Lokal

By SwansCollab

696 67 4

17 Agustus 2021 . Hari Kemerdekaan Indonesia ke-76. Kami mempersembahkan drabbles/ficlet/oneshot untuk meraya... More

Lokal
Absurd - Bennett
Asmaraloka - Akabane Karma
Angkot - Hatano
Berdua Bersamamu - Hijikata Toshiro
Bukan Ngamen - Shugo Meian
Dirgantara - Tsukishima Kei
Formerly - Chisei Kuzuryu
Gaya Tidak Sebanding dengan Oikawa Tooru
Grahita - Boboiboy Halilintar
Hujan - Kuroo Tetsurou
Lokal - Kita Shinsuke
Lomba - Suna Rintarou
MPLS - Eichi Tenshouin
Nostalgia Dulu - Hijikata Toshiki
Pacaran - Baji Keisuke
Pasar Malam - Yaku Morisuke
Perkara Bubur Kacang Hijau - Hoshina Soshiro
Photocard - Sakata Gintoki
Remaja - Haechan
Segara - Draco Malfoy
Telaga Warna - Maki Zenin
The Historian and The Child of Riverbank - Kashuu Kiyomitsu

Independence, Bloom! - Tsuzuru Minagi

19 1 0
By SwansCollab

Fandom: A3! © LIBER Entertainment
Character: Tsuzuru Minagi
Author: Kazaremegamine_

Warning: bahasa tidak konsisten, slight harshword

· · ─────── · ─────── · ·

Pagi hari yang cerah, juga rusuh adalah hal yang biasa di asrama Mankai. Ada yang siap-siap berangkat sekolah, kerja atau yang pengangguran. Namun, semua berbeda untuk hari ini. Karena hari ini semua orang terbebas dari kegiatan membosankan mereka di pagi hari.

"Bangun, semua bangunn!" Suara teriakan memenuhi seisi asrama. Sang pelaku berteriak sambil menggedor tiap pintu kamar dengan rusuh.

"Adohh, berisik banget, sih," celetuk seorang pria berambut cokelat cerah sambil membuka pintu kamarnya.

"Minggir, Settsu," kata teman sekamarnya yang berambut ungu sambil menguap.

"Jalanan masih lega," balas Banri tidak santai.

"Kau menghalangi pintu," balas Juza sambil menggertakkan gigi.

"Pagi kawan-kawanku. Ayo sarapan sebelum (Name)-chan teriak lagi." Taichi datang sambil menyeret Banri menuju ruang makan. Juza mengikuti mereka di belakang.

Saat melewati tangga, mereka bertemu dengan Tsumugi, Hisoka, dan Homare yang baru saja turun tangga. Karena tujuan mereka yang sama ̶ ruang makan ̶ mereka berjalan beriringan. Begitu tiba di ruang makan, kerusuhan lah yang menyambut mereka.

"Sankaku~ Onigiriii~" Misumi datang dengan sedikit berlari, menghampiri Omi yang membawa nampan berisi banyak onigiri.

Ckrek!

Seperti biasa, Kazunari yang selalu siap dengan kameranya mulai mengabadikan momen-momen random yang terjadi pagi ini. "Guys, ayo gaya biar menang lomba foto Agustusan," katanya yang masih terus memotret segala kerusuhan yang ada.

"Hadehh." Itu terucap dari mulut pemuda berambut cokelat dan bermanik pirus. Hal tersebut disahuti dengan helaan napas lelah oleh pria berkacamata berambut pirang.

"Ayo makan, duduk yang rapi," seru seorang gadis kemudian menaruh beberapa menu untuk sarapan di meja makan.

"Setelah ini upacara, siapa yang jadi petugasnya?" tanya Omi setelah semua duduk di kursi masing-masing.

Tidak ada yang menyahut, hanya ada keheningan yang menyambut. Mereka saling lirik satu sama lain dan melempar tuduhan.

"Kan lu yang disuruh jadi petugas," kata Banri yang ditujukan untuk Masumi.

"Mager," sahut Masumi.

"Bukannya Banri-san juga jadi petugas?" tanya Tenma sambil melahap satu onigiri.

"(Name) noh." Tunjuk Banri pada (Name) yang tengah mengunyah sosis.

"Dih, putra semua. Masih ada putra kok gak digunain," balas (Name) sambil lanjut mengunyah. Sesaat kemudian, ia cengengesan karena ditatap datar oleh hampir semua orang di sana.

"Kalau gak ada petugasnya, ya gak usah upacara," sahut Itaru yang masih fokus pada game di ponselnya.

"Nah, boleh tuh!"

"Aku mau tidur."

"Tahun depan aja upacaranya."

Sakyo menghela napas kembali, kemudian berucap, "Yasudah, kalau tidak mau ada upacara."

Mendengar keputusan yang paling tua, mereka semua bersorak kegirangan. "Tapi harus ikut lomba-lomba yang udah disiapin, ya." Izumi berkata dan disambut sahutan setuju dari seluruh penghuni asrama Mankai.

~

"Lomba pertama, lomba masukin paku ke dalam botol dan lomba membawa kelereng dengan sendok," kata Izumi mengawali sesi lomba tujuh belasan ala penghuni Mankai.

"Perwakilan dari tiap troupe, siap-siap di sini," tambah (Name) yang merupakan penyelenggara lomba tersebut. "Propertinya udah siap, 'kan?"

"Siap," jawab Matsukawa dengan jempol ke atas.

"Tsuzuru-san, Mukkun, Juza-san, dan Guy-san. Ayo, di sini yang lomba paku." Tangan (Name) melambai, menyuruh nama-nama yang ia panggil untuk menghampirinya.

"Ini dipake, 'kan?" tanya Juza sambil mengambil paku yang sudah diikat tali.

"Dimakan. Ya iya dipake," jawab (Name) sambil membantu mereka memakai peralatan yang sudah disiapkan.

Bergeser ke lapangan sebelah, para peserta untuk lomba kelereng sudah memegang sendok dan kelerengnya masing-masing. Ada Sakuya, Kumon, Taichi, dan Tsumugi sebagai perwakilan troupe.

"Tiga, dua, satu!" seru Izumi memulai lomba kelereng dan lomba paku.

"Ayo, Kumopiii! Jangan sampai jatuh kelerengnya!" Teriak Kazunari menyemangati teman satu troupe-nya masih dengan kamera di tangannya.

"Nanao! Jangan jatoh!" sahut Banri yang terbawa suasana. "Hyodo! Bisa mainnya gak sih!" Teriak Banri lagi yang lebih terdengar seperti mengejek Juza.

"Berisik, Settsu!" balas Juza yang masih fokus dengan pakunya.

"Ayo, Tsuzuru-san! Sedikit lagi!" Ini (Name) yang berteriak, padahal Tsuzuru ada di depannya. "Kanan sedikit! Iya, dikit lagi. Kiri, kiri, Tsuzuru-san!"

"(Name) ...." Tsuzuru menghela napas pelan karena telinganya terasa penuh.

Kerusuhan juga terjadi pada peserta lomba kelereng. Berkali-kali kelereng mereka berjatuhan yang membuat mereka harus mengulang lagi.

"Sakuya, semangat-ne~" kata Citron yang memberi dukungan pada Sakuya dari pinggir lapangan.

"Tsumugi! Ayo, sedikit lagi!" Teriak Tasuku yang melihat Tsumugi berada di paling depan.

"Kumopi! Ayo!" Sesaat setelah Kazunari berteriak, kelereng milik Kumon pun jatuh.

"Arghh, kumakan juga nih!" Teriak Kumon frustrasi sambil mendekatkan kelereng ke mulutnya.

"Makan saja jika kau mau mati," ucap Yuki ringan melihat kebodohan teman se-troupe-nya.

"Muku! Sedikit lagi! Tak ketinggalan, Tenma pun ikut berteriak menyemangati Muku. "Iya! Dikit lagi! Ya, ya, Yesss!!!" Ia berteriak lagi sambil mengepalkan tangan saat Muku berhasil menjadi pemenang pertama.

"Yeyy! Menangg!" Muku juga berteriak senang sambil mengangkat botol berisi paku miliknya.

"Tsuzuru-san! Dikit lagi!"

"Ini paku dibuat nyantet orang aja boleh gak, sih."

"Hyodo payah!"

"Coba lu sini."

"Selamat Tsumugi," kata Azuma pada Tsumugi yang menjadi pemenang lomba kelereng.

Tsumugi terkekeh pelan dan menjawab, "Terima kasih."

"Jadi, untuk pemenang kali ini ada Muku dan Tsumugi!" kata Izumi dengan heboh. "Hadiahnya saat acara berakhir, ya."

"Yeyy! Sekarang beralih ke lomba selanjutnya. Lomba joget balon!" tambah (Name) tidak kalah heboh. "Pasangannya diundi, ya!"

Izumi mulai membagikan stik es krim yang sudah diberi nomor. Kali ini semua orang berpartisipasi dalam lomba. Setelah mendapat stik tersebut, mereka mulai melihat nomor yang ada dan mencari pasangan dengan nomor yang sama.

"Hiso-Hiso! Nomor kita sama!"

Hisoka hanya bisa menghela napas begitu tahu Kazunari lah pasangannya. Pasti Kazunari akan sangat berisik dan Hisoka tidak menyukai itu.

"Yang menang akan mendapat tiga pack besar marshmellow, lho," kata Homare ketika melihat raut lesu Hisoka. Ia tahu jika cara ini pasti akan berhasil menyemangati Hisoka.

"Kenapa lu lagi dah. Ini yakin gak salah?" protes Banri pada Izumi perihal stik es krimnya.

"Kantoku, ini bisa ditukar?" tanya Juza pada Izumi.

Izumi hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak boleh. Terima saja, ya. Nanti (Name) marah-marah kalau ada yang ditukar."

"Males banget gua," kata Banri sambil membuang pandangannya dari Juza.

"Tsk." Juza balas berdecak karena ia juga sebal dengan Banri.

Izumi yang menyaksikan hanya bisa ber-sweat drop ria. Ia mengedarkan pandangan. Rata-rata anak Mankai sudah menemukan pasangannya. Kini gilirannya untuk mencari pasangan lombanya.

"(Name)? Nomor tiga?" Tsuzuru menghampiri (Name) yang tengah celingukan. Gadis itu menoleh dan mukanya terlihat berseri-seri.

"Iya! Tsuzuru-san juga?" tanya gadis itu yang dibalas anggukan oleh Tsuzuru.

"Ayo, ambil balonnya."

Kini anggota Mankai telah memegang balon masing-masing. Pemutar musik juga telah disiapkan.

"Hitungan ketiga, ya. Harus joget, dan yang balonnya pecah atau lepas duluanlah yang kalah!" (Name) mengumumkan aturannya, setelah itu mereka menghitung bersama-sama untuk memulai lomba joget balon ini.

"Satu, dua, tiga!"

Musik dinyalakan oleh Matsukawa lalu para anggota Mankai plus dua sutradara ini pun mulai berjoget mengikuti mengikuti alunan musik. Mereka juga berusaha untuk menjaga balon mereka tidak jatuh atau pecah.

"Balonnya segitiga~" Misumi berjoget dengan riang karena mendapat balon berbentuk segitiga, bentuk kesukaannya.

"Huum, warnanya juga kuning. Mirip seperti Sankaku-san," sahut Sakuya yang merupakan pasangan Misumi.

"San-san-sankakuu~"

Bergeser agak jauh, terdapat pasangan yang sedang adu tatapan. Balon mereka baru saja lepas dan jatuh. Sudah dipastikan jika mereka kalah.

"Gara-gara lu," tuduh Banri pada Juza di depannya.

Tidak terima, Juza pun membalas perkataan Banri. "Itu salah lu karena gak bisa diem."

"Kan lu yang nyari ribut duluan."

"Oh, mau ribut beneran? Sini maju," tantang Juza yang sudah tersulut emosi.

"Diem gak! Berisik!" tegur Sakyo pada dua orang yang sering ribut tersebut.

Mereka langsung terdiam dan saling membuang pandangan. Teriakan yang keras tadi juga berakibat pada pasangan lomba di sebelahnya. Karena kaget, balon pun terlepas yang membuat mereka gugur.

"Huaa, Sakyo-san," rengek Taichi yang tadi kaget mendengar teriakan Sakyo.

"Ah, sialan," umpat Tenma yang merupakan pasangan Taichi. Ia segera mengambil balon berwarna biru yang tadi terlepas ke atas.

"Harus menang."

"Kita pasti menang, Hiso-Hiso!"

"Tsuzuru-san, ayo joget."

Tsuzuru melirik ke arah (Name) yang sangat dekat di depannya. Kepala mereka hanya terpisahkan oleh sebuah balon berwarna hijau.

"Ini sudah joget?"

(Name) tertawa. Tentu saja ia tertawa melihat Tsuzuru yang hanya menggerakkan tangannya. "Pinggul dan kaki juga gerak, dong," kata (Name) yang berjoget semakin heboh karena lagu berganti.

"Na-nanti balonnya jatuh," kata Tsuzuru panik. Kedua tangan pemuda tersebut sudah berada di sisi kanan dan kiri balon. Jaga-jaga jika balonnya benar-benar terlepas.

"Tidak akan. Jika jatuh, ya biarin aja," balas (Name) sambil terkekeh. "Yang penting seru," tambahnya.

Baru saja Tsuzuru tenang dan akan mulai berjoget seperti yang disuruh (Name), mereka berdua dikejutkan dengan balon mereka yang pecah. Hal tersebut terjadi secara tiba-tiba. Karena pada awalnya kepala mereka saling menekan satu sama lain—guna menjaga balon agar tidak lepas—maka saat balon mereka pecah, kedua kepala tersebut saling menghantam satu sama lain.

Hantamannya tidak keras, namun cukup untuk mengejutkan mereka berdua. Kini, kepala (Name) dan Tsuzuru sudah tak berjarak. Bahkan hidung mereka saling menempel. Mata mereka saling bertatap, rasanya seperti tenggelam dalam manik masing-masing.

(Name) memperhatikan manik berwarna pirus milik Tsuzuru. Terlihat indah walaupun penglihatannya menjadi buram karena minimnya jarak. Sesaat setelah itu, (Name) membolakan matanya. Ia lantas menjauhkan kepalanya secara spontan dari kepala Tsuzuru. Hal yang sama juga dilakukan oleh laki-laki tersebut.

"Ekhem." Tsuzuru berdeham pelan guna menetralisir hawa canggung yang menyelimuti mereka. Sekaligus menenangkan hati masing-masing yang terasa kacau.

"Uhuk-uhuk, cie." Mendengar suara orang lain di dekat mereka, (Name) dan Tsuzuru pun menolehkan kepala mereka.

"Ciee, bukannya lomba malah romantisan." Itu Tenma dan Taichi. Mereka terkikik geli melihat dua insan yang baru saja mereka jahili berubah menjadi seperti kepiting rebus.

"Kalian ...." (Name) menggeram tertahan karena dirinya merasa malu, bahkan telinganya kini ikut memerah. Namun, matanya melotot saat melihat benda di tangan Taichi. "OH. Jadi kalian, ya. Sini kalian!"

Tenma yang menyadari ada bahaya langsung saja melarikan diri. Taichi pun ikut melarikan diri sambil membuang asal jarum yang tadi ia gunakan untuk memecahkan balon (Name) dan Tsuzuru.

"(Name)-chan! Ampuni aku!" Taichi berlari keliling lapangan karena dikejar oleh (Name). Tenma pun sesekali kena pukul oleh (Name) yang masih merasa malu dan emosi.

Tsuzuru hanya bisa memperhatikan, kemudian tangannya naik untuk menutupi mukanya yang masih memerah. Ia juga berusaha keras untuk menormalkan detak jantungnya yang sedari tadi berdegup cukup kencang.

Mereka, (Name) dan Tsuzuru, terus seperti itu sampai lomba berakhir. Yang menjadi pemenangnya adalah Hisoka dan Kazunari. Homare sudah bangga karena yang ia lakukan terbukti kebenarannya.

"Sekarang ishoma dulu, ya. Pembagian hadiahnya nanti sore," ucap Izumi sambil menepuk tangannya guna mendapat atensi seluruh orang.

"Osu!"

~

Jingga telah menyelimuti langit. Sore telah menyapa. Kegiatan di asrama Mankai pun sudah mendekati akhir. Pembagian hadiah baru saja selesai dilakukan, tentu saja diiringi dengan kerusuhan.

Kini, mereka tiba di acara puncak yang telah disepakati bersama pada hari sebelumnya. Yaitu sepeda hias.

"Nanti rutenya lurus ke sana, habis itu lewat stasiun. Terus ke Veludo Way, kita bisa street act sebentar di sana," kata (Name) menjelaskan tentang rute mereka.

"Gak ada yang kempes lagi ban nya?" tanya Chikage sambil menenteng pompa angin untuk ban sepeda.

"Kayaknya gak ada," jawab Izumi. Chikage pun menyimpan pompa tersebut dan kembali ke sepedanya. "Oke, mulai ya."

"Keluarnya satu-satu," kata Sakyo memberi instruksi tambahan.

Mereka pun mulai menjalankan sepeda masing-masing yang telah dihias dengan meriah. Rata-rata mereka menghias menggunakan kertas krep berwarna merah dan putih. Ada juga yang memasang bendera pada sepedanya.

Semilir angin menerpa wajah (Name). Membawa anak rambutnya melambai-lambai halus. Ia mengendarai sepedanya menjadi di sebelah Tsuzuru. Rupanya ia telah bisa sedikit mengabaikan kejadian saat lomba joget balon tadi.

"Tsuzuru-san! Bisa sambil lepas satu tangan?" tanya (Name) sambil melepas satu tangannya dari kemudi sepeda.

Tsuzuru sedikit terkejut karena apa yang dilakukan oleh (Name). Kemudian, ia tersenyum. Memang seperti inilah (Name) yang ia kenal. Ada saja tingkah aneh yang dilakukannya.

"Bisa." Tsuzuru menjawab dan segera mencoba apa yang dilakukan oleh gadis itu.

"Kalau lepas dua-duanya?"

Tsuzuru pun mencoba kembali apa yang (Name) bilang. Ketika ia melepas kedua tangannya dari kemudi sepeda, sepedanya oleng dan hampir saja jatuh.

"AHAHAHA." Tsuzuru menoleh ke samping. Melihat (Name) yang sepertinya sangat puas menertawainya. Ia kembali menenangkan dirinya karena kaget dan hampir jatuh.

"Memangnya kau bisa?" tanya Tsuzuru.

"Enggak," jawab (Name) sambil menjulurkan lidahnya. Sementara Tsuzuru bisa ber-sweat drop ria.

"Tsuzuru-san, ayo balapan," ajak (Name).

"Gak," balas Tsuzuru. Kemudian (Name) kembali tertawa menanggapi hal tersebut.

Hari semakin sore dan langit semakin jingga. Warnanya indah, mirip seperti rambut Tenma. Mereka bersenda gurau sambil berkendara. Ya, walaupun ada juga yang berantem ataupun hampir tertidur.

Namun, mereka tetap melewati hari dengan menyenangkan seperti yang biasa mereka lakukan. 

· · ─────── fin ─────── · ·

Continue Reading

You'll Also Like

44.3K 6.1K 29
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
125K 13K 24
Lima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonw...
168K 19.1K 47
#taekook #boyslove #mpreg
AZURA By Semesta

Fanfiction

214K 10.3K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...