Saat Keifani membuka matanya, hal yang pertama yang dia lihat adalah wajah Darius dalam jarak dekat. Diam-diam dia mengulum senyum mengingat kembali perkataan Darius yang sungguh membuatnya terkejut disertai jantungnya mulai lagi berulah.
"Kei, boleh saya peluk kamu."
Awalnya Keifani tak percaya dengan permintaan tiba-tiba dari suami kontraknya, karena salah satu pasal dalam kontraknya dilarang melakukan kontak fisik kecuali di hadapan keluarga masing-masing. Jadi, bagaimana mungkin Darius meminta hal yang melanggar pasal kontrak mereka?
Tetapi dia juga melakukan hal yang sama, yaitu ikut melanggar kontrak dengan menganggukkan kepala mengizinkan.
Yang Keifani ingat malam tadi hanya ketika Darius mendekat seraya membuang guling di sampingnya lantas membawa tubuh mungilnya masuk ke dalam pelukan yang hangat. Keifani bahkan menahan napas ketika telapak tangan Darius berada di pinggangnya, sedang tangan satunya berada di belakang lehernya.
Jika Darius tadinya tak bisa tidur, kini giliran Keifani yang susah tidur di dalam pelukan lelaki itu, bukannya tak nyaman. Demi Tuhan, Keifani sangat nyaman bahkan dia berharap bisa merasakan kenyaman ini selamanya. Hanya saja detak jantungnya terlalu lebai bertalu, seakan ikut merasakan rasa membuncah senang.
Keifani menatap rakus wajah Darius dari dekat, menyimpan dalam memorinya untuk dijadikan kenangan terindah dalam hidupnya. Katakan dia lebai, tetapi yang namanya jatuh cinta akan membuat pelakunya bersikap berlebihan seperti yang terjadi pada dirinya.
Saat kelopak mata Darius bergerak pelan, Keifani lantas menutup matanya kembali pura-pura tidur, mengatur napasnya teratur supaya Darius tak menyadarinya.
Berapa detik tak ada reaksi, tetapi dia yakin Darius kini sedang menatapnya. Buktinya detik berikutnya Keifani merasakan elusan lembut di pipinya, lalu tak lama kemudian, dia merasakan keningnya seperti disentuh oleh benda kenyal dan lembut. Keifani berusaha keras menahan napasnya saat ini, wajahnya mungkin saja sudah memerah. Dia hanya berdoa dalam hati agar Darius tidak menyadarinya.
Ciuman lembut di keningnya tak berlangsung lama sebab Darius menjauhkan wajahnya, sebelum beranjak Keifani mendengar jelas ucapan lelaki itu. "Thanks, Kei."
Ranjang bergoyang seiring gerakan Darius sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi, Keifani membuka matanya seraya mengatur napasnya yang sesak, jantungnya berdetak keras, perutnya seperti dipenuhi jutaan kupu-kupu seolah menggelitiknya.
Sementara di kamar mandi, Darius tak henti-hentinya tersenyum. Mengingat semalam yang dia lakukan, berani melanggar kontrak mereka. Ungkapan itu hanya sebuah spontanitas darinya, jika pun Keifani menolak dia tak akan memaksa. Tetapi anggukan mantap perempuan bermata kelam itu merobohkan pertahanannya karena detik itu juga Darius membawa tubuh mungil istri kontraknya dalam pelukannya.
Hangat dan nyaman.
Rasanya Darius ingin setiap hari merasakan pelukan Keifani.
Dia lantas menggelengkan kepalanya, apa yang dipikirkannya? Otaknya pasti sedang bermasalah.
Tetapi berkat pelukan Keifani juga lah bisa membuat tidur nyenyak setelah dua hari kemarin dirinya susah tidur.
Apa Keifani punya obat tidur dalam dirinya? Atau karena....
Tok.. Tok..
Ketukan pintu disertai panggilan dari suara lembut Keifani menyentaknya.
"Ya, Kei." Darius berseru.
"Mas masih lama nggak di dalam? Aku mau...."
Klek.
Darius memutar kunci disusul pintu terbuka dari dalam. "Kamu mau apa?"
Keifani menunduk malu. "Aku... ehmm, mau itu, Mas."
Melihat reaksi Keifani yang sedang malu, menimbulkan pikiran yang aneh-aneh di kelapanya.
"Jangan-jangan Kei ingin mandi bersamanya,"
"Mau apa, Kei?" Suara Darius berubah serak, dia bahkan meneguk ludahnya susah payah.
Kenapa kamarnya mendadak panas begini.
"Mau ganti pembalut, Mas."
Bersamaan dengan itu buyarlah semua pemikirannya tentang mantap-mantap.
"Bodoh!" rutuknya dalam hati.
***
Darius bergerak gelisah di tempat duduknya, menimbang-nimbang ponsel di tangannya mengirim pesan pada Keifani atau tidak?
Ya Tuhan, apa yang terjadi padanya saat ini?
Mengapa mau mengirim pesan pada Keifani, jantungnya mendadak berdetak lebih keras begini?
Apa karena efek tidur seranjang dengan bonus pelukan dari Keifani?
Darius mengacak rambutnya hingga berantakan hingga menambah keseksiannya, apalagi kemeja hitam yang melekat di tubuhnya terlihat kusut di bagian tertentu menandakan kemeja dipakai seharian, dengan dua kancing bagian atas terlepas memperlihatkan dadanya yang bidang.
"Napa lo? Udah gila ya?" tanya Taufik, seperti biasa tiba-tiba muncul di dalam ruangannya tanpa mengetuk terlebih dulu.
"Berisik!" Dan seperti biasa juga Darius malas menanggapi sahabatnya itu.
Taufik tertawa lalu mengambil duduk di depan Darius. "Lo bisa lembur nggak? Pengantaran paket pelanggan yang sudah kemarin harus selesai malam ini sebelum kita antar barang baru pada pelanggan lainnya."
"Nggak bisa, Pik. Gue mau dinner sama Keifani."
Ya, itulah yang membuat Darius gelisah sejak tadi. Dia ingin mengajak Keifani makan malam di luar berdua, hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih.
"Widiiih, mau kencan toh," Taufik berseru semangat. "Okelah, berarti gue yang lembur kalau gitu, manten lama harus ngalah manten baru kan ya? Jadi ya udah gue yang lembur. Gue kan udah punya dua buntut, kali ini gue kasih kesempatan lo menikmati surga dunia." Dia memberi jeda pada kalimatnya. "Oh iya, gue mau kasih rekomendasi restoran baru di daerah Senayan itu lho. Makanan enak-enak, kalau lo mau gue bisa bilang ke teman gue. Kebetulan dia yang punya."
Darius berpikir sejenak. Ide Taufik boleh juga, jadi dia menganggukkan kepalanya. "Boleh deh."
"Oke, btw di depan restoran ada hotel juga. Ya siapa tahu lo mau check-in kamar buat bulan madu sekian kalinya."
Wajah Darius tiba-tiba merona, Taufik yang menyadari sontak terbahak. "Astaga, Uus gue bisa malu juga."
Darius berdehem dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. "Udah ya, gue jalan duluan."
"Oke, Us. Semoga berhasil ya. Haura dan adiknya butuh teman main tuh," seru Taufik yang diabaikan Darius.
Begitu masuk ke mobil, Darius langsung membuka ponselnya, lalu mengetikkan pesan pada Keifani.
Darius :
Kei, malam ini kita dinner di luar, siap-siap ya, lima belas menit lagi saya sampai.
Sementara di apartemen, Keifani yang baru saja selesai mandi, mendengar ponselnya di atas nakas bergetar segera dia mengambilnya dan membaca pesan yang ternyata dari Darius.
Bibirnya sontak mengulum senyum begitu selesai membacanya, beruntung hari ini dia bisa pulang cepat karena pekerjaannya selesai tepat waktu. Tak mau membuat Darius lama menunggu, dia segera membuka lemari mencari baju yang cocok untuk untuk dinner bersama suami kontraknya.
Sesuai isi pesan Darius, lelaki itu tiba di apartemen lima belas menit kemudian. Keifani menyambutnya, dia memakai dress sepanjang lutut bermotif garis-garis, warnanya yang soft kontras dengan kulitnya yang putih, ikat pinggang LV melingkar sempurna menambah kesan manis, belum lagi makeup natural pada wajah mungilnya, dan rambut sebahunya dicepol hingga menyisakan beberapa helai yang jatuh di sekitar telinga serta lehernya.
Tampilannya benar-benar sempurna.
Keifani tersenyum canggung saat tatapan lekat Darius padanya dari kepala hingga kaki tanpa berkedip sama sekali.
Tak tahan akhirnya Keifani bertanya. "Mas, apa dandanan aku berlebihan ya?"
Darius tersadar lantas menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, dandan kamu sempurna dan...." Dia memberi jeda pada kalimatnya, membuat Keifani penasaran. "Kamu cantik."
***
BERSAMBUNG
Helooo gaysssss, akhirnya bisa up jugaaa huhuhu
Janlupa untuk vote dan komen banyak2 ya, doakan semua lancar dan aku bisa up cepat2 kedepannya 😊
See you next part