Memories || Kimetsu no Yaiba

By Mizuraaaa

90.3K 12.1K 4.6K

Highest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21)... More

Author Note!
Prolog
1.A new world?
2.Pelatihan
3.Kisatsutai
4.Rapat Pilar
5.Uzui's Family
6.Become Stronger
7.Natagumo
8.Tanjirou
9.No Tittle
10.Mugen Train(1)
11.Mugen Train(2)
12.Datang lagi
13.Pertemuan Pertama
14.Keputusan
15.Alasan
INFO!!!
Flashback Moment
16.Tidak Terduga
17.Hubungannya
18.Kerinduan
19.Berita Buruk
20.Menyadarinya
21.Yuki no Hashira
22.Maksud Sebenarnya
23.Memburuk
24.Percobaan
25.Permintaan
26.Misi Bersama
27.Penyerangan
Flashback Moment
28.Pemburu Iblis vs Iblis
29.Lemah
30.Kesembuhan
31.Keinginan untuk Mati
32.Takut untuk Mati
33.Keluarga
34.Penyelesaian Masalah
35.Festival Kembang Api
36.Iblis Es
37.Memperbaiki
38.Uji Coba
39.Penangkapan
Pengumuman
40.Terjebak
41.Teman Lama
42.Penyelamatan Diri
43.Rasa Bimbang
44.Tanpa Dirinya
45.Setelahnya
46.Diskusi
46.Diskusi (bag 2)
47.Rasa Bersalah
48.Rasa yang Nyata
49.Tanpa jejak
50.Yuri tanpa Sahabatnya
52. Kejahilan Bertambah
53.Seragam SMA

51. Sudahkah, berakhir?

533 51 7
By Mizuraaaa

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

"Ini mengenai darah yang (Y/n) miliki."

(Y/n) terkesiap, lalu menumpukan tangannya di depan, mendekat pada Shinobu. "Sungguh? Kau sudah menemukan petunjuk lain?!" tanyanya tidak sabar, penasaran dengan penjelasan apa yang akan Shinobu berikan kali ini.

"Mungkin?" Shinobu memiringkan kepalanya ragu. "Aku rasa ini tidak terlalu membantu, tetapi ada sesuatu yang aku sadari setelah bersama dengan (Y/n) selama ini." iris gelap Shinobu bergulir, menatap lurus ke depan.

"Oyakata-sama, Anda tau, bukan? (Y/n) sudah berkali-kali berhasil selamat dari cedera parah yang mengancam nyawanya." Oyakata-sama mengangguk setuju, menunggu Shinobu melanjutkan penjelasannya. "Jujur saja, saat Tokito-san mengatakan 'bagaimana (Y/n) bisa selamat dari keadaan separah itu adalah suatu hal yang aneh', itu mengganggu pikiranku."

"Beberapa waktu lalu aku mulai mencari tau soal darah (Y/n), dan yang dapat aku simpulkan, darahnya ikut andil dalam penyembuhan (Y/n)."

"Apa?"

Kata singkat itu seakan mewakili pertanyaan semua orang. Tanpa penjelasan berlebih, perkataan Shinobu terdengar tidak jelas, tidak bisa dimengerti oleh siapapun dalam ruangan itu.

"Begini, (Y/n), kau pernah bilang kalau sebelum kau masuk ke dunia ini, kau sering pingsan, bukan?" Shinobu menatap (Y/n) seraya menunjuknya.

(Y/n) mengangguk ragu, setelah sekian lama ia sedikit melupakan beberapa hal. Namun, hal itu diyakinkan oleh Yuri yang tiba-tiba berseru, "Iya! (Y/n) dulu punya tubuh yang sedikit lemah, aku aja sampai capek nganter dia ke UKS."

"Seperti yang kita tau, saat masa awal pelatihan (Y/n), (Y/n) juga sering kelelahan, kan? Maksudku, lebih sering lelah daripada manusia biasa." Shinobu memberi jeda untuk melihat respon orang-orang, dan terbukti dari beberapa yang menganggukkan kepala.

"Namun, semakin ke sini, justru kekebalan tubuh (Y/n) semakin stabil, bahkan bisa selamat dari cedera separah itu." Shinobu menjepit dagu menggunakan kedua jarinya. "Bukankah itu aneh?"

"Dan aku rasa, cara kerja darah (Y/n) tidak sesimpel itu. Kesimpulanku, entah bagaimana caranya, latihan (Y/n) selama ini seolah memancing darah itu untuk bereaksi?"

Semua orang dengan reflek memfokuskan atensinya pada (Y/n), seseorang yang keterlibatannya begitu besar dalam masalah ini. Gadis itu menundukkan kepala dengan tangan sebagai tumpuan. "Sudah aku duga,"

"Ada yang aneh dengan darah ini," gumamnya pelan, menggigit jempol kala tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Gadis itu mengangkat kepala, lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Pohon-pohon tumbuh berdekatan dengan daunnya yang lebat, seakan menutupi jalan keluar. Hutan di dekat markas iblis ini memang tempat yang cocok untuk digunakannya sebagai sarana latihan.

Sringgg

Suara gesekan katana saat dikeluarkan dari tempatnya menggema. (Y/n) melempar nichirinnya memutar, lalu memegang gagangnya secara terbalik. Perlahan, ia mendekatkan ujung benda tajam itu pada salah satu jarinya.

Scrattt

Goresan tipis, tak terlalu berpengaruh baginya yang sudah pernah melewati kondisi lebih parah. Darah mulai menetes perlahan, membasahi jarinya hingga berakhir jatuh ke tanah.

Setelah beberapa saat, memang tak ada hal yang membuatnya tertarik. Namun, kemudian iris violetnya melebar cepat, (Y/n) tak mampu menyembunyikan keterkejutannya saat melihat suatu perubahan aneh.

Srakk srakk

Gadis itu tersentak, seketika menyapu pandang dengan tatapan waspada. Perlahan ia bangkit dari posisi duduknya, sedikit berputar untuk memastikan jika ada seseorang selain dirinya di tempat itu.

Rasa penasarannya yang meresahkan membawa kakinya melangkah, memasuki hutan yang cukup gelap ketika daun-daunnya menutupi cahaya matahari untuk menyinari.

Setelah beberapa langkah yang begitu hati-hati, (Y/n) dapat melihat cahaya di hadapannya. Dalam artian, ada lahan kosong yang membuat sinar matahari bisa menjangkaunya. Ia kembali mendekat, memastikan siapa yang berada di sana.

Dan saat menangkap dua sosok itu, (Y/n) mengangkat sebelah alis. "Hooo?" gadis itu menciptakan senyum miring, kembali menyimpan nichirin pada tempatnya. "Kalian sedang apa?" tanyanya dengan suara rendah.

Menyadari kehadirannya, kedua sosok itu lantas menoleh, tak terlalu terkejut saat seorang Pilar Salju mendatangi tempat itu. "Oh, (Y/n), sedang latihan, anak ini ingin diajari olehku," ujar laki-laki muda itu, seraya menunjuk seseorang di sebelahnya yang mengulas senyum canggung.

"Muichirou," panggil (Y/n). Gadis itu melipat kedua tangannya, lalu bersandar pada batang pohon terdekat seraya menatap tajam lawan bicaranya. "Kau selingkuh."

Alis Muichirou mengernyit dalam. "Apa sih? Datang-datang ngomongnya aneh."

"Ihhh, Mui-kun! Kau itu kan partner latihanku! Kenapa tiba-tiba latihan dengan Tanjirou-kun?!" (Y/n) menunjuk orang yang panik sendiri melihat pertengkaran dua Pilar di depan matanya. Tanjirou kan hanya ingin latihan, kenapa (Y/n) menuduhnya yang aneh-aneh?

"Ahh, aku mengerti." (Y/n) mengangguk-anggukan kepala paham, memandangi Muichirou dengan tatapan kecewa. Ia menarik tangannya, menyentuh dada. "Kau sudah bosan denganku, begitu? Sedihnya, padahal aku sudah memperlakukanmu dengan sangat baik." (Y/n) mengusap dahi menggunakan punggung tangan dramatis.

Muichirou tanpa mengatakan apapun mendekat, membuat dua orang yang berada di sana kebingungan, tetapi (Y/n) masih melancarkan aktingnya. kedua mata (Y/n) membelalak kaget saat Muichirou meraih wajahnya, lalu membuat dahi keduanya bersentuhan satu sama lain.

Jantung (Y/n) berdebar kencang, kala bertukar pandang dengan berlian hijau mint yang balik menatap datar. Sementara Tanjirou, membalikkan tubuhnya sesegera mungkin. Hanya takut salah faham, tidak lebih.

"Tidak panas, tapi otakmu tetep error, ya?" Muichirou membuang wajah (Y/n) yang merona tipis, lalu melenggang pergi dengan tak acuh.

Gadis itu terdiam, beberapa saat, hingga akhirnya menyadari sesuatu. (Y/n) mengangkat tangannya yang terkepal, dengan wajah membeku. "Mui-kun sial, berani-beraninya kau membuat seorang gadis baper dengan sembarangan." perempatan imajiner timbul di kepalan tangannya.

"Ku bunuh kau."

"NEESAN! JANGANNN!!"

(Y/n) meronta ketika pinggangnya di tahan okeh Tanjirou sekuat tenaga. Kakinya terus berlari meskipun tidak maju dengan tangan yang berkeliaran hendak menangkap Muichirou. "Lepas, Tanjirou!! Aku akan membunuh bocah ini!!"

Muichirou yang membelakangi keduanya menoleh dengan tatapan datar, lalu menunjuk tak acuh. "Bunuh saja, memangnya kau bisa? Perlu kau ingat, tingkatan kita sangat berbeda, (Y/n)."

"Ha ...?"

"T-tokito-san, aku rasa seharusnya kau tidak memancing emosi—"

"Kau pikir kau lebih hebat dariku, hm?"

"Jauh~ lebih hebat."

"TANJIROU LEPAS! Dengar! Bocah laknat, kita berduel sekarang juga! Lihat siapa yang mati di akhir nanti!!"

"Apa? Aku tidak dengar~"

"Sial! Awas saja jika kau mengajakku main lagi, aku tidak akan mau!"

"Heh?! Siapa juga yang mau main denganmu? Akhir-akhir ini kita tidak pernah bermain lagi, ingat itu!"

"KAU KAN TAU AKU BARU SAJA SEMBUH!!!"

"Heh!! Kalian ngomongin apa sih? Ambigu banget, ada anak kecil di sini!"

Ketiga orang yang tengah terlibat menoleh serempak, mematung sesaat ketika mendapati seseorang yang lain di sana. Namun, berbeda dengan kedua orang yang benar-benar terlibat, Tanjirou melebarkan matanya senang. "Rengoku-san! Tolong bantu aku—"

BRAKKK

Dalam jeda beberapa detik, (Y/n) berhasil melepaskan diri dari cengkraman Tanjirou dan menabrakkan Muichirou pada pohon di belakangnya. Matanya berkilat haus darah, perlahan meraih gagang nichirinnya. "Kita lihat siapa yang mampu bertahan sampai tetes darah penghabisan, bocah."

"Heittss!!"

"Ite-te-te-te!!"

(Y/n) terjatuh ke belakang saat Kyoujuro memisahkan keduanya dengan mendorong pipi (Y/n). Gadis yang kini berbaring di tanah itu menggembungkan pipinya kesal, melipat kedua tangan seraya memalingkan wajah.

Sementara Muichirou mengusap dadanya lega, bersyukur Kyoujuro ada di sini, sesaat dia pikir nyawanya akan berakhir di tangan (Y/n). Beberapa tetes keringat sampai membasahi wajah Muichirou, melihat wajah (Y/n) yang sedang marah begitu menyeramkan!

"Daripada bertengkar tidak jelas begini, bagaimana jika kita bertarung secara adil? Dua lawan dua?"

"Wah? Bertarung?!" (Y/n) mendudukkan dirinya dalam sekejap. "Tentu saja aku ikut!" serunya antusias.

Kyoujuro tertawa, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu (Y/n) berdiri. Gadis itu mulai bangkit dengan tangan yang menggenggam tangan Kyoujuro, lalu menepuk pakaian bagian belakangnya yang sedikit kotor.

Kedua tangan terangkat ke atas, dengan mata tertutup ia memekik riang. "Yosh! Mari tentukan lawan dan kawan kita!" sepersekian detik setelah mengatakan itu dia melesat, berdiri dengan santai dan merangkul bahu seseorang.

"Aku dengan Tanjirou-kun."

Tanjirou tersentak dengan kedatangan (Y/n) yang tiba-tiba. Entah kenapa perasaannya tidak enak, terlalu banyak yang terjadi di sini. Ia menghembuskan nafas lelah, mengusap dadanya sabar.

"Hmm." Kyoujuro bergumam seraya memegang dagunya. "Iie iie, (Y/n) tidak boleh bersama Tanjirou."

"Heh?! Kenapa tidak?!" protes (Y/n) tidak suka.

"(Y/n), dia anak kecil." (Y/n) mendelik tajam atas perkataan Muichirou yang kelewat santai. "Lalu apa masalahnya?! Kita hanya mau bertarung, kan!?"

"(Y/n), aku bisa menelpon polisi sekarang juga, berhenti menjadi pedofil."

"H-hah?! T-tapi ... dia adikku, Mui-kun." ia memeluk Tanjirou yang sudah pasrah dengan obrolan para Pilar itu, menatap Muichirou dengan netra bergetar, hatinya sakit dikatai seperti itu.

"Bukan, bukan begitu. Kekuatannya tidak seimbang, (Y/n), kita akan menang dengan mudah." Kyoujuro menyimpan kedua tangannya di pinggang, berujar dengan bangga, sementara Muichirou hanya menanggapi dengan anggukan setuju.

kepala menunduk pelan, menyentuh dagunya seraya berfikir keras. "Benar juga, sih," gumam (Y/n).

Tanjirou menatap kakaknya kaget, tidak percaya. "Apa?! Jadi Neesan pikir aku terlalu lemah?"

"Sayangnya itu benar." (Y/n) mengangguk-angguk dengan kedua tangan di pinggang, tak mempedulikan Tanjirou yang terkena serangan mental hingga terjengkang ke belakang.

Iris violetnya bergulir, lantas menyipit tajam. Target sudah terkunci, saatnya kaki melesat menghampiri, diiringi dengan suara riang yang berujar, "Mu—"

"Tidak," tolaknya cepat, mengangkat satu tangan ke atas, menghentikan pergerakan (Y/n) sehingga gadis itu jatuh ke tanah.

Ia meringis sakit, lalu mendudukkan dirinya dengan posisi bersila. Tatapannya mengarah tajam. "Apa kau bilang?!" tanyanya kemudian, tidak menyangka, takut pendengarannya telah terganggu.

"T-i-d-a-k." Muichirou sengaja menekankan di setiap hurufnya, bahkan bersedia mengejakannya.

Ia segera berdiri dan menghampiri. "Hee, ayolah~ Mui-kun, aku minta maaf untuk yang tadi, walau sebenarnya kau yang salah. Ayolah~ ayolah~, beri kesempatan bagi oneesan yang malang ini." (Y/n) menepuk-nepuk kepala Muichirou gemas, mencoba membujuknya.

Lain halnya dengan Muichirou, dia malah semakin kesal. Sebenarnya (Y/n) itu kenapa, sih? Sikapnya berubah-ubah dengan cepat seperti ini. Sekejap seakan ingin membunuh, lalu sekejap lagi tiba-tiba ingin berbaikan, dasar aneh!

"Tidak, aku tidak mau!"

"HUAAA! AYOLAHHH! KENAPA KAU TIDAK MAU?!!" (Y/n) memeluk leher Muichirou erat, menggesekkan wajahnya pada rambut panjang laki-laki itu tidak rela.

"Tidak bisa, (Y/n)." Kyoujuro tiba-tiba nimbrung sembari menggelengkan kepalanya. "Aku menggunakan pernafasan api, lalu Tanjirou air, kita tidak akan cocok," putusnya, menyilangkan tangan di udara.

Iris ungu gelapnya melirik tajam, diikuti dengan bibir berdecak sebal. Gadis itu menarik Tanjirou cepat, sehingga laki-laki muda itu berdiri di hadapannya. "Kyou-nii, kenapa kau tidak bilang dari awal saja bahwa kau ingin memisahkanku dengan dua shota imut ini?!" tanyanya emosi, menyembunyikan diri di belakang tubuh dua laki-laki pendek.

Kyoujuro malah mengalihkan tatapannya, tak berniat menjawab dengan sesuatu yang memuaskan. Dengan itu, Muichirou pun dengan baik mewakilkan jawabannya, "Itu karena Rengoku-san tau, dia ingin menghentikanmu menjadi seorang shotacon."

"Diam kau, bocah."

"Kau juga diam, oneesan pedofil."

Kedua pasang mata itu bertatapan tajam, hingga menghasilkan aliran listrik yang terhubung antara keduanya. Tanjirou sudah pasrah, meskipun tubuhnya merinding karena aura persaingan yang sangat ketat itu, ia tidak bisa pergi karena bahunya di tahan (Y/n).

Tanjirou ingin lepas dari ketiga Pilar sinting ini!

"Baiklah, baiklah." (Y/n) mengangkat kedua tangannya tinggi, berucap pasrah. "Aku satu tim dengan Kyou-nii. Dengan begitu," jedanya, (Y/n) meninju telapak tangannya sendiri. "Aku bisa menghajar Mui-kun sepuasnya."

'Seram! Aku lebih baik menghadapi Inosuke saja!!'

"Yayaya, pastikan kau tidak mati duluan."

"Mui-kun, kau ini kenapa sih? Tiba-tiba ngajak ribut terus?!"

"Entahlah, aku sedang kesal padamu."

Mulut (Y/n) terbuka tidak percaya, alasan macam apa itu? Memang dirinya salah apa? Rasanya (Y/n) tidak pernah melukai atau berbuat sesuatu yang jahat pada Muichirou.

"Aku salah apa?!" akhirnya ia bertanya.

Muichirou menundukkan kepala seraya menjepit dagu menggunakan kedua jarinya. "Hmm, kenapa, ya? Gatau, kesel aja." ia mengangguk tanpa alasan, lalu melipat kedua tangannya.

Membiarkan (Y/n) kesal setengah mati.

"Arrghh!! Sebenarnya kau ada masalah apa, sih?! Apa jangan-jangan kau iri karena semakin lama aku semakin kuat? Takut terkalahkan, huh?"

"Ha?" Muichirou menolehkan kepala muak, menatap kesal pada gadis yang lebih tua darinya. "Omong kosong apa itu? Kau lebih kuat dariku? Ck, jangan bermimpi!" manik hijaunya merotasi malas.

"Hooo, bilang saja kau merasa tersaingi, bukan begitu?" ujar (Y/n) bangga, melipat kedua tangannya lalu bersandar pada batang pohon yang ada.

"Nani~? Kikoenai~" Muichirou membalikkan badannya sehingga memunggungi (Y/n), menutup kedua telinganya pura-pura tidak mendengar apapun. Dan itu berhasil membuat perempatan imajiner bertengger besar di atas dahi (Y/n).

"Sial, maumu apa, sih?!"

Muichirou melirik (Y/n) menggunakan ekor matanya, memandangi jahil gadis yang tengah menggerutu untuk melampiaskan kekesalannya itu. "Aku akan dengar, jika kau mengatakannya di atas pohon itu," ujarnya, menunjuk salah satu pohon di belakangnya.

"Ha?" alis (Y/n) mengernyit tidak mengerti. "Untuk apa aku melakukannya? Itu tidak merubah kenyataan bahwa aku lebih kuat darimu." gadis itu menyeringai. Ia tau ini hanya akal-akalan Muichirou, dia tidak akan— lebih tepatnya tidak mau tertipu lagi.

"Ah? Apa orang yang mengaku-ngaku lebih kuat dari Pilar Kabut ini tidak bisa memanjat, ya? Hoo, kasihan sekali~" Muichirou berdecak prihatin beberapa kali, seraya menggelengkan kepalanya, menutup mulut menggunakan telapak tangan.

Berhasil.

Muichirou memang pemancing handal.

Emosi (Y/n) meledak seketika.

"Akan aku tunjukkan siapa yang lebih hebat diantara kita, bocah!" mata (Y/n) berkilat semangat, semangat untuk mengalahkan Muichirou dan mengembalikan harga dirinya.

Dengan langkah yang dihentakkan—tidak sanggup menahan rasa kesal, (Y/n) menghampiri pohon yang Muichirou tunjuk dan berhenti di depannya. Sejenak ia menarik nafas,  menatap pasrah pohon yang lumayan tinggi itu.

Dan dalam sekejap, (Y/n) sudah berada di salah satu dahan pohonnya.

Dengan wajah bangga (Y/n) menatap Muichirou, diiringi cengiran mengejek. Satu tangannya terangkat, menunjuk tepat pada wajah Muichirou. "Nah, lihat, kan? Sekarang kau tau siapa yang lebih— UAHHH!"

GDUBRAKK

"AHAHAHAHA!!"

Muichirou tergelak hebat, sungguh hiburan yang lucu, ia bahkan membungkuk seraya memegangi perutnya yang sakit terlalu banyak tertawa. Kenapa (Y/n) semudah itu untuk dikerjai?

"AHAHAHA! KAU LUCU SEKALI!!"

(Y/n) mendudukkan dirinya di tanah. Jujur saja, itu sakit, (Y/n) yakin nanti malam akan kesulitan tidur karena badannya pegal-pegal. Dengan kesal (Y/n) mengeluarkan udara dari mulutnya, meniup rambutnya yang berantakan hingga menutupi sebagian wajah.

Dahannya patah.

Dan (Y/n) terjerembab bersamanya.

"Mui-kun ...."

Laki-laki muda itu menghentikan tawanya dengan susah payah, mencoba menegakkan tubuhnya. Dengan kepala terangkat angkuh, sebuah seringai tercetak pada bibir, mengangkat nichirin yang sedari tadi tidak dilepas oleh tangan. "Sabotase~"

"MATI KAU!!"

(Y/n) melesat cepat berusaha menangkap Muichirou, tetapi ia meleset, remaja pemilik surai panjang itu berhasil melarikan diri lebih cepat. Menjulurkan lidahnya mengejek, Muichirou sepertinya tidak kapok mengerjai gadis itu.

"Tangkap kalau kau bisa! Katanya lebih hebat dariku, hm?"

"Lihat saja, ketika kau berhasil ku tangkap, kau ku masukan ke pembakaran sampah." (Y/n) mendesis dengan emosi yang membara, membawa surai coklatnya beterbangan ke atas.

Satu kata,

Menyeramkan.

Tanjirou sudah pasrah, (Y/n) dan Muichirou berlarian untuk menangkap satu sama lain, mengelilingi dirinya dan Kyoujuro yang nampak tak terganggu sama sekali. Apakah keseharian Pilar memang begini?

"Anoo!" lelah dengan semua ini, Tanjirou buka suara, mengangkat tangannya yang memegang sebuah bungkusan. "A-aku membawa bekal. Daripada bertengkar, bagaimana jika kita—"

Belum selesai ucapannya tersampaikan, (Y/n) merebut kotak bekal itu dari Tanjirou, bahkan laki-laki bermanik ruby itu tidak sempat bereaksi.

Kotak bekalnya melayang.

Sungguh epik.

Sadar dirinya dalam bahaya, Muichirou menundukkan kepala, menghindari lemparan kotak bekal berisi makanan di dalamnya. Dalam sesaat ia berjongkok, masih enggan untuk berdiri.

Brakk

"A-ah." raut wajah (Y/n) berubah drastis seketika. Panik, dicampur rasa takut saat nasi yang berada dalam kotak bekal menjadi berserakan, pada wajah kakaknya, Kyoujuro.

"A-anoo, Kyou-nii, a—"

Menyadari suara (Y/n) yang tergagap panik, Muichirou mengangkat kepalanya, dan sadar akan apa yang terjadi. Ia menatap Kyoujuro yang sudah berantakan seraya mendekat pada (Y/n), satu bulir keringat menetes dari pelipisnya.

"(Y/n), bagaimana ini—?"

"Umaii!!"

Whut?

Muichirou dan (Y/n) bertatapan, berselang waktu beberapa saat, hingga keduanya mengeluarkan tawa lepas dari mulutnya. Sama-sama tertawa, tanpa adanya pertengkaran yang terlibat, membawa suasana riang dan damai kembali pada tempat ini.

"AHAHAHA! BISA-BISANYA, RENGOKU-SAN!"

"WAJAHNYA BERANTAKAN, HAHAHA"

"Um! Enak! Tanjirou, ini masakannya Kochou, kah? Selalu enak seperti biasanya!"

"A-aha-haha, i-iya, Rengoku-san." Tanjirou menghembuskan nafas pasrah, nyaris jantungan dibuatnya.

"Hoo~ apeni? Seru-seruan kok ga ajak-ajak?"

Seluruh atensi resmi beralih pada sosok yang baru saja datang. Dengan wajah cueknya, bersandar pada batang pohon, menatap semua orang yang memandanginya satu persatu.

(Y/n) yang masih memegangi perutnya karena terlalu banyak tertawa menatap Muichirou, yang ternyata laki-laki itupun sama-sama menatapnya. Dua buah seringai tergambar jelas, berlanjut pada tatapan jahil yang diarahkan satu sama lain. (Y/n) menggulirkan tatapannya pada Kyoujuro. "Kyou-nii, bisa bantu aku?"

Kyoujuro terdiam sebentar, tetapi hanya dengan melihat raut wajah adiknya, ia dapat mengerti dengan cepat. "Woah, sip!" Tanjirou lagi-lagi tak mengerti, hanya menatap satu persatu orang-orang sinting yang lebih tua darinya itu.

"E-eh, k-kalian kenapa natap aku kayak gitu?" tanya Yuri curiga, setetes keringat jatuh dari pelipisnya, perasaan gadis itu tidak enak.

"WOI WOI WOI!! INI NGAPA TANGAN KU DIPEGANG-PEGANG SEGALA!!"

Yuri menjerit panik, meronta ingin dilepaskan ketika Muichirou dan Kyoujuro tiba-tiba mencengkram kedua tangan Yuri dan membawanya ke tengah-tengah. Sudah Yuri duga, ada yang tidak beres.

(Y/n) mendekat pada Tanjirou, membisikkan sesuatu hingga laki-laki muda itu mengernyitkan alisnya. "Untuk apa, (Y/n)-nee?" tanyanya ragu. "Sshh, cari aja cepet."

Tak lagi memprotes, Tanjirou segera pergi dari tempat itu, memasuki hutan untuk mencari sesuatu yang (Y/n) perintahkan. Yuri menatap kepergian Tanjirou takut, kenapa anak kecil itu tiba-tiba pergi?

"H-hoi, kalian tidak akan menjadikanku tumbal, kan? Ayolah, aku punya salah apa sama kalian ...." Yuri memohon seraya melangkah mundur, tetapi langsung terhenti karena tangannya dicekal dua pria sekaligus.

"Eh?" Yuri termenung, menatap tangannya yang satu. Tak lama kemudian raut wajahnya berubah, secerah matahari dalam dunia teletabis. "(Y/n)! Tanganku dipegang dedek Mui dong!!" pekiknya heboh, berlanjut pada teriakan girangnya.

Muichirou hanya menghembuskan nafas lelah, sementara (Y/n) tak bisa menyembunyikan seringai pada bibirnya. "Yah, kau boleh senang-senang sesukamu, sebelum ajalmu menjemput~"

Perkataan (Y/n) berhasil membuat Yuri bungkam, menatap ragu pada sahabatnya. "O-oi, kau ada dendam apa sih padaku?" pertanyaan Yuri malah dibalas tawa oleh (Y/n).

Tak berselang waktu lama Tanjirou sudah kembali, membawa satu buah apel yang entah ia dapat darimana, mungkin pulang dulu ke kediaman kupu-kupu untuk mengambilnya. Ia memberikan buah merah mengkilat itu pada (Y/n), dengan nafas terengah-engah karena capek.

"Arigatou," ujar (Y/n), tersenyum seraya menerima buah itu. Ia segera maju mendekat, lalu menyimpan buah apel itu di atas kepala Yuri. "Oy, apa nih?!" bentak Yuri kaget.

(Y/n) kembali mundur, berdiri di samping Tanjirou yang jaraknya agak jauh dari Yuri dan kedua Pilar. Tangannya meraih nichirin perlahan, lalu mengacungkannya dengan gagah.

"Neesan, rasanya aku tidak mendengar kalian merencanakan sesuatu, kenapa Tokito-san langsung mengerti dengan tujuanmu?" Tanjirou bertanya tanpa mengalihkan tatapannya dari sang kakak.

"Hmm, bagaimana, ya?" (Y/n) memiringkan kepala, berfikir sejenak.

"Karena kami sudah satu hati//Karena kami sudah satu hati."

(Y/n) melebarkan matanya kaget saat Muichirou mengucapkan hal yang sama. Keduanya bertatapan sebentar, lalu kembali tertawa untuk yang kesekian kalinya.

"Hoi! Ini apa? Kenapa apelnya di simpen di kepala aku?!" panik Yuri, menggerak-gerakkan kepalanya agar apel itu jatuh.

"Yuri, jangan banyak bergerak, bisa-bisa nichirinku meleset dan malah menusuk kepalamu." (Y/n) tersenyum ramah, berkebalikan sekali dengan perkataannya yang membuat Yuri membeku seketika.

Tanjirou menatap kakaknya khawatir. "Neesan, k-kalian mau apa? Lalu perempuan itu siapa? Aku tidak pernah melihatnya."

(Y/n) yang sudah mengarahkan nichirinnya terdiam sejenak, lalu menolehkan kepala dengan alis mengernyit bingung. "Oh? Kau belum bertemu dengannya, ya? Dia temanku." gadis itu tersenyum, kembali mengalihkan tatapannya.

"E-eh? Teman?! Teman dari dunia—"

"Pssttt," potong (Y/n) cepat. "Jangan banyak bicara." suara (Y/n) mengecil, entah kenapa membuat Tanjirou merinding. "Dan ya, kau bertanya apa yang sedang aku lakukan?"

Laki-laki itu mengangguk kuat, sangat penasaran.

"Aku sedang melatih bentuk pernafasan baru." (Y/n) menjeda kalimatnya, menutup satu mata untuk memfokuskan penglihatannya, lalu menarik nichirin agar sejajar dengannya. "Dan salah satu yang harus ku latih adalah,"

"Konsentrasi untuk mengenai target dengan tepat."

"AAAAAAAA, TASUKETEEEEE!!!"

.
.
.
.
.
TBC

Continue Reading

You'll Also Like

452K 8.4K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
73.2K 7.4K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
42.5K 5.9K 36
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
1.4M 81.2K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...