Imam Impian (Revisi)

By Aqidatul09

1M 27.7K 473

Awal : 21 Agustus 2021 Selesai : 14 Februari 2022. TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN! Proses revisi... More

01. Kemarahan sang ayah
02. keputusan
03. pondok pesantren
04. Adaptasi
05. Bertemu
06. Hukuman
07. Senjata Makan Tuan
09. Liburan
10. Rahasia Ustazah Nisa
11. Menginap

08. Rumah sakit

19.8K 2.2K 39
By Aqidatul09

"Terpaksa mengikhlaskan
meski belum sempat memiliki."
.
.
.
Happy reading

"Yaudah, saya permisi dulu. Segera bawa ke rumah sakit. Ini surat rujukannya." Dokter menyodorkan surat rujukan yang telah diisinya.

"Kita siap siap sekarang. Nurul tolong siapin keperluan nya Ima di kamar, sekalian ikut nanti, biar ummi sama Azril yang ke rumah sakit dulu. Layla sama Anna kondisikan temen-temen ya?"

"Iya, Ummi."  Ustaz Azril mengaguk.

Setelah keperluan selesai Ana dan Ummi menggendong Ima untuk dipindahkan ke mobil. Setelah siap kami berangkat.

Jujur di hati Ustaz Azril yang paling dalam merasa bersalah, hingga membuat nya begitu. Padahal ia terkenal dengan sifat kuat dan bar-barnya, "Maafkan saya Qela."

Setelah sampai di rumah sakit, Ima di bawa perawat ke ruangan IGD untuk di periksa oleh dokter. Sementara Ummi ke ruang pendaftaran, Nurul menunggu Ima.

"Sebentar saya periksa dulu, ya, Dek?" Tanya dokter yang memeriksa Ima.

"Iya Dokter," Ima mengaguk.

Saat dokter memeriksa, Ima memalingkan wajahnya melihat dokter. Tetapi jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Iqlima kan?" Tanya dokter itu.

"Iya, masih kenal rupanya hehe," jawab Ima sembari menggaruk tengkuk.

Dokter itu bernama Zergan. Dia salah satu sahabat masa kecil Ima, bahkan dianggap kakak oleh Ima. Ima meninggalkannya satu tahun yang lalu sebab lelaki itu jatuh cinta pada Ima, selebihnya mereka beda agama, mungkin cintanya buat ku sudah luntur.

"Kamu kok bisa gini?" Tanya Zergan dengan alisnya yang terangkat satu.

"Enggak tau." Jawab Ima sekenanya. Tiba-tiba ia merasa aneh, enggak sanggup menahan gejolak di perut, rasanya seperti aduk-aduk.

"Huek." Ima tak tahan lagi dan memuntahkan cairan berwarna putih biasa.

"Biar saya periksa." Ucap Zergan yang sigap memeriksa Ima.

Setelah beberapa menit Zergan bersuara.
"Kamu keracunan air, sebaiknya jangan minum air yang berlebihan terlebih dahulu."

"Kok bisa? Oh... paham paham. Iya, enggak akan lagi." Ima langsung teringat kejadian tadi, saat ia menghabiskan satu teko air karena keasinan.

"Ima, bisakah kita bersahabat kembali? Okey aku tau kita memang beda agama. Tapi apakah berbeda agama dengan mu tidak bisa membuat ku bersahabat dengan mu?" Tanya Zergan yang tiba-tiba mengungkap perasaannya.

"Aku mau bersahabat dengan mu, tapi tidak dengan menyangkut kan perasaan Zergan."

Zergan menghadap ke Ummi dan Ruly, seperti ingin berbicara sesuatu. "Sebelumnya saya minta maaf, bolehkah saya berbicara empat mata dengan Iqlima?" tanya Zergan yang tak ingin orang lain tahu urusan pribadinya.

"Boleh Pak Dokter, kami keluar dulu." ucap Ummi.

"Terimakasih."

Ummi, Ustaz Azril, dan Ruly pergi meninggalkan kamar. Hanya Aku dan Zergan yang berada di ruangan itu.

"Andai kamu tau Ima, perasaan ku ke kamu masih tetap sama," ungkap Zergan sembari duduk di tepi brankar, tepat di samping Ima.

"Dan aku tidak mengharapkan itu Zergan! Aku tidak mau jika  perasaan yang kita jalin harus mengorbankan agama. Lebih baik aku enggak sama sekali berteman denganmu, kalau kamu hanya mengejar hatiku. Padahal kamu sudah tau kita itu beda Zergan, kamu begitu mendalami agamamu, sedangkan aku juga. Aku nggak mau salah satu kita mengalah untuk sebuah cinta, kita bisa berteman tapi tidak bisa bersama."

"Baiklah, bolehkah kita berteman kembali?" Putus Zergan, ia pasrah, ada benarnya ucapan Ima yang membuat hatinya berdesir tak lupa dengan senyumnya.

"Okey, kita berteman kembali," balas Ima.

"Untuk temanku yang cantik ini, Aku punya hadiah untuk kamu."

"Apa?"

"Tada."

Zergan mengeluarkan sebuah jepit berbentuk bunga. Bunga yang berbentuk mawar putih dilapisi permata dengan pinggiran berwarna ke emas-emasan. Sederhana, tapi begitu menakjubkan.

"Ih bagus banget, ini buat aku?" Ima menatapnya takjub sembari meraihnya.

"Iya Ima." Zergan mengaguk setelah memberikan jepitnya pada Ima.

"Kok kamu bawa jepit rambut cewek sih Zer?"

"Ini kebetulan di ruangan aku. Rencananya pas kamu ultah nanti aku kirim, eh kamu malah udah nongol. Yaudah aku kasih." Ungkap Zergan.

"Aku keluar dulu." Ucap Zergan lagi.

"Iya Zergan." Ima mengaguk.

Sudah tiga hari Ima berada di rumah sakit ini. Ada rasa bosan, senang, ya campur aduk. Setiap hari hanya tidur, makan, minum obat. Tidak ada ponsel, tapi Ima sering pinjem ke zergan, bahkan pernah kemarin meminjam sampai satu hari penuh.

"Iqlima, diperiksa dulu ya?" Ucap zergan.

"Saya sudah sembuh Zer, boleh pulang?" tanya Ima yang sudah merasa baik-baik saja.

"Boleh, keadaannya sudah membaik, jangan lupa minum obatnya."

"Siap pak dokter."

"Eh?" Jawabnya sambil menaikkan salah satu alisnya ke atas.

"Mangsud nya siap Zergan." Ima memasang ekspresi seperti anak kecil yang sedang hormat.

Kali ini Ummi enggak di sini, jadi Ima cuma sama Ruly. Ruly membereskan barang-barang Ima, setelah selesai, mereka di jemput Ustad Azril untuk pulang. Kalau tentang orang tua, Ayah sedang di Mexico jadi gak bisa kontan ke sini, Ima mulai mengerti kondisinya, enggak boleh manja!

Kini, Ima berada di depan rumah sakit yang akan ia tinggalkan. Sebelum masuk mobil ada seseorang yang memanggilnya.

"Iqlima Aqeella tunggu!" Ima terdiam dan melihat ke belakang yang ternyata Zergan.

"Ini buat kamu" Zergan menyodorkan benda di tangannya ke Ima.

"Buket dan coklat?" tanya Ima sambil menaikkan alisnya.

"Iya, kamu suka kan? makanya aku beliin, spesial buat kamu."

"Ah makasih Gan! Aku jamin, aku makan deh."

"Harus dong."

"Ehem-ehem."  Ustad Azril memberi kode untuk segera pulang.

"Yaudah aku pulang dulu, sering-sering main ke pesantren Darul Ulum."

"Okey."

"Aku pergi dulu, dadah." Ima melambaikan tangannya tanda perpisahan.

Zergan tak lupa membalas nya dengan senyumnya yang manis itu, "Daah."

....
TBC




Selasa, 24 Agustus 2021

Revisi ulang
Jum'at, 16 Desember 2022

Continue Reading

You'll Also Like

617K 22.8K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
278K 33.4K 29
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
754K 51.1K 42
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
6.3M 143K 40
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...