Candramawa [BTS FANFICTION]

By ikvjou

138K 21.4K 6K

๐ŸŽ–๏ธpemenang wattysid 2018 kategori the revisionist ๐ŸŽ–๏ธ ๐Ÿ“š seri pertama literatuur filosofie ๐Ÿ“š ... More

trailer
00:00
01:31
02:03
03:15
04:16
05:05
06:16
.: 5 Perjanjian Dalam Buku Ini :.
Pengantar
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv : 18+ parental advisory!
xv
xvi
.: southern cross (disambiguasi) :.
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
.: digresi :.
xxviii
xxix

xxx

537 126 46
By ikvjou

bisa 'kan berikan vote, komen, dan masukan sebagai cara untuk mengapresiasi penulis?












Doa bukan hanya perkara mengenai diri seorang hamba dengan Yang Mahakuasa saja; lebih daripada itu, doa memiliki fungsi khusus yang lebih sakral. Doa lebih dari sekadar harap, yang mana sanggup menembus hingga lapis ketujuh. Doa ialah komunikasi; bahasa, penghantar antara yang muskil dan tidak.

Pada pengharapan-pengharapan yang telah luntur, agaknya Seok Jin menemui kebuntuan yang membingungkan. Pastor itu dibuat frustasi, gelisah tentunya menghampiri beberapa malam yang ia lewati sehabis pertengkarannya dengan Taehyung. Kata-kata lelaki itu begitu menusuk sanubarinya, sehingga tentu Pastor itu tak bisa untuk jadi pura-pura tuli dan tak mengindahkan. Malahan, oleh karenanya jadi banyak pertanyaan dan kebimbangan yang ia peroleh. Akankah selama ini doa memang hanya berfungsi sebagai pemanis saja?

Perkara ini sungguh membingungkan. Iakah yang terlalu mempercayai kekeliruan, atau justru kekeliruanlah yang selama ini sebuah kebenaran itu? Seok Jin tak tahu sedang bertumpu pada apa sehingga kedua kakinya goyah begini. Paling tidak, sekarang seharusnya ia tidak meragukan doa-doanya. Namun, nampaknya Seok Jin telah sedikit banyak termakan omongan sang adik, yang mana membuat ketakwaan lelaki itu diuji.

"Pastor Kim?"

Lelaki itu berjengit, nampak sedikit terkejut ketika seseorang menyapa dirinya dari belakang dengan menyentuh pundak. Tetapi, reaksi pastor itu agak berlebih, sehingga si penyapa terkekeh mengetahui lelaki itu.

"Mengapa begitu terkejut, Pastor?" Yoona menahan kekehannya sehalus mungkin agar tak menyinggung pastor yang sejak tadi terduduk seorang diri di dalam kafe. Menghela sejenak, perempuan itu kemudian menarik kursi untuk duduk di hadapan Seok Jin, "Apa pastor sedang tidak baik-baik saja?"

Gantian, Seok Jin yang menghela sejenak. Senyumnya terhantar pelan sebelum akhirnya menyisip gelas kopinya yang dingin. "Saya begini-begini saja."

Yoona kembali terkekeh, memanggil pelayan sebelum akhirnya pergi dengan sebuah pesanan. Atensinya kemudian tertuju kembali pada pastor yang sejenak lalu terdiam tanpa sepatah kata. "Pastor kelihatan tidak seperti biasanya."

Seok Jin kembali menghela, "Memang biasanya saya terlihat seperti apa?"

"Kali ini pastor jauh kelihatan lebih lelah." Yoona sungguh tidak tega melihat kerutan di bawah matanya yang mulai menghitam, juga dagunya yang mulai tumbuh rambut. "Adakah masalah? Sungguh, bukan saya lancang. Saya hanya berusaha untuk meminjamkan telinga. Itu pun kalau pastor ingin."

Kali ini Seok Jin terkekeh, pasalnya Yoona mengucapkannya dengan lucu; kedua matanya setengah takut, juga polah yang agak kikuk. Menghela, Seok Jin mulai kembali melempar senyum yang mana itu adalah bagian dari pesona dirinya yang tak terpatahkan. "Jadi, saya boleh meminjam kedua telingamu?"

"Eh?" Yoona setengah terkejut mengatakannya, "Tentu boleh. Kalau ada sesuatu yang ingin pastor saya mendengar, saya akan."

Helaan terasa berat, seakan melucuti diri lelaki itu. Kalau ditelisik ke dalam, rasanya tubuhnya telah compang-camping penuh luka. Mengenaskan. Ingin rasanya ia menertawakan diri sendiri melihat penderitaan telah sebagaimana hampir memakan habis dirinya. Namun, seorang Kim Seok Jin tetaplah seorang Kim Seok Jin. Kesabaran dan kesederhanaan telah menjadi bagian dari dirinya yang menyatu sedemikian. Sehingga, ketika kesusahan menghampiri, lelaki itu masih sanggup berusaha tegar.

"Saya merasa telah banyak melakukan kesalahan." Seok Jin membuka dengan helaan berat nan panjang. "Saya rasa saya telah banyak merasa sok bijak, padahal banyak dari pilihan yang saya ambil keliru. Tetapi, saya agaknya telah keras kepala untuk tetap mempertahankan itu."

Selanjutnya seorang pelayan datang mengantarkan pesanan perempuan itu, sehingga obrolan terputus sejenak. Meski begitu, Yoona memang sudah mengerti kemana arah pembicaraan yang dibawa oleh pastor itu. Sehingga, sedikit banyak pikirannya telah jauh menerka kepada lelaki pendakwah itu.

"Bukankah manusia memang tempatnya keliru?" Yoona menyisip cangkir minumannya sejenak. Kedua bola matanya terus teratensi pada lelaki itu, tanpa berpaling setitik. Yoona sengaja memberikan intensitas yang lebih, meskipun memang ia tidak menyangka bisa bertemu dengan pastor itu secara kebetulan. "Untuk apa Tuhan ada, juga doa-doa serta pengharapan-pengharapan bilamana tidak untuk membuat manusia kembali pada jalan Tuhan."

Jawaban Yoona cukup diplomatis dan agamis, sebuah jawaban yang nampaknya tidak Seok Jin harapkan. Paling tidak, ia ingin sedikit kalimat provokatif, yang mana sanggup menghilangkan keraguan-keraguan yang bersarang di dalam kepala. Tetapi, Tuhan memang sepertinya tahu cara untuk menarik Seok Jin kembali. Hanya, Seok Jin ingin sedikit lebih membangkang. Bukan karena ia tidak percaya, barangkali karena seluruh doa-doanya belum berhasil.

"Tentu saya tahu," balas Seok Jin. Kedua tangannya lantas disatukan di atas meja dengan posisi tegap lurus. "Hanya, yang saya tidak tahu adalah mempercayai doa membuat saya telah banyak keliru."

Yoona sungguh terkejut dengan salah satu alis menggantung tinggi. Apakah Seok Jin tengah meragukan Tuhannya? Nampaknya Yoona kali ini betulan paham. Kendati menghakimi, Yoona lebih memilih untuk membiarkan Seok Jin pada apa yang ia pikirkan sekarang, sebab dirinya memang belum menjadi hamba yang baik. Sehingga, ia tidak punya petuah yang pantas untuk dia bagi kepada orang seperti Seok Jin−sudah pasti ia dapat lebih banyak dari pengalamannya berdakwah selama ini.

"Kau tahu," Seok Jin kembali membuka suaranya yang sejenak lalu hilang entah kemana, "saya selalu mempercayai kekuatan dari setiap doa-doa yang saya harapkan, tetapi barangkali kekuatan dari doa-doa itu yang belum memercayai saya."

Yoona tersenyum; hatinya kali ini terasa lebih hangat dari sebelumnya. Paling tidak, Seok Jin tidak secanggung tadi di awal jumpa, juga kalimat terakhirnya yang begitu menyentuh hati terdalamnya. Apa yang Seok Jin katakan sebelumnya tak pernah sekali waktu terlintas di benak perempuan itu, sehingga terkadang justru ia jadi menyalahkan Tuhan sendiri. Tetapi, sekarang ia mengerti bahwa memang sering kali justru ia sendiri yang tidak bisa dipercayai atas semua doa dan keinginan yang selama ini belum terkabul.

Menghela, perempuan itu kemudian menyahut, "Saya mengerti, Pastor. Saya rasa memang benar bahwa kualitas diri kita belum sanggup untuk menerima tanggung jawab dari doa dan apa yang kita harapkan, sehingga Tuhan belum mengizinkan untuk memberikan itu."

Seok Jin mengangguki dengan tenang, "Terkadang pula, apa yang kita inginkan adalah sesuatu yang salah, tetapi kita cukup egois untuk tetap berharap. Sebab doa, memang disitulah daya tariknya."

Menghela dengan berat, jantung perempuan itu mendadak ngilu yang teramat. Sembilu. Ada senyum lain yang tiba-tiba muncul dari bibirnya yang mungil seperti plum. Ia rasa ia memang mengerti, tetapi terkadang memang dirinya ingin jauh lebih egois dan memercayai bahwa itu yang terbaik; sekalipun memang apa yang paling ia inginkan adalah salah. Sebuah kesalahan yang fatal sekali, dan itu adalah Christalina-nya.

"Doa selalu punya tempat kepada orang-orang yang senantiasa putus asa. Seringkali doa dijadikan jalan terakhir setelah sebagaimana semua usaha dilakukan tapi tak membuahkan."

"Kau benar sekali, Nona." Seok Jin mengulas senyumnya yang sempat hilang sejenak, "Dan doa, terkadang menjadi pilihan untuk mereka yang malas berusaha."

"Saya menjadikannya sebagai opsi pertama."

Seok Jin terkekeh secara spontan, "Saya menjadikannya dengan apa yang saya ucapkan."

"Hei ... hei!" Yoona niatnya ingin berkelakar, tetapi pastor itu, pastor yang terkekeh itu nampaknya serius. "Jangan begitu. Pastor selalu punya banyak usaha yang telah dilakukan."

"Saya rasa tidak demikian, Nona Yoona." Seok Jin menggeleng, menerawang bagaimana percakapannya tempo lalu dengan Taehyung yang begitu intens dan menguras emosi. "Saya rasa, saya tidak pernah berusaha selain daripada mengharapkan doa. Itu adalah sebuah kefatalan, dan saya ingin berusaha keluar."

"Pastor pasti bisa!"

Pastor itu terkekeh, kedua matanya menyipit sedemikian. "Salah satunya dengan keluar dari jalur ini, sebagai pendakwah mungkin. Menurutmu, bagaimana?"












halo, apakabar? maaf sebelumnya tidak bisa memenuhi ekspektasi untuk menuntaskan lebih cepat. menulis cerita ini sungguh berat, karena tulisan ini adalah sebagaimana refleksi saya sebagai penulis kepada nalar dan keimanan saya.  saya telah gundah dan diuji bertubi kali, sehingga saya merasa jauh dari rasa spiritualitas, dan itu adalah halangan terbesar saya untuk menulis. kalau dipaksakan, tidak akan maksimal.

saya harap, kalian mau memaklumi. saya senang masih ada yang mau singgah dan baca tulisan ini. saya ucapkan terima kasih yang banyak sekali untuk itu. untuk kalian semua, have a great day❤️✨

Continue Reading

You'll Also Like

166K 22.1K 30
start : 11/02/24 end : 05/05/24 plagiat menjauh cok! hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 26.
1.1M 60.9K 65
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
138K 9.3K 41
KIM TAEHYUNG narenda, yaitu mafia yg terkenal dengn kekejamannya JEON KOOKIE liviendra, yaitu seorang namja cantik yg ditinggal mati kedua orang tua...
149K 24.3K 45
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...