DISA | broken

Par mataair24

2M 131K 17.3K

END. "Gimana kalau kita kasih pelajaran dengan cara bawa ke bar? Kita kerjain, ajak minum, bawa kehotel, trus... Plus

•DISA MAULIDYA•
•ARKAN DAMAREL•
01||
02||
03||
04||
05||
06||
07||
08||
09||
10||
11||
12||
13||
14||
15||
16||
17||
18||
19||
20||
21||
22||
23||
24||
25||
26||
27||
28||
29||
30||
31||
32||
33||
34||
36||
37||
38||
39||
40||
41||
42||
43||
44||
45||
46||
47||
48||
49||
50||
51||
52||
53||
54||
55||
56||
57||
58||
EXTRA PART
⛔️SEQUEL⛔️
?¿

35||

35.8K 2.3K 363
Par mataair24

Jangan menyerah, tuhan masih ingin melihat perjuangan mu.
~
_____________________________________

Arkan mengerjapkan beberapa kali mata nya. Tubuh nya yang terasa tak sepenuh nya berfungsi akibat baru bangun dari tidur ini. Terlebih Arkan merasakan kepala nya yang masih terasa sedikit pusing dan berat.

Tunggu-tunggu, Arkan merasakan sesuatu yang sedang menempel di badan nya sekarang. Arkan mengucek mata nya beberapa kali dan langsung melirik ke arah tubuh nya. Dan ya! Arkan sangat kaget dengan pemandangan yang ia saksikan sekarang.

Mata Arkan mendelik sempurna saat melihat Disa yang sedang tertidur pulas di dada bidang milik nya. Disa yang tampak sedang memeluk pinggang Arkan dengan sangat erat. Jujur saja, Arkan merasa kaget. Kenapa wanita ini bisa berada dikamar nya. Terlebih dengan seenak nya tidur bersama Arkan dan memeluk nya.

Berusaha mati-matian Arkan berfikir akan hal ini. Mengingat-ingat aksi apa sebelumnya yang terjadi pada mereka sampai-sampai mereka berakhiran seperti ini.

"Arghh gue gak inget lagi, kejadian apa kemarin."

"Apa karna gue mabok?"

Arkan menggelengkan kepala nya cepat. Ia kembali melirik ke arah badan nya. Oke, dirinya masih mengenakan pakaian yang utuh. Hanya saja urakan dan kancing kemeja yang sudah terlepas kemana-mana.

"Gue gak ngapa-ngapain kan sama dia?"

"Iya gue gak ngapa-ngapain. Lagian kalau soal gituan gue gak bakalan lupa lah. Orang kerasa juga palingan."

Arkan menghela nafas nya kasar. Ia beralih melirik wajah natural milik Disa. Arkan mengamati dan menelisik wajah wanita ini. "Kalau diliat-liat ternyata lo cantik juga. Apalagi kalau diliat dari deket gini."

"Cuman lo nyebelin."

"Keras kepala. Gak pernah mau ngalah, ngejawab terus aja kerjanya."

Tangan kiri Arkan terulur menyibakkan rambut yang menutupi sebagian wajah Disa. Entah mengapa sebuah senyuman kecil terbit dibibir Arkan. Namun detik itu juga buru-buru Arkan merubah ekspresinya.

"Argh gue kenapa sih?!"

"Gak mungkin kan kalau gue cinta sama ni cewek."

"Tapi gue sekarang jadi kasihan sama dia. Sekarang kalau nyakitin rasa bersalah nya besar banget."

"Lo pake pelet apa sih, Dis?"

Drtt Drttt Drttt

Pandangan Arkan spontan teralih ke arah bunyi ponsel nya yang bordering. Bergegas Arkan meraih ponsel yang tergeletak begitu saja diatas meja yang berada tepat disamping tempat tidur nya.

"Apaan Pal."

"Assalammualaikum dulu kek, Ar. Atheis lo."

"Kenapa?"

"Buset Murtad."

Arkan mengerang emosi. Sangat menyebalkan memang jika bertelfonan dengan Ipal.

"Udah cepetan kenapa?"

"Lo gak sekolah? Bolos apa gimana? Kok gak kelihatan dari tadi batang idung lo di sekolahan."

"Gak sekolah." Jawab Arkan dengan nada bicara terdengar malas.

"Lah kenapa? Masih kobam? Apa jangan-jangan malah lu bawa play? Jadi gak bertenaga. Tapi Disa nya aman kan? Takut nya lo puas istri pun tewas AHAHAHAHHA." Gelak Tawa dari sebrang sana terdengar begitu terbahak-bahak. Tak hanya dari Ipal saja, melainkan juga terdengar suara Draka dan Nanda.

"Bacod."

Tut tut.

Detik itu juga Arkan memutuskan sambungan telfon nya sepihak.

Arkan meletakkan kembali ponsel itu ke tempat semula. Ia bergerak tanpa menganggu tidur nya Disa. Alhasil Disa tetap tidur dengan nyenyak dan tak terganggu sama sekali.

Arkan kembali melirik Disa. Namun saat ini pandangan nya langsung tertuju pada kain daster Disa yang tersingkup. Alhasil memperlihatkan paha Disa dengan jelas.Tangan Arkan menjadi terulur memperbaiki nya. Menutupi paha Disa dengan menurukan kain daster tersebut.

"Sesekali gak usah sekolah bareng. Biar lo seorang 'kakak ketos tau gimana rasa nya bolos." Arkan menekan kata tersebut.

"Anak polos kaya lo kalau bolos sekali setahun kali ya."

Disisi lain, Arkan masih belum tahu bahwa Disa sudah tak lagi memegang jabatan sebagai ketos.

~o0o~

Disa keluar dari dalam kamar Arkan. Jujur saja dia masih terkejut, terkejut akan dirinya kenapa bisa sampai ketiduran di kamar Arkan. Ditambah Disa yang tidak masuk sekolah hari ini. Demi apapun bangun tidur nya dipenuhi dengan keterkejutan.

"Kenapa lo bisa ada di kamar gue?" Sembur Arkan dari meja makan pada Disa yang masih berdiri diambang pintu kamar Arkan.

Arkan meneguk segelas susu yang sempat ia buat. "Bisa-bisa nya enak-enakan tidur didada gue."

"Jangan bilang kalau lo sengaja ngambil kesempatan karena gue dalam keadaan gak sadar tadi malem."

Disa menghela nafas nya kasar. Cukup sabar memang menghadapi pria seperti Arkan.

Disa berjalan menghampiri Arkan. "Gak ada yang mau ngambil kesempatan."

Disa menarik kursi makan yang berada di depan Arkan dan menduduki nya. "Dan masih bisa-bisa nya lo nanya kenapa gue bisa ada dikamar lo? Orang lo yang narik gue, Kak Arkannnnnnnnnn." Gemas Disa.

"Lo yang narik gue dan alhasil gue jatoh disamping lo. Trus lo nya malah ngomong temenin-temenin. Ngelarang-larang gue pergi. Mana nahan pinggang gue lagi." Perjelas Disa.

Arkan hanya diam, tak ada respon yang keluar dari mulut nya. Jujur saja, Arkan benar-benar tak ingat apa-apa tentang itu.

"Tapi gue gak apa-apain lo kan?" Tanya nya menatap lekat wajah Disa.

"Ya mana gue tau."

"Masa gak kerasa."

"Kerasa apaan sih? Gila deh. Kita gak ngapa-ngapain. Cuman sekedar tidur."

"Dih, otak lo nih yang mikir nya kemana-mana!" Celetuk Arkan seraya menoyor jidat Disa. Alhasil membuat kepala wanita ini sedikit terhuyung kebelakang.

Reflek Disa memegangi jidat nya. "Ihh apaan sih! Sakit tau, noyor-noyor gak jelas!"

"Lebay."

"Mulai ntar malem lo tidur dikamar gue aja. Pindahin semua barang-barang lo ke kamar gue." Tutur Arkan dengan enteng nya.

Namun tidak bagi Disa, ia merasa tersentak dan terkejut mendengar perkataan Arkan barusan. "H-hah? M-maksud nya?"

"Gak usah pura-pura bego. "

"G-gue gak salah denger kan? Lo beneran nyuruh gue pindah tidur ke kamar lo? Bukan nya lo gak mau dan gak suka kalau kita sekamar? Yang ada lo nya bakalan marah-marah sama emosi banget."

Arkan menghela nafasnya kasar. Ia menolehkan kepalanya menghadap Disa. Menatap lekat wajah Disa seraya membasahi bibir bagian bawah nya.

"Lo mau ngeliat gue selalu marah-marah? Mau liat gue selalu emosi? Itu mau lo?" Arkan menaikkan kedua alis nya.

"Bukan gitu maksud nya—"

"Ya trus?" Sela Arkan menaikkan satu alis nya.

Disa diam, ia kehabisan kata-kata untuk menjawab perkataan Arkan. Namun disisi lain Disa merasa belum puas dengan semua nya. Kenapa Arkan bisa tiba-tiba menjadi seperti ini. Akan tetapi dilain hal Disa juga tak mau melihat Arkan yang selalu marah-marah.

Arkan yang melihat Disa hanya diam memutar bola mata nya malas. Tangan Arkan terulur meraih ponsel yang berada di saku depan daster yang Disa kenakan.

"Eh Kak Arkan mau ngapain?!" Disa ingin merampas kembali ponsel milik nya. Namun Arkan tak membiarkan hal itu terjadi.

"Diem lo."

"Mau ngapain sih?! Ngerampas hp orang. Tau privasi gak sih?!" Sebal Disa dengan kerutan kekesalan yang sudah terpampang jelas di dahi nya.

Arkan yang tadinya terfokus pada layar ponsel milik Disa beralih menatap wajah Disa. "Privasi? Suami istri masih pake privasi-privasian juga?"

"Ya pake lah!"

Arkan terkekeh renyah. "Ouhh apa jangan-jangan ada sesuatu yang sangat mengejutkan di hp lo. Ada yang lo sembunyiin kan? Apa jangan-jangan lo selingkuh?"

Disa berdecak sebal. "Ck, enggak! Gk ada apa-apa! Fitnah banget deh, gak mungkin lah gue pake selingkuh-selingkuh segala!"

"Udah siniiiiii, balikinnnnnnnn Kak Arkan!" Berusaha sebisa mungkin Disa merampas ponsel nya dari Arkan. Namun usaha nya hanya sia-sisa, Arkan mencengkram kuat ponsel itu dan menghalangi tubuh Disa agar tak bisa merampas ponsel yang berada digenggaman tangan nya.

"Diem! Gak usah banyak tingkah!" Ancam Arkan dengan raut wajah yang mendadak berubah menjadi menyeramkan. Ekspresi sangar Arkan ia tampilkan sangat jelas di wajah nya. Sedangkan Disa hanya bisa menghela nafasnya kasar. Hanya bisa menyaksikan Arkan yang tampak sedang mengotak-atik ponsel milik nya.

Arkan tampak terfokus pada ponsel ini. Entah apa yang sedang pria ini cek dan cari dari ponsel milik Disa. Jemari-jemari dan pandangan nya yang terlihat sangat fokus pada layar ponsel ini.

Alhasil mata Arkan mendelik sempurna saat mendapati suatu nama yang mampu membuat darah nya naik. Sebagai pria cepat emosi, emosi Arkan langsung tersulut. Rahang nya mengetat kokoh dan urat-urat lehernya perlahan terlihat sangat jelas.

Spontan Arkan menoleh dan menatap tajam wajah Disa. "Kenapa lo malah nyimpen nomor Arta?!"

"Itu dia sendiri yang nyimpen. Sekalian nyimpenin nomor lo juga kok." Perjelas Disa sejujur nya.

Arkan terkekeh miris. "Mau bodoh-bodohin gue?!"

"Gak ada yang mau bodoh-bodohin lo Kak Arkan."

"Kenapa lo malah mau dia nyimpen nomor nya dia di hp lo?!

"Itu kar—"

"Diem lo! Gak usah ngejawab!" Sela Arkan menyentak.

"Lama-lama gue muak ya! Lo berdua sama aja! Lo nya juga, gak usah jadi cewek yang kegatelan! Apa mau lo dibilang murahan?!"

Arkan mengerang emosi. Ia mengusap kasar wajah nya. "Arghh! Bisa lo cuman cari masalah masalah masalah!"

"Apa jangan-jangan lo suka sama Arta?! Lo ada rasa kan sama dia?! JAWAB GUE!"

Reflek Disa menunduk. Sedikit kaget memang saat mendengar suara besar dari Arkan.

"Gue gak suka sama Arta!" Tekan Disa. "Bisa gak sih gak usah cepet banget emosi. Ada masalah sedikit langsung marah-marah. Padahal masalah yang di permasalahin cuman sekedar masalah sepele."

Arkan terkekeh. Ia menggelengkan kepala pelan. "Masalah sepele lo bilang? Masalah sepele?"

Spontan Arkan berdiri dari duduk nya. "Capek gue, Dis. Udah selalu gue bilang gak usah berhubungan sama Arta."

"Lo gak tau tu anak sifat aslinya gimana. Yang tau cuman gue, adek kandung nya."

"Bisa-bisa lo bakalan di jual nantinya sama Arta."

Arkan meletakkan kasar ponsel milik Disa diatas meja. Sebelum itu ia sudah menghapus segala nomor dan hal yang bersangkut pautan dengan Arta.

Sementara Disa hanya bisa menatap punggung Arkan. Pria itu menaiki tangga. Sepertinya mencari ketenangan di balkon lantai dua.

~o0o~

Disa bergegas memasang flatshoes nya. Sebenarnya Disa bukan tipikal wanita yang banyak gaya jika bersekolah. Hanya seadanya saja, bergaya namun tidak terlalu over.

Disa berjalan menuju ruang tamu. Seperti biasa ia akan berangkat bersama ojek online. Akan tetapi langkah Disa spontan terhenti, matanya mendelik sempurna saat mendapati Arkan yang masih belum berangkat dan duduk santai di kursi teras rumah ini.

"Loh, Kak Arkan kok belum berangkat?"

"Lama." Sebal nya dengan kerutan kekesalan yang sudah terpampang jelas di dahi nya.

"Lo dandan apaan aja sih? Lama banget. Jadi cantik juga engga, tapi lama banget dandan nya. Ditungguin dari tadi nih!"

Dahi Disa sontak mengerut, ia bingung apa yang sedang terjadi pada lelaki ini. "Kenapa nungguin? Kan biasanya langsung berangkat sendiri."

"Berangkat bareng gue!"

Mata Disa semakin membulat sempurna. Merasa kaget dengan perkataan Arkan barusan. "Berangkat bareng?" Ulang nya memastikan.

Arkan berdecak sebal. "Ck lama! Udah jam berapa ni, bisa-bisa telat ntar!"

"Ntar kalau misalnya anak sekolah kita lihat kalau kita berangkat bareng gimana? Pasti bakalan muncul rumor-rumor nantinya. Apalagi nama Kak Arkan bakalan tercemar akibat kena gossip berangkat bareng gue."

"Gue gek perduli. Ayo." Arkan berjalan lebih dulu menuju mobil nya.

Tak ada jalan lain. Mau tak mau tapi emang mau Disa menyusul Arkan yang sudah berada di dalam mobil. Disa membuka pintu mobil itu dan langsung masuk kedalam nya. Duduk di jok samping Arkan berada.

Arkan melirik Disa yang berada disamping nya ini menggunakan ekor mata nya. Alhasil Arkan menghela nafas nya. Arkan mendekat pada Disa sehingga membuat Disa menyandarkan tegap badan nya pada sandaran jok. Disa memalingkan wajah nya dan memejamkan erat matanya saat wajah Arkan sudah berada tepat didepan wajah nya.

Begitu juga dengan Arkan. Ia mampu mencium aroma parfum vanilla milik Disa yang sangat menyengat dari sedekat ini. Ia juga dapat merasakan deru nafas Disa yang tak beraturan.

Clik.

Alhasil seatbelt ini terpasang aman di tubuh Disa. Arkan kembali ke posisi nya semula. Menatap fokus ke arah depan dan memegang kembali stir kemudi.

Arkan berdecih. "Cih, pagi-pagi udah ke GR an. Gue mau masang seatbelt kali, bukan mau nyium lo. Pede banget jadi orang, mana kerasa banget kalau lo nya deg-deg an."

Disa meneguk saliva nya kasar. Jujur saja, sedikit malu memang atas respon dirinya barusan. "Apaan sih. Gue juga tau kali!"

"Trus kenapa mejamin mata? Lo mau gue cium beneran?" Goda Arkan dengan nada datar andalan nya.

"Enggak!" Tegas nya. "Udah cepetan jalan. Ntar malah telat lagi."

"Mana almamater lo?" Salah satu hal yang Arkan hapal. Dikarenakan setiap berangkat sekolah Disa tak akan pernah melupakan almamater nya.

"Ada dirumah."

"Tumben gak di bawa. Biasa nya kan gak pernah tinggal."

"Ngapain dibawa, udah gak ada guna nya. Gue kan gak ketos lagi, gak osis juga." Tutur Disa yang sekiranya Arkan belum tahu akan hal ini.

"Bagus lah, lo keluar dari organisasi gak jelas itu."

"Bukan karna gak jelas nya gue keluar. Tapi gue ngerasa gue gak pantes lagi jadi seorang pemimpin. Gak bisa jadi contoh yang baik buat semua orang. Semua nya udah hancur. Manusia hancur kaya gue gak bakalan pantes lagi untuk dijadiin pemimpin."

"Gue kayanya mau berhenti sekolah juga. Lagian juga gak akan ada gunanya lagi kan. Perut gue makin lama makin membesar. Ditutupin pake apapun juga bakalan jelas perut gue gede. Lagian buat apa juga gue ngelanjutin pendidikan, udah mau punya anak juga. Ya paling ujung-ujung nya bakalan fokus ngurus anak. Semua bakal sia-sia. Gak ada gunanya lagi."

"Gue yang kehilangan semua nya. Kehilangan masa depan gue yang selama ini udah gue tata rapi-rapi. Kehilangan pendidikan. Intinya kehilangan semua. Semua nya hanya kenangan semata. Itu akan gue kubur dalam-dalam. Kepintaran dan kecerdasan yang udah gak ada artinya lagi."

Tutur Disa mendadak sendu. Ia menunduk, berusaha untuk tidak mellow.

>>><<<
Thankyou for reading!
Jangan lupa vote dan komen

Mau nya hapend/sadend?

Ada apa sih sama si Arta?

Jangan lupa follow ig mereka:
@tuan.arkan
@disaaaae
@mataair24_

See u next!

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

2.6M 129K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
7.5M 326K 63
Kepindahannya kesekolah milik ayahnya sendiri membuat Keenan tak sengaja bertemu dengan siswi bersuara merdu disana. Kejadian itu membuat Keenan sang...
5.4K 372 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"
990K 56.9K 75
Mengisahkan sepasang pemuda yang harus menjalani pernikahan sakral, pernikahan yang dibuat bukan berdasarkan cinta ataupun obsesi, melainkan dari seb...