[COMPLETED] Our Story || Mark...

By UrieShunshine

33.7K 2.7K 123

Haechan yang masih berusaha melupakan masa lalunya kembali dihadapkan dengan kenyataan pahit dari masa laluny... More

1 (2031)
2 (2031)
3 (2031)
4 (2020)
5(2020)
6(2020)
7 (2020)
8 (2020)
9 (2020)
10 (2031)
11 (2031)
12 (2020)
13 (2020)
14 (2020)
15 (2020)
16 (2020)
17(2020)
18 (2020)
19 (2020)
20 (2020)
21(2020)
22 (2031)
23 (2031)
24 (2031)
26 (2031)
27 (2031)
28 (2031)
29 (2031)
30(2031)
Last
INFO NEW BOOK!!

25 (2031)

780 65 0
By UrieShunshine


Mark membuka matanya perlahan, sudah lama rasanya ia tidur dengan nyenyak. Padahal ia tidur dengan posisi duduk tapi Mark benar benar nyenyak tidur semalam. Ketika Mark ingin bangun ia baru sadar bahwa tubunya terasa berat. Mark menyingkap selimut yang menutupi badannya dan menemukan Haechan yang tengah tertidur lelap di pelukannya. 

Jantung Mark benar benar ingin meledak saat ini. 

Mark mengingat kembali apa yang terjadi semalam, ingatannya terakhir adalah ia yang duduk di sofa ini bersama Haechan karena lampu padam. Ia tidak ingat kenapa ia bisa memeluk Haechan. 

Sepertinya aku benar benar mengantuk  

Cicitnya dalam hati sambil tersenyum. Haechan yang tertidur terlihat sangat menggemaskan. Mark memaikan rambut coklat Haechan yang sangat lembut, ia benar benar merawat rambutnya dengan baik. 

Mark tidak bergerak selama beberapa menit karena tidak ingin membangunkan Haechan. 

Haechan mulai membuka matanya, ketika sadar ia tengah tidur sambil memeluk Mark dengan segera ia bangkit. 

" Uhm... ma-maaf... a..aku tidak tau tertidur sambil memeluk mu" Jelasnya malu malu, wajahnya sudah merah memanas 

" Hahahaha tak apa, sudah lama rasanya aku tidak merasakan tidur nyenyak, dan semalam tidurku benar benar nyenyak, terimakasih"

Apakah ini membantu Haechan, tentu saja tidak. Ia semakin malu dan jantungnya tidak karuan. Sedangkan pelaku dari semua ini malah tersenyum manis yang membuat Haechan semakin tidak waras.

.

.

.

Haechan benar benar malu saat ini. Ia bahkan tidak bisa menegakkan kepalanya dan menyembunyikannya pada punggung Mark. Haechan saat ini sedang di gendong Mark menuju kantornya. Beruntung semua murid sudah masuk kelas sehingga lorong sepi dan tidak ada yang melihatnya 

Jika kalian penasaran kenapa Haechan berakhir di gendong oleh Mark, salahkan saja dirinya yang terlalu ceroboh dan gegabah karena sangat senang . 

Karena ia yang sangat senang, saat ia mandi, Haechan meloncat2 kegirangan entah kenapa, mungkin ia benar benar merindukan orang yang sangat ia cintai itu. Karena lantai yang licin ia pun terjatuh dan membuat pergelangan kakinya terkilir. 

" Kau tidak perlu sampai menggendongku" Cicit Haechan pelan, walaupun ia mengatakan tidak, tapi sebenarnya Haechan sedikit kesal karena sebentar lagi ia sampai di kantornya. Mulut dengan Hati kadang memang suka berbeda pendapat.

" Kaki mu terkilir, jika kau berjalan yang ada tambah parah.." Jelas Mark santai

" Ya... tapi kau membuat ku seperti anak kecil!"

" Baiklah siapa yang anak kecil sampai jatuh di kamar mandi karna kegirangan?" Goda Mark 

Haechan lupa suaranya cukup nyaring ketika berteriak dan tentu saja Mark bisa mendengarnya dari luar, di tambah hentakan kaki Haechan, Mark juga bisa mendengarkan itu. Bahkan saat tau Haechan jatuh bukannya membantu Haechan terlebih dahulu Mark malah tertawa. 

" Ck! Jangan bahas itu lagi!" Haechan memukul kepala Mark kesal. Haechan tidak mengerti pasti ada saja yang salah dengan pertemuannya dengan Mark dan semua itu selalu karna tingkahnya. 

Haechan tiba tiba teringat akan hari pertama ia bisa menghabiskan waktu bersama Mark seharian. Hari pertama Haechan yakin bahwa ia mencintai Mark. Ya hari itu sangat berkesan baginya. Dan hari itu Mark juga menggendongnya seperti ini. 

" Ada yang lucu?" Tanya Mark bingung mendengar Haechan yang terkekeh pelan 

" Tidak... aku hanya mengingat sesuatu"

" Tentang kita?" Mark sedikit menoleh kebelakang

" Mhm.... saat itu aku juga kau gendong seperti ini"

" Benarkah?"

" Ya.... padahal saat itu jantung mu masih lemah tapi kau masih memaksa untuk menggendong ku"

" hahaha sepertinya aku benar benar keras kepala ya dulu"

"Hmmm sangat... ah itu ruangan ku, turunkan saja aku di depan pintu aku akan masuk sendiri"

Seakan tidak punya telinga Mark tidak menurunkan Haechan 

" Yak!  Ku bilang turunkan Aku!"

Mark mengabaikan Haechan yang memberontak dan memukul punggungnya. 

" Ini kan ruangan mu? " Tanya Mark sambil membuka pintu 

" Iya! Tapi turunkan A-" Haechan menghentikan kalimatnya ketika mendapati Renjun dan Jaemin di ruangannya. Seakan tidak bersalah Mark malah memberikan salam kepada dua orang itu yang membuat Haechan semakin malu

" Uhm... aku mau kekamar mandi dulu" Renjun dengan cepat berdiri dan meninggalkan ruangan

" Uhm... a..aaku ada kelas..ya benar aku mau ngajar" Jaemin pun dengan cepat keluar dari ruangan. 

Haechan hanya bisa mengehela nafasnya pelan, ia pasti di ledek habis habisan oleh kedua temannya nanti. 

.

.

.

"Aw!!" Renjun meringis ketika Haechan memukul kepalanya 

" Sakit tau! Bisa pelan pelan ngga sih!" Gerutu Haechan, Renjun kini tengah mengurut kaki Haechan yang terkilir

" Ya makanya jangan banyak gerak! ck... gara gara kau aku ngga ke apotik loh!" 

" Aku ngga minta tuh!"

 " Ck.." Renjun memukul kaki Haechan yang membuat Haechan mengerang kesakitan 

" Jadi... semalam Mark menginap di rumah mu?" Kini Jaemin yang bertanya dan sukses membuat wajah Haechan memerah 

" Hmmmmmm terjadi sesuatu bukan?" Jaemin menaik turunkan alisnya menggoda Haechan. Sedangkan Haechan hanya memutar matanya malas

" Ayolah ceritakan!" Renjun memaksa Haechan untuk menceritakan apa yang terjadi


" Aw! Ck... sakit tau... bisa ngga si ngga mukul orang!" Sebal Haechan pasalnya kini Jaemin dan Renjun sedang berteriak gemas setelah mendengar cerita Haechan dan tubuhnya kini sedang dijadikan media mereka untuk melepaskan kegemasan mereka.

" Kau tidur di pelukannya? Waah aku tidak percaya bisa bisanya kau memeluknya" Jaemin sedikit iri dengan temannya ini 

" Ya mana aku tau kan reflek! Dia juga  tiba tiba main peluk aja!" Protes Haechan tapi disertai dengan senyuman

" Jadi jadi jadi jadi... Mark menggendongmu sedari rumah ?" Tanya Renjun

" Uhm... dia tidak membiarkan ku menginjak tanah, bahkan turun dari mobil saja tidak boleh"

" Hua.... romantis sekali... aku juga ingin... apa aku pura pura sakit ? Supaya Jeno juga merawatku?" 

" Pftt.. yang ada dia malah mengoperasimu nanti"  Timpal Renjun

Haechan hanya bisa menggeleng pelan, teman temannya ini selalu saja memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupannya. 

" Nanti kau pulang dengan ku atau Jaemin?" Tanya Renjun sedangkan Haechan hanya menunduk malu-malu

" Uhm itu... anu..."

" Apa? Mark menjemputmu?" Tanya Jaemin 

" Bukan.... itu ... uhmmm dia... menungguku..."

" HA???" Renjun dan Jaemin berteriak dengan serentak 

" Jadi maksud mu dia menunggumu di parkiran hingga kau selesai?" Haechan mengangguk 

" Arrrgh kenapa tidak bilang dari tadi, tau gitu mending dia yang urut kaki kamu.... kalo gitu aku pulang duluan yaa" Renjun dengan cepat mengemasi barang barangnya

" Ck... kenapa baru bilang sekarang si ... tau gitu mending aku ngerumpi sama guru guru lain di kantor, suruh dia masuk aja kesini... Aku ke kantor dulu ya"

Renjun dan Jaemin mengomel di waktu yang sama yang sukses membuat Haechan terdiam

" Tap-... Na.. Inju-"

" Nikmati waktu kalian yaa" Renjun mulai berjalan menjauhi pintu

" Aku bisa meminta penjaga sekolah mematikan cctv ruangan ini" Goda Jaemin sambil tertawa keluar ruangan 

" WOI! DENGERIN AKU DULU!!" 

Percuma saja Haechan berteriak kedua temannya ini tengah tertawa terbahak bahak diluar dan mengabaikan teriakan Haechan. 

.

.

.

Mark sengaja meminta anak buahnya untuk tidak menghubunginya jika tidak ada hal mendadak. Secara tidak langsung Mark mengatakan untuk tidak mengganggunya seharian ini, karena Mark kini sedang menunggu Haechan disekolahnya. Mark baru tau ternyata Haechan kepala yayasan, tidak mengherankan semua perabotan dirumahnya terlihat mewah. 

" Ya halo?" Mark dengan cepat mengangkat telfonnya ketika berbunyi 

" Uhm... ini aku"  Terdengar suara Haechan dari seberang telfon 

Setelah Mark mengantar Haechan, Mark memberikan nomornya pada Haechan sehingga Haechan bisa menghubunginya nanti setelah pekerjaannya selesai

" Ya Haechan... kau butuh bantuan?" Mark dengan segara turun dari mobilnya. 

" Uhm.. tidak si.. bisakah aku keruangan ku?"

" Baiklah tunggu sebentar aku akan segera kesana"  


Tidak sampai lima menit Mark sudah sampai di ruangan Haechan. 

" Kau berlari?" Tanya Haechan yang melihat Mark mengambil nafas banyak setelah sampai di ruangannya 

" Uhm... ku pikir terjadi sesuatu padamu"

" Astaga.. aku hanya menyuruh mu kesini, duduklah" Haechan menyuruh Mark untuk duduk di sofa yang ada di ruangan nya kemudian menaruh secangkir teh 

" Kakimu sudah tak apa? "

" Ya... sudah sedikit membaik, tadi Renjun membantuku" Mark mengangguk dan menyesap teh itu

" Kau tidak ke kantor?" Tanya Haechan 

" Hmmm tidak, sedang tidak ada kasus" Mark beralasan 

" Hmmm... setelah ini aku ada rapat dan mungkin mengerjakan beberapa hal jam 2 aku baru selesai. Dari pada menunggu di luar tunggulah di sini"

" Bagaimana dengan temanmu? apa aku mengganggu kalian?" 

" Hahahah, justru mereka yang memaksa mu kesini"

" Terimakasih... hmm setelah kau selesai kita makan siang di luar?"

" Baiklah "


Continue Reading

You'll Also Like

147K 6.7K 101
In the vast and perilous world of One Piece, where the seas are teeming with pirates, marines, and untold mysteries, a young man is given a second ch...
105K 3.2K 58
A collection of Alphonse Elric x readers. Early ones are typically lower in quality cause I was just starting out. Later ones are much better. Thanks...
2M 57.1K 95
On the twelfth hour of October 1st, 1989, 43 women gave birth. It was unusual as none of them had been pregnant since the first day they started. Sir...
1.1K 62 32
"love isn't logical that's what you told me" Spock says "I told you that nothing about love is logical also love without emotion is illogical" Anansa...