DISA | broken

By mataair24

2M 131K 17.3K

END. "Gimana kalau kita kasih pelajaran dengan cara bawa ke bar? Kita kerjain, ajak minum, bawa kehotel, trus... More

•DISA MAULIDYA•
•ARKAN DAMAREL•
01||
02||
03||
04||
05||
06||
07||
08||
09||
10||
11||
12||
13||
14||
15||
16||
17||
18||
19||
20||
21||
22||
23||
24||
25||
26||
27||
28||
29||
30||
31||
32||
33||
34||
35||
36||
38||
39||
40||
41||
42||
43||
44||
45||
46||
47||
48||
49||
50||
51||
52||
53||
54||
55||
56||
57||
58||
EXTRA PART
⛔️SEQUEL⛔️
?¿

37||

31K 2.2K 505
By mataair24

Aku akan tetap menemaninu kapan pun, selama kamu masih besryukur atas kehadiran ku~
_____________________________________

Brakk

Draka menggebrak secara brutal meja kantin bude ini. Alhasil berhasil membuat Arkan, Ipal maupun Nanda yang tadinya tengah duduk santai menjadi kaget oleh ulah Draka barusan.

"Anj! Lo apa-apaan sih ege! Kalau ni minum tumpah terus ngenakin pod gue gimana bego!" Umpat Ipal menyambar pod milik nya yang sempat tergeletak diatas meja.

"Mending lo diem deh!" Balas Draka melayangkan tatapan menusuk nya pada Ipal. "Ada suatu yang lebih penting ketimbang pod tai lo ini!"

"Pentang-penting apaan sikkk kawannnn." Sahut Nanda dengan nada seakan-akan mencibir.

Draka menarik nafas nya dalam-dalam. Ia beralih melirik Arkan yang tampak sedang bersandar pada tiang kantin bude ini. "Ar, apa lo udah tau masalah ini? Kenapa lo gak angkat telfon dari anak-anak? Berkali-kali Maher nelfon lo tapi sama sekali gak lo angkat."

"Batre hp gue lowbet, jadinya tu hp mati. Gue juga gatau kalau anak-anak pada nelfon." Jawab Arkan dengan nada terdengar sangat santai.

Draka mendengus pelan. Ia beralih menatap Nanda dan Ipal secara bergantian. "Lo berdua juga, gak ngecek grub? Gak ngelihat informasi terkini di grub?"

Spontan dahi Ipal mengkerut. "Ada apaan sih emang nya?"

"Lo pada cek gih sekarang." Titah Draka dengan posisi masih berkecak pinggang.

Spontan Nanda dan Ipal terfokus pada ponsel milik nya masing-masing. Melaksanakan apa yang dikatakan oleh Draka barusan. Sedangkan Arkan masih dengan posisi nya semula. Menunggu penyampaian informasi dari Nanda dan Ipal. Hal ini juga dikarenakan ponsel nya yang mati total.

Reflek detik itu juga mata Nanda dan Ipal mendelik sempurna saat membaca informasi dari grub chat gang mereka. Benar-benar kaget memang saat mengetahui hal ini.

"Anying ini beneran?!" Umpat Nanda dengan pandangan yang masih terfokus menatap layar ponsel nya.

"Anjir-anjir, gawat ini mah! Gak bisa dibiarin lagi! Berani-berani nya ni bangsat nyari masalah!" Umpat Ipal tak perduli dengan kata-kata sampah yang keluar dari mulut nya.

Reflek Arkan mengubah posisi nya. Merapatkan posisi nya pada mereka. Pandangan nya ia fokus kan menatap secara bergantian ketiga teman nya ini. Cukup sudah, respon dari mereka berhasil membuat Arkan penasaran.

"Kenapa? Ada apaan?!" Tanya Arkan benar-benar antusias.

Draka yang masih berdiri disana beralih menatap Arkan. "Gawat Ar. Sargam diserang. Markas kita hancur dan bagian belakang nya lenyap dimakan api. Kita kecolongan man, ada penyusup yang masuk dan ngebakar bagian belakang markas kita."

"Pelaku nya belum dapet dan belum pasti ditemuin. Tapi tersangka nya udah ada. Yang pasti pelaku nya adalah orang suruhan marcell." Perjelas Draka sejauh informasi yang ia tahu.

Spontan rahang Arkan mengetat kokoh. Tangan nya mengepal erat sehingga urat-urat tangan nya terlihat sangat jelas. Arkan mengerang emosi sehingga menampilkan urat-urat di leher nya. Emosi nya yang benar-benar tersulut saat mendengar penuturan dari Draka barusan.

"Bangsat!" Umpat nya. "Ini gak bisa dibiarin. Kita harus cari orang nya sekarang dan kasih pelajaran habis-habisan sama dia."

Usai mengucapkan hal itu Arkan langsung beranjak dari sana. Meninggalkan kantin bude ini begitu saja. Yang pastinya Arkan akan membawa langkah nya pergi meninggalkan sekolah ini. Menyelesaikan masalah ini dan mencari sampai dapat orang yang berhasil memancing kemurkaan nya.

"Ini kita bolos?" Tanya Nanda dengan kepolosan nya.

"Pake nanya lagi ni si goblok, yaiyalah bego!" Sebal Ipal langsung menyusul langkah Arkan. Aksi tersebut disusul oleh Draka. Dan sedangkan Nanda masih tertinggal dibelakang.

~o0o~

Brukk

Lelaki ini mendorong secara gusar tubuh Asel sehingga tubuh nya terdorong masuk kedalam gudang belakang sekolah ini. Ia hanya sekedar menutup rapat gudang ini, dikarenakan gudang tua ini yang tak bisa lagi dikunci maupun digembok.

Lelaki kelas 11 yang dapat dikatakan sebagai kekasih asel ini terus mengikis jarak nya pada Asel. Ia terus melangkah kan kaki nya maju mendekati Asel. Sehingga membuat langkah Asel terus berjalan mundur dibuat nya.

"Sayang, kamu ngapain sih?!" Sedikit was-was memang situasi Asel saat ini. Melihat lelaki yang bernama Ibal ini tampak sangat mengerikan sekarang.

"Ibal plis jangan macem-macem deh! Aku nya kan udah minta maaf juga sama kamu."

"Ibal plis, jangan macem-macem. Kamu mau aku teriak?!" Hanya jurus mengancam yang dapat Asel keluarkan untuk situasi saat ini.

"Silahkan." Balas Ibal sembari tersenyum miring. Pria ini terus tersenyum seakan-akan itu adalah sebuah ekspresi ingin menerkam Asel detik ini juga. "Silahkan teriak sepuas nya dan semau lo, Asel Paulina." Nada bicara Ibal semakin terdengar memelan.

"Aku kan tadi udah minta maaf sama kamu nya. Plis maafin aku. Jangan ngelakuin hal yang macem-macem, bal. Kamu mau aku aduin ke Kak Arkan hah?!"

"Ibal, aku takut. Plis jangan lakuin hal yang engga-engga. Aku mohon maafin aku ya, lepasin aku dan jangan mepetin aku kaya gini, Ibal!" Mohon Asel dengan pelupuk mata yang sudah digenangi oleh air mata. Asel benar-benar takut lelaki ini akan berbuat macam-macam pada diri nya.

"Bisa-bisa nya lo minta maaf seenak jidat lo cewek jalang! Atas apa yang udah lo lakuin! Dengan tingkah lo yang asik-asikan ngobrol sama cowok lain ditaman tadi! Ketawa-ketawa berdua hah?! Anjing ya lo sel!" Hardik Ibal semakin mengikis jarak nya pada Asel. Sebagai lelaki yang posesif Ibal tak sanggup lagi menahan amarah nya.

"T-tapi kan udah minta maaf. Aku gak bermaksud apapun bal, Tolong percaya dan jangan lakuin hal buruk sama aku." Lirih Asel.

Pada akhir nya tubuh Asel tersudutkan pada tembok. Punggung nya yang sudah menempel dan tersandar pada tembok gudang ini. Hal ini dikarenakan Asel yang terus berjalan mundur.

Ibal yang sudah berada tepat didepan Asel pun menatap lekat wajah gadis dihadapan nya ini. Ibal berdecih. "Cih, maaf lo bilang hah?"

Asel tak menjawab, ia hanya bisa memejamkan matanya erat sembari menunduk. Jujur saja, Asel benar-benar takut dan enggan menatap wajah lelaki menyeramkan dihadapan nya ini.

"Maaf lo bilang?" Lirih Ibal dengan nada bicara yang kian memelan. Ibal semakin mengikis jarak nya pada Asel hingga jarak antara mereka berdua sampai sedekat ini.

"Ibal mundur! Jangan mepet-mepet, aku takut!" Sentak Asel semakin memejamkan matanya erat.

Ibal menepiskan sebuah senyuman yang sulit diartikan. Ia menatap lekat wajah gadis yang sedang ketakutan dihadapan nya ini. Alhasil tangan Ibal terulur mengusap lembut pipi Asel. Ibal memajukan wajah nya dan tampak berbisik ditelinga Asel.

"Diamafin kok, tapi.."

Ibal menggantung kalimat nya. Ia beralih memandang kebawah. Tangan nya yang terulur pada pinggang Asel. Dengan lancang nya Ibal menarik seragam Asel sehingga membuat seragam tersebut keluar dari tempat asal nya.

Ibal memainkan lidah nya. Ia kembali menatap wajah Asel yang terlihat benar-benar panik dan dilanda dengan ketakutan. "Kamu harus mau main dulu sama aku."

"Main asik-asikan dulu baru aku maafin."

Plak!

Alhasil satu tamparan gusar Asel layangkan di pipi Ibal. Sehingga berhasil meninggalkan bekas kemerahan dan membuat wajah lelaki ini terpaling.

"Brengsek! Lo gila ya!" Umpat Asel. Detik itu juga ia mendorong tubuh Ibal dan berniat segera pergi meninggalkan tempat ini.

Akan tetapi tidak semudah itu. Dengan gesit Ibal menghalang aksi Asel dan mengunci ruang gadis ini agar tidak bisa kemana-mana.

"Eitss."

"Jangan berharap bisa kemana-mana sweety." Ucap nya sembari membasahi bibir bagian bawah nya.

Asel meneguk saliva nya kasar. Ia menggelengkan perlahan kepala nya. "Pliss ibal, aku mohon. Jangan lakuin hal yang macem-macem sama aku!"

"Gak macem-macem kok. Palingan cuman mau minta sedikit kenikmatan aja dari kamu nya."

Ibal semakin menyudut kan tubuh Asel. Ia memajukan wajah nya dan beralih pada leher gadis ini. Sepertinya Ibal akan memulai aksi nya dititik ini sekarang.

Sementara Asel terus memalingkan wajah nya dan memberontak. Akan tetapi Ibal benar-benar mengunci pergerakan nya sehingga membuat Asel tak bisa melakukan perbuatan apapun.

"TOLONGGG!!!"

"Ibal, gue mohon jangan kaya gini!"

"Lepasinnnnn!!!"

Cukup sudah, tangisan Asel berhasil luruh dan kian terisak. Asel tak dapat lagi membendung air matanya. Yang bisa Asel lakukan sekarang hanyalah menangis dan menangis. Asel harap ada seseorang yang akan menolong nya detik ini juga.

~o0o~

"Ya lo nya aja kali yang buang! Kenapa harus Disa yang lo suruh!" Sebal Dara pada teman sekelas nya ini. Cukup saja pria ini memancing emosi nya sedari tadi.

"Tau anjir, lo lakik kan? Yaudah lo nya aja yang pergi buang ni sampah!" Timpal Sania dengan kerutan kekesalan yang sudah terpampang jelas di kening nya.

"Dia piket! Ya otomatis dialah yang harus buang sampah." Balas nya nyolot. "Mata lo buta? Gak liat apa ni tong sampah udah penuh, sampe tu sampah jatuh-jatuh ke lantai."

Perkataan nya memang benar, sangking penuh nya sampah ini menjadi berserakan di lantai.

"Dih malah nyolot lo! Gue remet juga tuh cangkem!" Geram Dara dengan tangan yang sudah hampir tak tertahankan lagi ingin menerkam pria didepan nya ini.

"Piket ya piket. Tapi sekarang masih siang ege! Jadwal nya buang ni sampah kan nanti pas udah pulang sekolah." Sambung Sania.

Disa menghela nafas nya panjang melihat perdebatan ini yang tak kunjung usai. Alhasil Disa turun tangan dan berniat melerai meraka bertiga.

"Udah-udah, kenapa malah jadi debat begini sih?"

"Tau ni setan, sebel banget gue." Umpat Dara memutar bola matanya malas.

"Bacod lo nenek lampir." Balas pria ini tak mau kalah.

Spontan mata Dara mendelik sempurna saat mendengar cibiran yang dilontarkan nya barusan. "Dih anjir, masih aja nyolot ya lo."

"Stop!"  Lerai Disa berdiri diantara mereka.

Disa melirik Dara yang masih terlihat sebal. "Lo nya juga, udah! Gak akan ada habis-habis nya debat kaya gini. Gak ada guna nya juga."

"Cuman perkara sampah aja di debatin."

Alhasil Disa menuruti perkataan teman sekelas nya ini. Disa berjalan menghampiri tong sampah tersebut. Ia mengangkat dan menenteng nya menggunakan kedua tangan nya.

"Iya ini gue buang."

Sebelum benar-benar beranjak dari sana Disa beralih memandang lelaki ini. "Puas?" Ucap nya seraya menaikkan kedua alis nya.

Sania mendengus. "Disaaaa, kenapa sih lo malah ikutin omongan dia?! Biairin aja disitu sampah nya jangan dibuang sampai pulang sekolah."

"Iya tau lo piket, Dis. Tapi kan yang piket bukan lo sendiri, kenapa lo malah mau-mauan buang tu sampah? Udah taro lagi aja, suruh aja yang lain sana. Mau banget ngikutin omongan ni cowok setan." Timpal Dara dengan sisa-sisa kekesalan nya.

"Udah lah biarin aja. Sokeyy gue gapapa kok."

"Udah ya gue buang ini dulu ke belakang. Lo berdua tunggu di dalam aja." Final Disa tetap kekeh pada keputusan nya.

"Gak mau ditemenin aja?" Tawar Dara.

Disa menggeleng. "Enggak, gue bisa sendiri."

"Babayy."

Langsung saja Disa beranjak dari sana meninggalkan mereka begitu saja. Berjalan menyusuri lorong koridor sembari menenteng tong sampah tersebut, tepat nya menuju tempat pembuangan sampah akhir yang terletak dibelakang sekolah.

Jarak antara kelas nya dengan tempat pembuangan sampah sekolah memang tak cukup jauh. Itu juga dikarenakan kelas Disa yang hampir terletak di pojok.

Baik, seperti biasa lorong belakang sekolah ini sangat sepi. Tak ada siapa-siapa, meskipun para sekumpulan siswa badas tidak ada yang menongkrong di lorong ini. Mereka memilih menongkrong dan menghabiskan waktu merokok nya di lorong bagian utara sekolah.

Tunggu-tunggu, langkah Disa mendadak tersendat saat mendengar dengan sangat jelas teriakan-teriakan histeris. Alhasil dengan tingkat penasaran yang sangat tinggi Disa memilih menghampiri sumber suara tersebut. Dari mana sumber suara tersebut dan apa yang sedang terjadi Disa tak tahu.

"Jangan lakuin ini, gue mohonnnnnnn."

"Siapa pun tolongggg."

"Arghhh, jangannn!"

Disa terus menyusuri sumber suara tersebut. Dan alhasil yap! Disa mampu mendengar dengan sangat nyaring dan jelas suara tersebut dari dalam gudang ini. Spontan Disa langsung meletakkan tong sampah nya secara asal di lantai. Tanpa menunggu-nunggu lagi langsung saja Disa membuka kasar pintu gudang tua ini.

Brakkk!

Sebuah pemandangan yang sangat mengejutkan bukan bagi Disa? Disa yang mampu melihat Asel yang sedang di lecehkan oleh Ibal. Aksi menjijikkan Ibal yang mampu Disa lihat dengan sangat jelas. Disa juga mampu melihat Asel yang sudah berantakan. Seragam gadis itu yang sudah kemana-mana dengan dua kancing atas yang sudah tak tertautkan. Rambut yang terlihat acak-acakan dan wajah sembab yang sudah dipenuhi oleh air mata.

Sontak pandangan Asel langsung tertuju pada DIsa yang masih berdiri diambang pintu. Jujur saja, saat ini Asel benar-benar membutuhkan bantuan Disa.

"Kak Disa tolongin gue kak."

"Tolongin gue, gue mohonnnn."

Mohon Asel pada Disa dengan penuh harap.

Mendengar Asel memohon seperti ini. Spontan Ibal mengikuti arah sorot pandang Asel. Dan ya! Pandangan ibal dan Disa bertemu sekarang.

Ibal sama sekali tak bergerak, posisi nya yang masih tetap semula dengan mengunci pergerakan Asel agar tak bisa pergi kemana-mana. Hanya saja Ibal menolehkan kepalanya menatap wajah Disa yang masih berdiri disana.

Ibal berdecih. "Cih, ngapain lo disini?! Mau jadi pahlawan kesiangan hah?!"

"Sana bego! Ganggu aja lo. Orang lagi enak-enak nya juga!" Rutuk Ibal.

Cukup sudah, emosi Disa kian tersulut sekarang. Dengan nafas yang menderu akibat emosi, Disa memilih melangkah kan kakinya menghampiri mereka berdua. Berniat melerai aksi ini dan menjauhkan Asel dari pria bajingan ini.

Dengan sigap dan penuh keberanian Disa menarik kerah seragam bagian belakang milik Ibal. Sehingga berhasil membuat tubuh lelaki ini terhuyung jauh dari hadapan Asel.

"Brengsek ya lo!"

"Lo udah gila ya?!"

"Otak lo dimana sih?!"

"Bisa-bisa nya ngelakuin hal menjijikkan kaya gini!"

"Lo tau gak sih kalau perbuatan lo ini udah termasuk kedalam pelecehan!"

Hardik Disa menggebu-gebu.

Sedangkan Ibal hanya merespon nya dengan menepiskan sebuah senyuman miring. Ibal menatap dengan tatapan sulit untuk diartikan wajah Disa. Dengan emosi yang juga ikut tersulut, Ibal memilih mendorong Disa dengan penuh bertenaga dan sangat brutal.

Brukk!

Perlakuan brutal barusan berhasil membuat Disa tersungkur dan tubuh nya membentur beberapa meja rusak yang terdapat didalam gudang ini. Sementara Asel yang menyaksikan aksi brutal ini spontan mendelik sempurna. Reflek ia menutup mulutnya yang terbuka lebar menggunakan telapak tangan nya.

Ibal melangkah kan kakinya mendekat pada Disa yang terlihat tampak kesakitan. Ia sedikit membungkuk dan menatap lekat wajah Disa. "Ini akibat nya karena lo udah ikut campur kedalam urusan gue."

"Makanya gak usah jadi jagoan!"

Disa tak merespon dengan ucapan. Bisa Disa hanya merintih dan meringis kesakitan. Tulang belakang dan pinggang nya terasa benar-benar sangat sakit akibat benturan sangat kuat ini. Jujur saja, tubuh nya benar-benar sangat sakit. Terlebih Disa yang mementingkan dan sangat khawatir pada perut nya. Disa terus mengelus perut nya. Ia takut akan suatu hal buruk akan terjadi nantinya.

Semoga saja tidak.

Dugh!

Dugh!

Detik itu juga Ibal tersungkur kelantai. Dikarenakan Asel yang memukul nya tepat sasaran. Asel memukul tengkuk dan kepala bagian belakang Ibal menggunakan balok kayu yang terdapat disana.

Reflek balok kayu tersebut terjatuh begitu saja kelantai. Asel yang melihat Ibal tak sadarkan diri itu hanya bisa meneguk saliva nya kasar. Perbuatan nya barusan tak salah bukan?

"A-asel, t-tolongin gue. Pinggang gu-gue sakit banget." Lirih Disa dengan posisi nya masih seperti semula.

Melihat Disa yang tampak kesakitan Asel menjadi panik dibuat nya. "Lo tunggu disini, gue panggilin kak Arkan dulu."

Usai mengucapkan hal itu Asel langsung berlari keluar gudang. Meninggalkan Disa sendirian yang tampak sedang kesakitan begitu saja.

><

Thankyou for reading
Jangan lupa untuk selalu vote dan komen yaaa

Next bakalan ada adegan baku hantam nich

Ah iya jangan lupa follow akun instagram
@mataair24_
@tuan.arkan
@disaaaae

See u next..

Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 395K 48
Keputusan Ravindra untuk melupakan masalahnya di club malam itu, benar-benar sebuah kesalahan besar. **** Ibunya bunuh diri dan ayahnya suka melakuk...
3.8M 256K 52
[Follow dulu yu sebelum baca, happy reading] ___________________ Sudah terbiasa bagi Rachel diabaikan dan diacuhkan oleh sang ayah, bahkan sesekali R...
5.4K 372 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 29K 12
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...