Tentang Kamu dan Rasa

By agisnirhyu_

580 17 2

Mencintai tanpa dicintai? Tentu itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi, ketika tetap memaksa untuk berjuang pad... More

Prolog
1 - Taman
2 - Pulang bareng Aksa
3 - Bahagia sesaat
4 - Bingung
6 - Hari menyebalkan
7 - Menduga-duga
8 - Gagal ketemu
9 - Dibohongi
10 - Lupa kalau pernah terluka
Terbit & Open PO🌻

5 - Confess

27 1 0
By agisnirhyu_

Happy reading ....🤗

Selesai mengisi perut di kantin. Arista, Zalika dan Davita kembali ke kelas, tetapi sebelum itu mereka tidak sengaja melihat Ragna yang sedang duduk sendirian di taman.

Davita memberi kode kepada Arista jika harus menghampiri laki-laki itu untuk bilang sekarang tentang perasaannya selama ini.

Arista menggeleng. Ia merasa ini bukan waktu yang tepat, mental nya pun belum siap untuk bicara tentang itu sekarang.

Davita yang kesal akhirnya mendorong paksa tubuh Arista untuk mendekat ke arah Ragna. Ia segera menarik tangan Zalika dan pergi meninggalkan gadis itu berdua dengan Ragna.

Arista terdiam. Ia baru ingin membalikan tubuhnya dan pergi, tetapi suara dari Ragna langsung menghentikkannya.

"Ada apa?"

Arista menatap punggung Ragna dengan perasaan gugup. Ia pun memberanikan diri untuk duduk di samping laki-laki itu.

Hening. Tidak ada pembicaraan diantara dua remaja ini. Arista melirik sebentar ke arah Ragna, laki-laki itu terlihat tenang sekali tidak seperti dirinya yang benar-benar gugup.

Arista menghela napasnya panjang. Ia bingung harus mengikuti saran Davita atau tetap menyimpan perasaannya hingga nanti waktunya tiba.

"Oke. Tenang Arista, lo pasti bisa," batin Arista seraya menghirup udara untuk menenangkan sedikit rasa gugupnya.

Setelah dirasa perasaannya sedikit tenang. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya. "Kak Ragna punya pacar enggak?"

Ragna mengalihkan pandangannya ke arah Arista kemudian menggeleng membuat gadis itu mengangguk lemah dan membuat perasaannya semakin lega karena itu artinya Ragna tidak mempunyai pawang.

"Kalo aku suka sama Kakak boleh?"

Seketika keduanya terdiam. Mereka saling menatap satu sama lain, Ragna yang berusaha mencerna ucapan gadis itu dan Arista yang merutuki ucapannya barusan.

Beberapa detik berikutnya. Ragna tertawa memecah keheningan diantara mereka, laki-laki itu menganggap ucapan Arista hanya bercanda.

"Bercanda lo garing banget," balas Ragna sambil menggeleng pelan.

Arista yang melihat itu menatap Ragna dengan tatapan yang sulit diartikan. Bagaimanana bisa laki-laki itu menganggap pernyataannya barusan bercanda?

"Aku enggak lagi bercanda. Aku serius, Kak!" tegas Arista dengan yakin sambil menatap lekat Ragna.

Seketika Ragna berhenti tertawa dan kembali menatap Arista. Ia melihat sorot mata gadis itu yang memang meyakinkan dan terlihat tidak adanya kebohongan.

"Aku serius suka sama Kakak! Dan perasaan itu udah ada dari aku kelas 10. Selama ini aku selalu diam-diam menyimpannya, tetapi hari ini aku jujur karena aku cape menyimpan ini sendiri."

Ragna benar-benar dibuat bungkam dengan pengakuan dan pernyataan gadis itu barusan. Ia tidak menyangka jika adik kelasnya ini akan menyatakan perasaan kepadanya.

"T—tapi, gue lagi enggak mau pacaran," ungkap Ragna sedikit gugup. Ia bingung harus bicara apalagi karena takut menyakiti perasaan gadis itu.

Arista menatap laki-laki di sampingnya ini dengan banyak sekali pertanyaan. Ia bingung, memang siapa yang mengajaknya untuk berpacaran? Dia hanya ingin mengakui perasaannya tidak lebih dari itu.

"Kenapa? Bukannya waktu Kak Ragna kelas 11 pernah pacaran, ya?" tanya Arista. Ia juga penasaran kenapa jawaban laki-laki itu tiba-tiba seperti ini.

Ragna terlihat langsung terdiam dan menunduk. Entah apa yang membuatnya seperti itu, apa pertanyaan Arista salah?

"Iya. Waktu itu gue khilaf, tetapi sekarang gue sadar dan gue enggak mau mengulangi hal yang sama. Pacaran itu dosa dan hanya mendekatkan kita ke dalam zina."

Pernyataan Ragna barusan membuat perasaannya kepada laki-laki itu semakin bertambah. Ia mengagumi pemikiran Ragna yang jarang sekali orang-orang dizaman sekarang memiliki pemikiran seperti itu.

Kring!

Bel masuk berbunyi, membuat mereka tersadar dari pikirannya masing-masing.

"Gue duluan," pamit Ragna kemudian bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Arista sendirian. 

Arista menatap kepergian Ragna dengan perasaan lega sekali. Akhirnya, ia bisa jujur tentang perasaannya kepada laki-laki itu langsung.

***

"Demi apa? Lo bisa selancar itu ngomong langsung sama Kak Ragna?" tanya Zalika tidak percaya.

Arista hanya tersenyum kemudian mengangguk.

Di sini mereka sekarang. Di rumah Davita, mereka bertiga sedang menginap karena besok juga hari minggu. Ketiganya bebas untuk melakukan apa pun termasuk mendengarkan cerita Arista hingga puas.

Davita berjalan mendekati Arista dan merangkulnya. "Sahabat gue emang paling the best. Tapi ... tunggu! Perasaan Kak Ragna sama lo gimana?"

Mampus. Arista baru sadar, ia lupa untuk menanyakan hal itu kepada Ragna. Bisa-bisanya gadis itu lupa padahal itu adalah tujuan utamanya selain membuat perasaannya lega.

Arista menggeleng menandakan jika ia tidak tahu. Kedua sahabatnya itu hanya menghela napas panjang.

"Udah gak perlu dipikirin. Itu hak Kak Ragna untuk memiliki perasaan apa pun sama Arista. Toh, yang penting sekarang dia udah tau perasaan Arista ke dia kayak gimana," ucap Zalika membuat keduanya mengangguk.

"Tapi jujur. Gue salut banget sama keberanian lo yang bener-bener luar biasa karena gue belum tentu bisa kayak gitu buat minta balikan sama mas ex," ujar Davita. Arista memang pantas mendapat julukan itu karena memang tidak semua memiliki keberanian seperti gadis itu.

Arista tersenyum tipis. Ia juga tidak tahu mendapat bisikan dari mana yang memberikan dirinya keberanian besar seperti ini karena sebelumnya gadis itu bermental yupi jika dekat Ragna saja sudah membuatnya gemetar, tetapi sekarang bisa menyatakan perihal perasaan.

Banyak sekali mengobrol membuat perut mereka lapar. Ketiganya memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum tidur.

Tiga puluh menit setelah selesai makan, Zalika dan Davita sudah tertidur pulas. Sedangkan, Arista masih terbangun.

Segala posisi sudah Arista coba. Namun, tetap rasa kantuk belum datang juga. Ia memilih untuk memainkan ponselnya karena bosan jika hanya diam dan menatap langit-langit kamar seperti ini.

Dua menit lalu Ragna update story di WhatsApp-nya. Ia segera melihat apa isi story tersebut, ternyata cuma sebuah gambar yang isinya kekalahan laki-laki itu dalam bermain game mobile legend.

Arista menghela napasnya. Mengapa laki-laki itu tidak pernah bosan bermain game itu, padahal setahu dia game itu memakai kuota jika kita ingin memainkannya. Apa Ragna tidak sayang dengan kuota yang dia buang hanya untuk bermain game perang itu?

Entah dapat bisikan dari mana lagi. Arista ingin membalas story itu dan mengetikan sesuatu. Akan tetapi, kembali ia hapus karena takut Ragna akan marah. Bukan tanpa alasan karena isinya adalah : 'mending main game masak-masak, sih, Kak. Gampang banget dan gak pake kuota lagi pas mainnya'

Kebayang bukan jika Arista benar-benar mengirim pesan itu kepada orang yang memang memiliki hobi bermain game online seperti Ragna. Laki-laki itu pasti akan mengamuk atau paling tidak nomer nya akan langsung diblok.

Arista akhirnya batal mengirim pesan kepada Ragna karena ternyata rasa kantuk nya tiba-tiba datang. Ia pun memilih untuk segera tertidur.

Hallo, semuanya🥰

Gimana sama part ini? Suka ngga?

Sebelumnya aku juga ikut salut sama Arista yang berani banget confess tentang perasaannya sama Ragna. Tapi, kita gak tau nih perasaan Ragna ke Arista gimana.

Penasaran? Tunggu ceritanya di next part.

Makasih karena udah mau baca cerita aku. Semoga kalian suka yaa🥰

Jangan lupa vote and coment guys:*
Thank you and see you next part...

❤️❤️❤️❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

48.5K 1.4K 35
β€žYou are the reason why I'm here today." _-_-_-_-_ After the truth about the relationship between Max Verstappen and Kelly Piquet came out, his world...
235K 7K 50
we young & turnt ho.
159K 959 31
spoiler "Berani main-main sama gue iya? Gimana kalau gue ajak lo main bareng diranjang, hm? " ucap kilian sambil menujukan smirk nya. Sontak hal ter...
93.7K 3.5K 38
α΄…Ιͺᴠᴇʀɒᴇɴᴛ; ᴛᴇɴᴅΙͺΙ΄Ι’ ᴛᴏ ʙᴇ α΄…Ιͺκœ°κœ°α΄‡Κ€α΄‡Ι΄α΄› ᴏʀ α΄…α΄‡α΄ α΄‡ΚŸα΄α΄˜ ΙͺΙ΄ α΄…Ιͺκœ°κœ°α΄‡Κ€α΄‡Ι΄α΄› α΄…ΙͺʀᴇᴄᴛΙͺᴏɴꜱ.