"gimana cil, enak? Ceritain dong!"
Jeongwoo memiringkan kepalanya bingung, sedari tadi Junghwan terus bertanya pada dan menyuruhnya bercerita padahal Jeongwoo saja tidak tau apa yang dimaksud oleh Junghwan.
Hm.. Wan aelah kepo banget sih jadi lembu, gue kandangin juga lo.
"maksud kakak apaansih? uwu ga ngerti tauu, ngomong nya yang jelas."
"aelah cil yang itu lho semalem,gimana ena ena nya? ena ga? Gede ga? Sakit ga?"
Astagfirulah wan..
"hah?.."
Pipi Jeongwoo langsung bersemu merah, ah.. Jangan bilang bahwa Junghwan melihat kegiatan panas nya dengan Haruto semalam?
Duh Jeongwoo jadi shy..
"pipi lo merah mulu tiap bareng gue, jadi ngeri. Tolong ye cil gue bukan pedo jadi jangan suka sama gue, tolong banget inimah!"
"ish mana ada! Lagian uwu kan sukanya Haru.." gumam Jeongwoo pelan sambil menyembunyikan semburat merah di pipinya.
"waww agak.a bocil berkulit hitam ini menaruh perasaan pada bapak Watanabe y. Ini kudu di beritain dan harus masuk koran hari ini sie. Kan bagus tu headline nya 'seorang bocil berkulit sawo busuk menyukai Watanabe Haruto seorang pemuda tampan dan pedofil' anjay!"
Jeongwoo hanya tersenyum tipis, dirinya gemas melihat Junghwan. Mungkin sebentar lagi ia akan menghujani tubuh bongsor itu dengan pukulan dan cubitan cinta.
"dih senyum senyum, sawan lo? Makanya banyakin minum vitamin biar tumbuh keatas bukan kebawah."
"kan tumbuh emang keatas, ga kayak kakak tumbuhnya kesamping.. Melar."
"wahh bodiseming! Gabisa dibiarin inimah anda sudah melakukan kasus bodiseming terhadap So Junghwan yang tampan."
"kak Junghwan gemes banget sih jadi pengen mukul!"
...
"sayang please.. Ayo selesain ini sama sama."
"aku capek Ji, aku gamau gini terus huft.."
"sayang liat aku!" Jihoon menangkup kedua pipi Hyunsuk lalu manik mata mereka bertemu.
"kita harus jemput dia apapun yang terjadi oke? Aku ngga nyuruh kamu buat jadi umpan atau apapun itu, aku yang bakal turun tangan. Kamu cukup temenin aku aja. Aku janji bakal bawa balik dia."
"tapi Ji, aku juga mau bantu.."
"iya kamu juga bantuin aku, dengan kamu terus ada di sisi aku itu udah ngebantu. Tetep selalu sama aku, jangan kemana mana."
"be careful Ji.. aku gamau sampe kamu kenapa napa, si jepang itu pasti bakal nunjukin cara main nya sebentar lagi."
"aku janji bakal tetep hidup."
"pasti, kalo kamu pergi aku bakal marah sama kamu!"
"iya sayangg, aku janji."
"jangan janji.. kalo kamu janji sama aku nanti itu keingkar, cukup buktiin bukan janjiin."
Grep!
Jihoon menarik Hyunsuk kedalam dekapan nya lalu menciumi pucuk kepala kekasih nya itu sayang.
...
...
...
"shit, GIMANA BISA?!"
"maaf tuan tapi petugas bandara tidak memberi akses masuk."
"ITU KARENA KALIAN BODOH! AKU TIDAK MENYURUH KALIAN MENGIRIM MEREKA LEWAT PENERBANGAN UMUM!"
"maaf tuan kami sudah lalai.."
"maaf? Cih aku tidak butuh maaf kalian, cepat bereskan kekacauan itu." perintah Haruto.
"baik tuan."
Cklek!
"wahh ternyata tuan Watanabe sedang emosi ya?"
"ck, kau lagi."
"apa? Kau senang dengan kedatangan ku ya? Ah aku jadi merasa tersanjung."
"kenapa kau tak kunjung pergi hah?! Lihat neraka sudah menunggumu."
"terserahmu saja, aku kesini hanya untuk memberikan dokumen ini."
"dokumen apalagi? Pernyataan bahwa kau memang jalang, iya?" tanya Haruto dengan nada mengejek.
"anak ini benar benar minta di cubit, ini dokumen penting peninggalan ayah bolot mu!"
"bolot begitu juga kau mencintainya bukan?"
"jelas tidak, aku hanya mencintai hartanya."
"cih, benar-benar jalang!"
"hey kau mau kutendang sampai ke antartika? Tidak sopan sekali sama orang tua!"
"memang kau sudah tua, besok ajal akan menjemputmu jadi tidurlah dengan nyenyak dan makanlah yang banyak."
"wahh peduli sekali kau dengan kesehatanku rupanya, ayolah anak kecil jangan tsundere."
"pergilah, kehadiranmu tak di inginkan disini."
"aku memang tak ingin kemari jika bukan ayahmu yang memaksa. Dasar anak nakal."
"hm."
"aku akan pulang! Tidak mau menyalimi ku?"
"tangan mu bau."
"heh solimi sekali orang ini, kau tau? Aku sudah mandi dua kali hari ini!"
"aku tidak bertanya."
"terserahmu saja, dasar Watanabe sialan."
"hm."
"kusumpahi kau akan menjadi bolot seperti ayahmu."
"terimakasih."
"heoll, apakah kau sudah ketempelan makhluk halus?"
"ya."
"aneh, dasar keturunan Watanabe!"
...
...
...
"apa semuanya ditangani dengan baik?"
"iya tuan, semua pengiriman menggunakan pesawat pribadi."
"bagus, tetap awasi dan kirim laporan jika ada yang mencurigakan."
"baik tuan."
...
"badan lo kecil banget, nih makan yang banyak. Ntar dikira gue ga ngasih lo makan lagi."
"ish uwu badan nya emang gini tauuu, kakak jangan body shaming ke uwu ya!"
"tapi beneran deh, lo kurus cil. Gapernah dikasih makan ama bapak lo?"
Ah.. Jeongwoo jadi teringat ayahnya. Bagaimana ya keadaan ayahnya sekarang? Apa ia makan dengan baik? Apa ia masih suka mabuk? Apa ia-
Hah.. Jeongwoo jadi rindu padanya.
"heh! Malah bengong, gue ruqyah juga lo!"
"uwu kangen ayah.."
"si bocil, bapak lo jahat begitu dikangenin. Jangan jangan pas kecil lo dikasih makan kemenyan!"
"ih sembarangan!"
"kan mungkin aja, lagian lo aneh bener. Otak lo perlu gue sabunin keknya."
"otak uwu udah bersih ya! Sebersih sprei di kamar."
"tapi tadi gue ada liat noda- ups.. Gajadi deh ntar otak lo melayang tinggi ke langit kedelapan."
"bukan nya cuman ada tujuh ya?"
"like like gue dong, kenapa like like gue? Ya like like gue lah yakali like like lo!"
Apasih wan like like gue slepet lo.
"kakak ngga jelas, mending diem trus makan. Kasian sayur nya ngeliatin kakak sampe bosen."
"gaakan bosen, kan gue ganteng. Jiakhh yamete kuda lumping!"
"makin aneh.. pasti kakak ketempelan iblis.."
.
.
.
"cil, Haruto bilang hari ini ga pulang. Dikejer bencong dia di lampu merah."
"bencong?.."
"iya bencong, lebih jelasnya lagi banci. Lo tau ga kayak cowo yang suka ngebuat dirinya jadi mirip cewe? Nah itu benchong~"
"ohh.. Iyakah? Haru kenapa dikejer bencong?"
"abis nyuri sempak orang."
"oh gitu.. Yaudah gapapa deh."
"lah anjing kok lo percaya?!"
"lah terus gimana?.."
"gajadi dah pokoknya hari ini Haruto kaga pulang. Lo tidur sendiri aja."
"mau tidur sama kakak.. Boleh?"
"najis.g"
"ihh, temenin uwu yaaaa.."
"ga. Udah sono tidur lo dah malem besok sekolah."
"kan uwu ga sekolah.."
Junghwan menepuk dahi nya sendiri, kenapa akhir akhir ini dia terlihat seperti orang tolol?
Dan juga, kenapa bocil ini ga sekolah? Apa si Watanabe itu sudah kehabisan uang?
"iya juga, ntar lo bilang ke Haruto kenapa lo ga dikasih sekolah."
"emang boleh tanya begitu?"
"boleh lah, kasian tau otak lo kalo ga dikasih beban."
"nanti deh uwu tanya.. uwu juga mau sekolah hehe."
"yaudah tidur sono!"
"ayo tidur sama uwuuu!!" Jeongwoo menarik lengan Junghwan ke kamar nya.
"njir ntar gue dikira ngapa ngapain anak orang lagi!"
"ngga kok! Kan cuman nemenin uwu bobo. Ayo kakak tidur disini."
"eh eh bentar, gue belum ganti baju. Lo sikat gigi dulu sana, yang bersih biar jigong nya ilang!"
"siap kapten!!"
...
"udah?"
"udahh! Sekarang waktunya boboo~"
"sip, dah tidur sono!"
"mau peluk."
"hah?"
"ishh! uwu mau peluk kak~"
"peluk siape? Tiang listrik? Duh gue gabisa ngangkat nye, berat anying!"
"bukann, uwu mau peluk kakak!"
"ngomong dong dari tadi, sini."
Hap!
Jeongwoo meringsut masuk kedalam pelukan Junghwan. Nyaman.
"nina bobo ohh~ nina bobo, kalau tid-"
"uwu bukan anak kecil ya!"
"biar cepet tidur lo."
"puk puk in aja kepala uwu.." Jeongwoo menuntun tangan Junghwan lalu diletakan diatas kepala nya.
"mirip bayi aje!"
"hu'um!"
"cup cup cup ade bayi cepet gede ya biar bisa kakak ajak nyuri di bank."
"ih mana boleh begitu!"
"boleh kok, kan gaada yang ngelarang."
"nanti masuk penjara."
"benar juga, kenape pulak awak tak terfikirkan ye!"
"mirip abang sally."
"eo! Kuruci kuruci!"
"udah ish diem! uwu gabisa tidur nii!"
"iya iya. Night bocil."
...