KITA YANG TAK SAMA

By marthaleoch

34.4K 3.2K 1.1K

"Kamu sadar ga sih? Kita tuh ga sama! Dan ga akan berada di posisi yang sama lagi untuk melangkah ke masa dep... More

INTRODUCE
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
OH HI!
S I X
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T E E N
N I N E T E E N
T W E N T Y
T W E N T Y O N E
T W E N T Y T W O

S E V E N

1.2K 168 34
By marthaleoch

" Ayo papa bangun!" teriak Ryo disamping tubuh Brian yang masih terlelap disampingnya

" Hemmm " respon Brian tanpa membuka matanya

" Bangun papa, ayo kita pelgi!"

Brian pun membuka matanya. Pergi?! Perasaan dirinya tidak punya janji untuk pergi berasama Ryo hari ini.

" Pergi? Pergi kemana? Ini masih jam tujuh dan juga hari Sabtu Ryo, papa mau bangun siangan "

" Papa ga boleh bangun siang. Papa antelin Lyo ke tempatnya tante Sen sekalang ayo!"

" Tempat tante Shane?! Mau ngapain?!" kejut Brian

" Lyo mau ketemu tante Sen lagi!" jawabnya

Brian terdiam mendengar jawaban putranya. Benar tebakannya, Ryo merasa sangat nyaman berada di dekat Shane. Shane seperti mempunyai magnet yang mampu membuat Ryo ingin selalu berada dekatnya.

" Tante Shane kan lagi kerja Ryo kalau sekarang. Nanti ya jam 12, pas tante Shane nya istirahat " jelas Brian

Ryo hanya menganggukan kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya menadakan rasa kesal yang dia rasakan. Ryo, malaikat kecil tak berdosa ini sangat merindukan sosok ibu yang mungkin kini dia rasakan ada di dalam diri Shane, mantan kekasih ayahnya.

" Ryo sarapan dulu ya sama encus sama oma, habis itu mandi terus kita baru berangkat " bujuk Brian

Ryo hanya masih menganggukan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Brian yang melihat putranya seperti itu hanya bisa menarik nafas panjang.

Ryo pun turun dari kasur dan beranjak keluar dari kamarnya sambil berteriak memanggil nama susternya. Hati Brian mencelos melihat sosok anaknya yang sedang berjalan keluar itu.

" Vas, aku gatau apa kamu senang kalau kamu liat Ryo bisa serindu dan senyaman itu di dekat Shane " ucapnya pelan

Brian pun mengambil handphone dari meja di samping kasurnya itu dan membuka notifikasi pesan yang muncul.

-----------------------------------------------------------

Chat :

Mama Terry :
Brian, kamu bisa bawa Ryo datang ke rumah? Mama kangen sama dia

Brian :
Iya bisa ma, jam 2 aku sama Ryo sampai di rumah mama

Mama Terry :

Ok, i'll see you both soon

Brian :
See you ma

----------------------------------------------------------

" Nanti kita ke rumah oma Terry ya Ryo " ucap Brian yang sudah turun ke ruang makan

" Holeee!! Tapi pelginya abis dali tempat tante Sen ya pa " ucap Ryo polos

Brian hanya menganggukkan kepalanya.

"Tante Sen? Siapa itu?" tanya Bu Vina

"Shane ma" timpal Brian

"Sha-shane? Maksudnya Ryo, Shane mant-"

" Iya ma" sahut Brian memotong perkataan Bu Vina sebelum ibunya itu melanjutkan ucapannya

"Loh, memang Ryo pernah ketemu sebelumnya?! Kok bisa kenal sama Shane?"

"Iya oma, kemalin Lyo ketemu tante Sen"

"Dimana?"

"Pertama Tower, Shane sepertinya kerja disitu. Ketemunya juga ga sengaja karena Ryo lari terus nabrak orang sampai jatuh dan ternyata itu Shane"

"Ryo, oma mau tanya. Ryo senang ya deket sama tante Shane? Sampai ga sabar mau ketemu tante Shane"

"Senang oma" ucap Ryo sambil menganguk-anggukan kepalanya dengan semangat

"Tante Shane baik ya?"

"Iya oma, tante Shane baik banget sama Lyo" ucap Ryo dengan senyum yang mengembang dan nada yang menggebu-gebu

Bu Vina yang mendengar ucapan dari anak dan cucunya hanya bisa menundukkan kepalanya lantas tersenyum getir.

[•🖍️•]

"Shane tolong kamu hargain keputusan Brian! Keputusan tante dan keputusan keluarga kami!"

"Tapi tante" ucap Shane dengan nada bergetar

"Keputusan kami mutlak Shane! Tante sebagai ibunya Brian berterimakasih dan meminta maaf sama kamu atas semua ini" ucap Bu Vina dengan bergetar

Ada rasa sakit di hatinya melihat Shane seperti ini. Tapi ini semua dilakukan demi kakak dan keponakan yang sangat dia cintai.

"Oke.. oke tante. Aku nyerah, aku ngalah. Terimakasih tante dan Brian sudah menerima saya sejauh ini. Semoga keluarga tante dan Brian selalu berbahagia ke depannya " ucap Shane sambil melangkah mundur lalu pergi menjauh dengan air mata yang terus keluar dari kedua pelupuk matanya.

[•🖍️•]

Mungkin ini kebahagiaan Ryo ada di dalam diri Shane. Tebak Bu Vina dalam hatinya

"Papa cepet abisin makanannya telus mandi kita belangkat deh abis itu!" cecar Ryo

"Iya Brian, denger kata anak kamu. Cepet habisin sarapannya terus mandi habis itu langsung berangkat" seloroh Bu Vina

Brian menatap mata Bu Vina tajam seakan penuh dengan tanda tanya dan hanya dibalas dengan sebuah senyuman yang mengembang di wajah ibunya.

Brian kini telah selesai mandi dan bersiap untuk berangkat dengan setelan kaos berkerah dan celana jeans yang membuatnya terlihat sangat comfy. Tapi seperti ada yang mengganjal di hatinya sebelum berangkat.

" Shane, apa dia ada di kantor ya? "

" Nanti kalau Ryo ga ketemu sama dia, bisa-bisa Ryo jadi badmood "

Feeling Brian mengatakan seolah Shane dan Ryo tidak akan bertemu hari ini. Tapi semuanya di abaikan oleh Brian, dia tetap menemani putranya untuk bertemu dengan Shane.

" Ayo papa, Lyo udah siap nih!" ucap Ryo saat Brian sedang menuruni anak tangga

" Sus, kamu ikut sama saya dan Ryo ya. Soalnya nanti mau ke rumah mamanya Vas juga " ucap Brian kepada suster Nova

" Siap baik Pak" tanggap Suster Nova

" Sudah siap semua? "

" Iya ma "

" Yasudah hati-hati di jalan. Ryo have fun ya nak" ucap Bu Vina

" Iya oma, dadah oma. Lyo pelgi dulu ya " ucapnya sambil melambaikan tangan

" Dahh sayang "

" Yaudah ma, aku jalan dulu ya " ucap Brian sambil pamit dan memeluk ibunya

"Go, temui kebahagiaan kalian nak" ucap Bu Vina sambil mengelus punggung putra semata wayangnya itu

Brian hanya bisa tersenyum kecut mendengar perkataan ibunya. Baginya ucapan ibunya hanyalah lelucon lagi yang dilemparkan kepadanya. Kebahagiaan apa yang harus dia dan Ryo temui sekarang ini?

Brian pun memacukan mobilnya dengan segera menuju ke Pertama Tower tempat Ryo bertemu dengan Shane. Sementara Ryo yang duduk di kursi depan terus memperhatikan jalanan dan mengoceh kepada Brian untuk bisa lebih cepat sampai tujuan.

Hingga tidak terasa setelah kurang lebih 40 menit mereka sampai di Pertama Tower. Ryo yang sudah tidak sabar dengan segera meminta Brian untuk turun dari mobilnya dan masuk ke dalam lobby yang dimana terdapat minimarket yang dijanjikan Shane untuk Ryo, agar bisa bertemu dengannya.

" Ini masih jam setengah sebelas Ryo. Tante Shane juga belum keluar istirahat" jelas Brian pada Ryo

" Gapapa pa, kita di dalam aja"

" Tunggu di mobil aja ya "

" Engga mau! Lyo mau di dalam aja bial bisa cepet ketemu tante Sen " rengek Ryo sambil menggelengkan kepalanya

Brian hanya bisa mengalah menghadapi sikap anaknya yang sangat cranky hari ini. Mereka pun turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam gedung itu. Sambil menunggu Shane datang, Brian pun duduk di caffe samping minimarket tersebut dan memesan secangkir hot cappucino sementara Ryo berjalan mondar-mandir di depan minimarket ditemani susternya.

Satu setengah jam berlalu atau tepatnya sudah pukul dua belas siang tapi Shane belum juga terlihat keluar makan siang. Ryo masih setia dan tanpa lelahnya menunggu tante Shane nya datang untuk menghampiri dirinya, senyum masih terus ditunjukan Ryo setiap melihat orang yang melangkahkan kaki keluar dari lift di depan minimarket itu seolah berharap Shane juga akan keluar dari dalam sana.

Hingga akhirnya sudah pukul satu siang tapi Shane belum terlihat juga. Membuat Brian semakin kalut karena melihat putranya mulai menunjukan raut muka sedih dan kecewanya. Brian pun segera menghampiri Ryo dan mengajaknya pulang, tapi tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Ryo.

" Sudah siang Ryo. Tante Shane mungkin masih kerja di atas, lagi sibuk"

" Lyo masih mau tunggu tante Sen!" rengeknya

Suster Nova yang sedari tadi menemani Ryo pun juga kewalahan untuk membujuk Ryo pulang.

" Ryo, kita sudah ditunggu oma Terry loh dirumahnya. Kita pulang ya. Senin papa janji ajak kamu kesini lagi " tegasnya pada Ryo

Ryo akhirnya melunak dan mengiyakan ajakan ayahnya untuk pulang walaupun dengan hati yang sangat sedih.

" Bener feeling aku, hari ini Ryo ga bisa ketemu kamu Shane. Kamu ga ada disini" gumamnya dalam hati

Brian yang melihat putranya seperti itupun mengangkat Ryo ke dalam gendongannya dan melangkahkan kakinya menuju parkiran.

Brian segera melajukan mobilnya menuju rumah mertuanya. Selama perjalanan ke rumah omanya, Ryo hanya memasang wajah cembetut pada ayah dan susternya itu. Ucapan yang keluar dari bibir Brian tidak diindahkannya.

" Kita sudah sampai " ucap Brian

" Ryo, kamu ga boleh kaya gitu terus. Nanti kalau oma Terry liat kamu kaya gitu gimana? Nanti oma Terry sedih loh " kata Brian

" Sudah, jangan sedih lagi ya. Senyum, anak papa kan pintar "

Ryo pun menatap mata ayahnya dan menganggukan kepalanya. Brian pun sedikit lega karena anaknya sudah mulai bisa mengerti.

" Tuh oma Terry, kamu kangen ga? Turun yuk " ucap Brian sambil melepaskan seatbelt dari tubuh mungil Ryo

" Omaaa Teli!!!" teriak Ryo sambil berlari setelah turun dari mobil

" Ryo, sayang. Cucu oma. Oma kangen sama kamu "

" Lyo juga kangen sama oma " ucap Ryo sambil memeluk erat tubuh oma-nya itu

" Hai ma " sapa Brian sambil memeluk tubuh mertuanya itu

" Hai Brian " balasnya sambil memeluk tubuh menantunya itu

" Sudah pada makan belum kalian? "

" Tadi udah salapan oma, tapi belum makan siang " seru Ryo

" Wahh, yaudah kita makan yuk. Oma hari ini masak soup tofu kesukaannya Ryo sama mama Vas "

" Ayo oma" ujar Ryo dengan keceriaan yang telah kembali

" Ayo masuk Brian, Nova " ajak Bu Terry

Mereka pun melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju ke ruang makan. Wangi masakan semerbak menusuk ke dalam hidung Brian dan membawanya mengingat kembali ke saat-saat dulu. Saat Vas masih hidup dan sering memasak untuknya dan yang menjadi menu andalannya adalah soup tofu.

" Wangi soup tofu nya persis banget sama yang biasa dimasak Vas, ma " ucap Brian seakan mengisyaratkan kerinduannya

Bu Terry tidak bisa mengeluarkan ucapan apapun mendengar ucapan menantunya itu. Dia tau bahwa menantunya kini seakan sedang merindukan sosok Vas.

" Ayo oma kita makan. Lyo lapel"

" Iya iya sayang , ayo makan" ucapnya seraya memberikan lauk pauk di piring Ryo

" Brian, habis makan kita ziarah ke makam Vas ya " ajak bu Terry

Brian menganggukan kepalanya seraya berkata iya ma.

Mereka pun menikmati hidangan yang disediakan oleh Bu Terry. Sambil makan, mata Brian seolah menyapu seisi ruang makan yang tersambung dengan ruang keluarga ini. Matanya menilik satu per satu foto Vas yang memang sengaja di pasang oleh ibunya. Rasa getir seketika menyerbu hatinya.

" Sudah habis semuanya? Sini biar oma beresin "

" Sudah oma, masakan oma enak banget "

" Wah, makasih sayang " ucapnya sambil mengelus rambut cucunya itu

" Yaudah kalau gitu kita siap-siap pergi ke makam ya . Mama ganti baju dulu ya Brian "

" Iya ma " jawab Brian

Lima belas menit berlalu, kini semua telah bersiap dan segera berangkat ke makam Vas. Selama di dalam perjalanan Ryo tidak henti-hentinya menanyakan perihal Vas kepada omanya yang membuat hati Brian bergetar. Anak sekecil Ryo ingin banyak mengetahui tentang sosok malaikat dalam hidupnya yang tidak sempat dia lihat.

"Nah Ryo, kita sudah sampai di makam mama" ucap Bu Terry

Mereka semua turun dan berjalan ke arah makam Vas. Ryo yang melihat makam ibunya pun dengan segera memeluk batu nisan, membuat siapapun yang melihat itu dadanya terasa sesak. Rasa rindu yang Ryo rasakan di dalam hatinya sudah terlalu penuh, harapan yang dia gantungkan untuk bertemu ibunya seakan terlalu tinggi untuk digapai.

" Vas, maafin aku. Seandainya kamu gak bertemu sama aku dan ga nikah sama aku, mungkin ini ga akan terjadi. Mama kamu ga akan kehilangan kamu. Ga akan ada sosok anak kecil yang kehilangan ibunya. Maafin aku " batinnya sambil menatap pusara ibu dari anaknya itu.

🍒🍒

Jangan lupa vote dan comment 🥰🧚

See you!

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 240K 65
Bagaimana jika seorang yang terbiasa dengan menyentuh bertemu dengan seseorang yang tak bisa disentuh sama sekali? Keduanya harus bisa bekerjasama de...