satu nanti cape Ra
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
32.Dua pemeran yang buruk
33.Selamanya tetap pelanggar
34.Dari si pemberi luka
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
37.Biru, you are not alone.
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

45.Penikmat alur tengah

781 67 3
By SiskaWdr10

Jujur aku sakit hati bgt pas ngetik bagian Bapak Alex:((semoga kalian bisa nyimpulin segala sesuatu dari dua sudut pandang beda ya:(( btw selamat teraga-raga>3

45.Penikmat alur tengah

Kau tidak membenci diri ku seorang diri saja karna aku juga ikut membenci diriku sendiri." -Alex Smith Ricardo.

_________

Setiap rumah tangga tidak ada yang benar-benar harmonis, pertengkaran kecil pun besar pasti pernah di alami, semuanya telah mereka lalui, suka maupun duka yang berakhir sama-sama mengalah.

Orang rumah memanggilnya 'raga' putera sulung keluarga Ricardo berdarah Maharaja. Umurnya sudah masuk sepuluh tahun, tampannya perpaduan Xabiru dan tentu Ayah kandungnya, Juna. Namun lebih dominan sifat kalem dengan aura cool benar-benar sempurna dari Juna.

Keduanya punya satu kesamaan, sama-sama kesayangan Rai.


Xabiru memasukan tangannya ke saku celana, menyisir rambut menggunkan celah jari. "Don't forget to smile, dan bilang  anak itik punya pak Ken, belinya di Bu ember...hai cantik can i have your phone number."

Raga melirik ayahnya pada cermin di depan, ikut menyisir rambutnya yang memang dibiarkan panjang. Tersenyum kikuk dan berdehem. "Anak itik punya pak Ken, belinya di Bu ember...hai cantik can i have your phone number?"

Kegirangan Xabiru berhasil mengajari anaknya modus. Tinggi Raga seperut Xabiru, mereka benar-benar sangat akrab bahkan Raga selalu merasa Xabiru bisa jadi teman terbaiknya. "Oke, sekali lagi. Rileks dude! jangan terlalu kaku agar gadis yang kau taksir berhasil terpikat."

Di depan keduanya memang terdapat cermin besar. "Master X pernah gagal?" tanya Raga dengan gestur tubuh kalem.

"No, urusan perempuan master selalu lancar, jaya, merdeka."

"I will try again..."

"Oke," menyilanglan tangannya di dada lalu mengerutkan kening. Banyak trik yang Xabiru punya.

"Aku hanya perlu mengambil hatinya?" tanya Raga polos.

"Yeahhh. Jahat kalau kau ambil jantungnya juga."

Raga mengedikan bahu santai. "Kenapa tidak? ayah kan memiliki banyak uang."

Xabiru diam. Salah, memang salah besar telah mendidik puteranya tanpa embel-embel sederhana dari Rai. "Lanjut! jika si cewek masih tidak mau melirik ke arah mu, kedipin satu mata, like this...." kedipan mautnya Xabiru peragakan.

Baru saja Raga mau mencoba pintu kamar sudah di buka kasar. "APA ITU TADI?" misuh-misuh perempuan yang rambutnya di cempol ke atas menyela. 

Ayah dan anak tersebut saling lirik. "Ayah mengajarkan apa padamu?" tanya Rai mengintimidasi dengan mencekal dua pundak Raga.

"Master X hanya mengajarkan trik memikat gadis," dijawab santai oleh anaknya.

"Master X?"

"Yeaah nda, saat berguru padanya i will call him 'master X', and he also said 'kita harus menggunakan cara istimewa untuk gadis yang paling kita cinta' tidak ada yang salah bukan nda? kenapa harus marah?  falling in love is not a mistake," ucap Raga membuat senyum Xabiru mengembang bangga.

Rai mengedipkan matanya berulang-ulang, apa tadi kalimat akhirnya...jatuh cinta bukanlah sebuah kesalahan.

Oh jangan lupa Raga memang memiliki IQ yang tidak jauh juga dengan Juna, mudah mengingat dan cepat tanggap.

Usai melotot galak pada suaminya Rai mengeratkan cekalan pada pundak raga, berkata tegas. "Dengarkan Bunda raga, tidak ada master X, master X," lalu menunjuk Xabiru. "Ayah. He is your father! kamu hanya boleh memanggilnya ayah, understand?"

"But it's a rule, nda."

"Rules? aturan apa? Bunda paham jatuh cinta bukan kesalahan, but--- hei? It is not time yet. Seusia kamu lebih baik berteman, semua punya saatnya sendiri sayang," katanya berubah lembut.

"Oke, aku akan menyudahi berguru pada master X," jawabnya lesu lalu menatap Xabiru, melalukan tos yang--aduh TOS rahasia katanya. Hanya mereka berdua yang boleh coba dan 'bisa'. "Bunda tidak asik," katanya membuat mata Rai membelalak.

"TIDAK ASIK? RAGA!" teriaknya tidak terima. Siap mengamuk pada si sumber masalah yang menyengir tanpa dosa.

"KAMU APASIH NGAJARIN RAGA GENIT?!" omel Rai marah.

"Apa salahnya?" tanya balik Xabiru santai.

Rai mendengus. "APA SALAHNYA? APA--APA KATAMU?"

Xabiru duduk di sisi ranjang menjadikan dua tangannya tumpu ke tubuh belakang. "Raga udah remaja sayang... ya harus aku---"

"SEPULUH TAHUN, SEPULUH TAHUN! MANA ADA REMAJA?" nada Rai tambah nyolot, ikut duduk di sebelah suaminya.

"Aduh kamu kalo marah-marah makin cantik gini sih?" goda Xabiru mengusap poni panjang Rai yang tersisa di sisi pipi.

"AYAH! KAMU AYAHNYA, AYAH YANG BAIK! NGGAK NGAJARIN YANG MASUK KE CINTA-CINTAAN, KAMU TAU SENDIRI KALAU ANAK UDAH KENAL CINTA----"

"Husss, nggak boleh bentak-bentak urat sisi wajah kamu sampe keluar gini? maaf sayangku," katanya coba mengontrol emosi Rai dengan terus mengusap urat yang mencuat, diciumnya pipi Rai.

Rai membuang nafas perlahan. "Aku nggak izinin ya kalo buat kasih trik-trik kaya tadi lagi. Inget tanpa izin dari Ibu semuanya nggak akan lancar."

"Terus gimana dong cara dia nembak cewek yang dia suka?"

Nafas dalam kembali dengan kasar Rai tarik. "NEMBAK?"

"Eh? iya sayang."

"EMANG SIAPA CEWEK YANG DIA SUKA?"

Bergumam untuk berpikir jawab atau tidak. Menggeleng. "Aku nggak bisa kasih tau, itu privasi klien sayang," katanya mutlak.

Emosi Rai mulai kembali mendidih. "PRIVASI? APA----KLIEN?" setiap kalimat sengaja Rai tekan. Xabiru yang masih tenang terkekeh.

Kepalanya mengangguk. "Master X harus perfesional jaga privasi."

"NGGAK ADA MASTER X, MASTER X APA LAH ITU! KASIH TAU CEPET!"

"Sayang---"

"DIA ANAK MU! BUKAN---KLIEN? BUKAN! ANAK MU! YOUR SON!" tegas Rai murka. "AKU IBUNYA JELAS HARUS TAU SEMUA!"

"Iya, anak juga klien."

Rai berdiri, berkacak pinggang sambil melotot galak. "CUMA ANAK!"

Xabiru meringis sambil menggaruk rambut belakang. "Yang maaf aku emang bener nggak bisa kasih tau."

"Oke," hembusan nafas jengah kembali keluar. "Aku tidur di rumah tetangga malem ini!"

"SAYANG!"

"APA?!" keduanya berdebat panjang.

Memperdebatkan satu anak yang tengah santai olahraga malam. Bola basket masuk sempurna ke ring, Raga mengusap keringat di pelipis menggunkan handuk kecilnya.

"Tuan muda di depan ada gadis seusiamu yang ingin bertemu dengan mu," kata pelayan dibalas anggukan kecil oleh Raga. Keluarga Rai sudah pindah rumah, rumah super besar karena anggota keluarga sudah ada empat!

Ia berjalan keluar gimnasium di dalam rumahnya sambil menegak aqua, sedikit bercucuran ke kulit tengorokan, menambah kesan cool-nya semakin mencolok.

Melihat gadis kuncir kuda rapi dengan poni di kening yang duduk gugup di sofa menunggu dirinya, alis Raga bertaut. "Nesya?"

Nesya, itu manis. Berlesung dengan senyuman hangat, pakaiannya sederhana. Tidak mau basa-basi ia segera menyodorkan jaket milik Raga. "Ketinggalan, Mama bilang harus cepet dikembaliin, soalnya...." mimik wajahnya menunjukan keraguan.

Melihat wajah datar Raga yang menunggu kelanjutan tanpa mengambil jaket yang ia sodorkan Nesya cepat-cepat kembali berucap. "Soalnya barang punya kamu pasti mahal, aku nggak punya uang buat ganti kalau rusak atau hilang."

Raga menyimpan botol yang ia bawa ke meja, mengambil jaket denim yang kemarin ketinggalan di rumah gadis itu karena kerja kelompok. "Nunggu apa lagi?" tanyanya tidak ketus, biasa saja.

Sial, Nesya bergerak linglung, mengangguk dan cepat-cepat pergi. "Tunggu!" tahan Raga padahal baru tiga langkah.

Alangkah terkejutnya ketika ternyata Raga memakaikan jaket itu pada Nesya dari arah belakang, bukan hanya para pelayan dan Nesya sendiri yang termangu tetapi juga Rai yang baru saja keluar dari kamar yang posisinya di dekat belakang sofa.

"Lain kali cuci dulu kalo ngembaliin," ucap Raga lugas. Nesya buru-buru mengangguk lagi, wajahnya pasti terlihat bodoh. "Kesini naek apa?"

"Dianter Kakak naik motor, dia nunggu di luar."

"Motor?"

Perasaan Nesya berkata jelas. "Iya, di luar."

"Bawa jaket?"

"Nggak, aku buru-buru."

Badan Raga menegak, memasukan dua tangannya pada celana jersey basket yang ia kenakan, untuk dapat memandang lekat wajah Nesya kepala Raga sedikit menunduk karena tubuh Nesya pendek, gerak-gerik Nesya terlihat resah saat sadar tengah di perhatikan oleh pangeran  'sekolah', hal tersebut membuat Raga menyunggingkan seulas senyum tipis. "Makasih udah anterin jaket gue. Akhir-akhir ini cuaca malem dinginnya bisa sampe 15,4 derajat celcius, Bunda bilang kemungkinan besar udara dingin yang nusuk ke kulit bisa bikin sakit apa lagi nggak pake jaket."

"Eh...sakit?"

Sebagai balasan Raga mengangguk sambil berdehem. Dengan pasti Raga sekali lagi berucap. "Nesya lo nggak boleh sakit, kasih jaket itu ke kakak lo dan lo gue anter pulang naek mobil," katanya lalu menarik lengan gadis itu sebelum sempat dijawab.

Rai yang berdiri tegak semakin diam, mulutnya terbuka lebar. Xabiru yang baru keluar tepuk tangan dan bersorak-sorak sangking senangnya. Apa yang sudah Rai lewati, sudah berapa lama Raga berguru pada Xabiru hingga sehebat itu langsung bertindak. Seharusnya Rai biasa saja, anggap perhatian dari Raga pada gadis itu adalah sebuah perhastian sebagai (teman). Ini memang gara-gara ayah bedebahnya!

"RAGAAAA IZIN DULU SAMA BUNDA!" teriak Rai yang sayup terdengar oleh puteranya.

*******

Sejenak Rai membuang nafas penjang, lelah juga harus jadi Ibu dari dua anak sekaligus jaksa. Ia menutup buku tebalnya, malam sudah semakin larut. Sebelum beranjak bangkit Rai menyesap sisa kopi yang menemani dirinya menekuni suntuknya  keputusan pengadilan, klien Rai maksimal di hukum 10 tahun penjara, telak sampai akhir banding. Artinya Rai gagal, ia terus mencari cara yang akhirnya buntu.

Ditambah Calista Amora. Anak perempuannya yang berumur sembilan tahun itu terserang DBD, harus di rawat intensif di rumah Bundanya, Rai bukan tidak percaya pada pelayan di rumah melaikan jika Risa yang mengurus hatinya lebih merasa tenang.

Sekarang apa lagi? Xabiru malah penambah bebannya dengan mengajari raga trik konyol yang membuatnya naik darah. Lihat saja malam ini Rai akan sungguhan tidur di rumah tentangga.


"Besok aku ambil cuti seminggu, jagain Tata sampe sembuh, lusa jangan lupa kamu juga ambil cuti kita harus dateng ke perform acara sekolahnya Raga, kamu nggak lupa dia jadi perwakilan kelasnya untuk padus bareng kakak kelasnya kan, sayang?" cerocos Xabiru saat Rai baru masuk kamar.

"Iya," dijawab pendek oleh Rai yang mengambil bantal dengan wajah ditekuk.

Gerakan jari Xabiru yang mengetik di papan keyboar laptop terhenti, menatap istrinya. "Kamu mau kemana?"

"Kamu pikir aku bercanda buat tidur di rumah tentangga? aku udah ambil cuti dua Minggu dan besok aku yang ngurus tata!" balas Rai sedikit ketus. Xabiru terdiam sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum.

Ya ampun senyum Xabiru seperti pengibaran bendera perang. "Kamu nggak nahan aku?" tanya Rai saat sampai di ambang pintu.

Xabiru yang duduk di ranjang menurunkan sedikit kacamatanya, menggeleng. "Serius?"

Geli sekali Xabiru menahan tawa, seulas senyum kembali hadir, sekali lagi menggeleng. "Aku mau tidur di rumah tentangga lho? RU-MAH TE-TANG-GA!" jelas Rai tidak menyangka.

"Iya kenapa? hati-hati di jalannya," ucap Xabiru enteng. Rai kehabisan kata, bom meledak di kepalanya.

Akhirnya ia hanya bisa mendesah pelan. "Kamu udah nggak sayang aku lagi ya?"

"Eh?"

"NYEBELIN!"

BRUAK!

Masih saja tingkah istrinya itu kekanakan, ia selalu suka itu. Lihat bahkan Xabiru tertawa geli sesudahnya, ia tinggal menunggu hitungan menit.

Dan....

"BAPAKNYAAAAAAAA RAAAAAAGAAAA!" teriak Rai menggema, mendengking hingga membuat Xabiru mengusap telinganya sendiri. Wajah Rai merah padam sampai telinga, tatapannya begitu tajam siap menerkam.

"KAMU----KAMU? KAMU KAPAN BELI RUMAH TENTANGGA?!" tanya Rai meledak. Saat ia berjalan jauh-jauh keluar rumah ternyata sepi dan ada spanduk di jual, mudah saja Rai pahami alasan dibalik itu.

"Kok aku?" sebisa mungkin ia memasang wajah terkejut.

"NGGAK MEMPAN TAU GAK MUKA JELEK KAMU ITU PURA-PURA GAK TAU!"

Kalah, Xabiru akhirnya tertawa. "NYEBELIN!" amuk Rai memukul Xabiru menggunkan bantal, pantas saja tadi langsung di beri izin.

********

"Ayah dan bunda bertengkar?" tanya Raga saat satu keluarga ini melakukan sarapan, mata cokelat gelap Raga melirik bergantian pada ayahnya yang menyengir sedangkan bunda yang masam.

"Mana ada?" Xabiru berbisik pelan pada Raga. "Bunda mu sedang simulasi jadi beruang."

"Really?"

"Yeaah."

"But...." Raga melirik ayahnya sambil mengerutkan kening. "Bears are not grumpy animals, dia hewan yang ramah bukan?"

"Not always, malah terkadang---"

"Biasakan jika di meja makan tidak usah mengobrol!" sela Rai galak, kedua laki-laki itu langsung menegakan badan dan lanjut dengan sarapan nasi goreng di piring mereka. Kacau, Bunda Rai jika marah paling bahaya.

Selesai sarapan Raga memakai tasnya, salim pada Rai. "Nda antar dan jemput Raga sekolah?"

"Sorry can not, sweetheart. Kamu diantar ayah, okey? Bunda harus merawat adik mu," kata Rai merapikan cardigan khas sekolah yang raga pakai.

"Again? Nda.... forgot your promise? Hei bukannya bunda berjanji akan menjemput lalu jajan es doger di tempat favorit bunda itu?" tanya Raga kecewa.

Rai menghela, ini pilihan yang sulit. "Maaf sayang, tata merindukan Bunda."

"Ya, always like that. Ayo yah," kata Raga lesu lalu menarik tangan Xabiru yang dari tadi menunggu bagian di rapikan dasinya, boro-boro dirapikan melihat saja Rai enggan. Alhasil ia terseret oleh tarikan anaknya.

Selama perjalanan menuju rumah Ibunya, gundah hati Rai memikirkan perasaan Raga, air muka yang sedih dan kata-kata yang terlontar datar. Itu jelas bukan anaknnya.

My world:
Ayah, raga langsung bt ya? mukanya pasti badmood:'(( gantengnya bunda sedih ya? huhuhu aku salah udh ngelanggar janji

Xabiru yang tengah menyetir sambil bernyanyi-nyanyi dengan Raga terkekeh geli, dari dulu istrinya itu selalu menomersatukan perasaan.

Husband:

Husband: Ada aku, nggak papa bunda cantikkk ෆ

Syukur Xabiru selalu bisa mencairkan suasana, seperti janjinya dulu ia berhasil jadi ayah yang lebih dari kata hebat.

******

Debu menyambut kedatangan ayah dan anak saat mereka baru saja membuka pintu kayu ruangan kosong, bercat putih gading dengan ukuran luas 9m x 8m. Tepat posisi di tengah ada ukiran patung wanita cantik bersayap malaikat dengan mahkota di kepala. Dipahat senyata mungkin.

Seketika keberanian Xabiru untuk maju menipis, diam tidak bergeming. "Ini semua hasil karya ku." Alex bersuara berat kala sadar di dalam diri puteranya terdapat kehancuran.

Bola mata Xabiru menyapu sekeliling dinding, terdapat lukisan indah disana. Semua rupa adalah tentang seseorang kekuatan Xabiru. "Mommy?"


"Mari ku perlihatkan lebih dekat," ajak Alex berjalan lebih dulu ke arah patung. "Maaf jika sedikit berdebu, aku sudah berusaha membersihkannya."

"Daddy membersihkan?" wajar Xabiru bertanya sebab Alex memang amat benci pada kepulan debu yang masuk kehidung sehingga berakhir bersin.

Tawa Alex mengalum. "Tentu, agar kau bisa lebih jelas memuji hasil-hasil karya pemuda galau berat pada zamannya dulu," menggenang senyum bangga di bibirnya.


Kali ini Xabiru akui ayahnya lebih hebat. Beda, saat muda dulu Xabiru galau menghabiskan satu bungkus rokok beserta vodka dan kaleng-kaleng bir lainnya, sedikitpun tidak berpikir menciptakan karya.

"Wow, sungguh menakjubkan pemuda itu," puji Xabiru sengaja pura-pura tidak tahu inisial dari kalimat Alex.

"Kau suka?" Alex bertanya, sebagai jawaban Xabiru mengangguk. Tangannya bergerak pelan mengusap sisa debu di patung itu.

"Is wonderful," puji Xabiru terucap jujur. Dari sini Xabiru bisa merasakan betapa besarnya cinta Alex pada mommy.

"Kau tahu kenapa aku tidak mengurungmu untuk membaca buku-buku tebal di kamar kala muda dulu? membiarkan mu menciptakan masalah-masalah fatal, keributan atau hal yang mengancam nyawamu?" data semua kenakalan Xabiru atau prestasi Xaviera diketahui oleh Alex, dampak dari ulah yang diperbuat selalu Alex tutupi.

"Karna....." Xabiru bergumam pelan, "kau orang yang begitu sibuk?"

Alex menggeleng maklum, senyum tipis. "Karna aku ingin kau menemukan jati dirimu sendiri tanpa tekanan apapun. Apa yang aku inginkan dapat terwujud oleh mu---ah apa dulu lontaran sarkasme ku? merusak masa depan, padahal dibalik itu aku menginginkannya seperti mu," getir ucapan Alex menambahkan kepercayaan cerita. Ia membuang nafas panjang, menatap sekeliling. "Ada pertanyaan dari Xabiru kecil yang baru bisa ku jawab sekarang. 'Dadd, mengapa kau tidak ingin memelihara hewan, semacam burung, kuda-kuda yang gagah atau harimau putih?' karna ... aku membenci kurungan. Dimanapun itu ketika aku melihat burung yang disandra dalam kurungnya aku seperti melihat diriku di masa lalu."

"Jadi itu mengapa kau dulu membeli 1000 ekor burung lalu melepaskannya cuma-cuma ke alam bebas?" kejdian yang satu ini saat umur Xabiru masih empat tahun. Alex tersenyum kecil menandakan jawaban Xabiru benar. "Lalu apa hubungannya dengan ruangan dan isi di dalamnya ini?"

"Mommy mu adalah wanita yang hampir sempurna, anak tunggal berharkat tinggi dari keluarga keturunan bangsawan, Mandela. Perusahaannya punya koneksi paling berpengaruh ke berbagai negara, aku masih di bawah tiga tangga dari semua kekuasaan yang Mandela Arkana miliki. Memberanikan diri mendekati Puteri kerajaan mereka, lalu... apa kisah cinta ku semenyenangkan pangeran dan ratu di dalam dongeng yang sering kau dengar dari mommy mu itu? tidak. Sebagai lelaki sejati orang tuanya meminta ku untuk yeahhh----minimal satu tingkat di atas mereka. Membuktikan jika aku layak meminang putrinya. Itu bagian yang tidak mudah sekali, karna ku pikir apa yang selama ini ku dapat susah payah sampai merelakan  untuk menikmati masa muda ku sudah benar-benar maksimal. Aku kembali gigih bekerja, menyantap berbagai ilmu hingga beberapa kali tumbang."

"Dan berhasil?"

"Kegagalan hal yang paling ku musuhi, jadi jelas aku berhasil. Jika kau berpikir kisah berakhir bahagia, tidak biru. Mendapatkan Ibu mu sungguh tantangan tersulit bagi ku. Singkat cerita kita menikah dan bahagia sementara memiliki keluarga kecil. Menikah dengan ku ternayata bukan satu-satunya mimpi Ibu mu, dia punya mimpi yang lain untuk menjadi dokter mata, seolah-olah grandpa mu mengira itu bukan mimpi Ibu mu tapi perintah dari ku, mereka marah anaknya bekerja di bawah perintah ku, menghakimi sendiri jika aku lah yang menyuruh Ibu mu bekerja untuk mempertahankan kesejajaran tahta dengan mereka. Mendesak ku untuk mengajukan perpisahan dan itu yang membuat semua karya ini bisa ada, aku galau berat. Coba pelan-pelan bicara pada Ibu mu namun dia juga menyalahkan ku telah menghalangi mimpinya, berbagai sisi mulai menyudutkan ku."

Lenggang sesaat.

"Apa yang ku dapat selain kerusakan mental? usaha ku tidak pernah berarti, barang kali hanya sedikit saja sepertinya tidak. Bimbang berhari-hari aku di ruangan ini, melukis, memahat, melamun, berpikir keras bagaimana caranya agar mendapat jalan terbaik, namun yang ku dapat adalah bisikan setan. Bertingkah bajingan agar Ibu mu mundur tanpa ku minta, karna...." mungkin karena terlalu menyedihkan Alex memberi jeda untuk lanjut berucap. "Karna aku tidak bisa lebih dulu meninggalkannya, tak akan bisa biru. Lebih baik aku yang ditinggal pergi."

Wajah tenang, suara berat dengan tatapan sulit Xabiri pahami itu seperti bukan Alex yang selama ini Xabiru kenal. Kepingan luka satu persatu mulai terkuak. "Ibu mu sabar menghadapi ku yang kasar dan seenaknya, sampai suatu hari dia pergi ke Jakarta tanpa izin lebih dulu padaku, hanya menitipkan surat. Di hari itu juga grandpa mu datang, dia marah besar karena putrinya dibiarkan banting tulang sampai harus keluar kota untuk perpindahan rekan kerja. Para bodyguardnya bengis memukuliku. Sakit dari pukulan tidak seberapa tetapi luka di hati ku begitu membeludak," untuk merespon saja Xabiru mati kutu. "Dan hari berikutnya selepas Ibu mu pulang adalah hari terburuk untuk mu, maaf... Maaf kan aku."

Jadi bajingan agar dijauhi.... ayah dan anak ini sama-sama pernah ada di posisi serupa.

Alex memaksakan mengulum seutas senyum tipis kala bertatapan dengan wajah hampa Xabiru yang tidak bisa berkata. Menepak pundak sang putera tiga kali. "Alangkah senangnya aku saat tahu kau memiliki dua teman setia, aunty dan Kakak mu. Dimasa tersulit kau bisa berbagi cerita pada mereka tidak menyimpannya sendiri sepertiku, bukannya aku tidak enak untuk bercerita tapi karna teman-teman ku hanya buku dan angka-angka dalam kurva, mereka tidak bisa menjawab dan mendengar ceritaku atau menangisi masalah ku seperti yang Calvin dan Zergan lakukan pada mu."

Ada yang menghantam dada Xabiru begitu keras saat mendengar apa yang Alex ucap. "Apa daddy tidak punya teman?" Alex menggeleng. "Satu pun?"

"Siapa yang mau berteman dengan anak yang hanya mementingkan masa depannya sendiri?" kembali terdiam, mata Xabiru sedikit memanas membayangkan sesepi apa ayahnya dulu. "Ku pikir sepi ku selama bertahun-tahun dalam kurungan kelak akan terbayar, harapan ku terlalu tinggi. Aku mungkin sudah ditakdirkan harus selamanya berteman dengan sepi."

Mendelik ke arah Xabiru, mengamati dalam bola matanya. "Aku membenci diriku sendiri selama bertahun-tahun, biru." Alex berucap serak. Xabiru menelan ludah. "Benci membuat wanita yang ku sayang terbang menggunkan sayap dipunggungnya."

"Maaf." Xabiru menyela pelan, menggigit bibir bawah. "Maaf, dadd."

"Kenapa kau harus memiliki bola mata serupa dengannya? rasa sesal di hati membuat ku sangat marah, mata mu mengingtkan ku padanya, pada tingkah bejad ku, maka itu lah yang membuat ku amat membenci mu. Egois, sungguh. Semua ku luapkan pada mu yang tidak berdosa."

"Dadd...."

"Aku di didik keras dari kecil, Kakek mu bilang itu demi kebaikan, beranjak besar setelah jatuh cinta begitu dalam grandpa mu menyuruhku meninggalkan Ibu mu beliau bilang itu demi kebaikan, mereka terus berlindung di balik kata menyayangi ku, memberikan keputusan terbaik katanya. Yang tidak mereka ketahui dalil-dalil demi kebaikan itu telah menghantam jiwa ku berulang kali."

Nafas tercekat ditenggorkan. Mencerna semua fakta dari sudut berbeda. "Mati rasa hati ku ketika tahu bahwa musuh terbesar anak-anak ku adalah ayahnya sendiri, kerusakan mental Kakak mu sampai ia tidak lagi mau melihat wajah ku itu .... itu benar-benar membuat ku semakin membenci diriku sendiri, biru."

Alex terus melanjutkan setiap kata yang seperti panah bagi Xabiru, menusuk lebih dalam ke jantung. "Luka-luka tersebut bahkan sampai membawa ku ke titik dimana aku berpikir.... kenapa aku harus berprilaku adil sedangkan dunia saja tidak pernah adil pada ku?"

Xabiru tertawa miris, tepatnya menertawakan luka dia dan ayahnya sendiri. "Aku hanya tahu dari satu sudut pandang saja, tengah alur," kata Xabiru berat. "Maaf kan aku dadd, maaf .... kenapa daddy harus simpan sendiri?"

Mereka saling bertatapan, kosong isi di dalam mata. "Karena kepercayaan mu sudah ku rusak dari kecil."

Sebuah jawaban singkat, jelas, padat itu telah melumpuhkan sementara saraf kerja otak Xabiru.

Xabiru mengusap wajah perlahan seraya menarik nafas dalam. "Dan jikalaupun memang ada tempat cerita sepertinya aku akan tetap menyimpan semua ceritaku sendiri," ucap Alex lagi.

"Kenapa?"

"Aku tidak tahu caranya bercerita, memiliki teman atau dicintai. Aku di desain hanya untuk menurut, belajar, makan lalu tidur. Seolah Mulutku di kunci, dua tangan terborgol, di campakan di ruang gelap sendiri. Bagaimana itu? selain menangis sendiri dalam diam aku belum mempelajari bercerita sambil terisak, boleh kah kau mengajari ayah mu ini, biru?" seakan Alex meminta begitu pasrah, hidupnya sudah hancur, berharap setitik kebahagian di umur tua.

Yang dimintai bantuan tertunduk dalam, bulir air mata lolos padahal sudah mati-matian ia tahan. "Setidaknya sekali saja sebelum aku menyusuli mommy mu aku juga ingin mendapatkan cinta yang sama seperti kau mencintai Ibu mu," tambah Alex lirih. Unek-eneknya yang dipendam bertahun-tahun akhirnya bisa tersampaikan.

Isakan pelan terdangar dari Xabiru. Peran antagonis ternyata memiliki seribu topeng di wajahnya. Perlahan coba kembali menatap, berucap lebih serak. "Dadd, izinkan aku bersujud di kaki mu."

********

Ayo maaf-pin bapak ganteng ini•ᴗ•

⚠️Semua gambar cuma ilustrasi yg di dapet dari Pinterest⚠️

(Masih muda)

(Udh nikah)

(Sekarang, mukanya menolak tua🙂)

(Bonus saat pacaran sama mommy Grace💚💚💚)

Dari semua cerita yg ku bikin bener-bener cuma dicerita ini aja nggak ada tokoh jahatnya, siapa? Evelin? no, Geisha? no, Alex? nggak juga, dia malah yg paling sakit menurutku. Huhu, sengaja. Buat pembelajaran bareng2 kalo kita nggak boleh nyudutin satu sisi tanpa denger yg lain, ngerasa paling sedih padahal ada yg hidup tpi hatinya mati.

Dan sumpah niat rencana ku sampe 40 bab! ini keterusan woi, karna ku rasa ada beberapa hal yg harus di ceritain lagi.

Nggak ada tokoh jahat dicerita ini mereka cuma dipaksa keadaan. Yeah kaya my boy friend Draco Malfoy, Hhhh just kidding.

[TBC! LIAT MURID MASTER X BERTINGKAH MEN-TEMEN :b ]

Continue Reading

You'll Also Like

64.1K 4.1K 54
[PROSES REVISI] welcome to my fictional world sedikit cerita seorang sagara dengan kehidupan sehari-hari nya yang bahagia tanpa ada musibah yang men...
2.9K 874 24
MASUKIN KE PERPUS KALIAN YA BIAR NGGA KETINGGALAN UPDATE! •0• "Lo udah tau tentang gue sekarang lo milik gue, Queen" "Nggak! Lo gila! Lo psychopath!"...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.5M 179K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...