Tentang Gista Juga Saka

By Rizcaca21

172K 25.1K 5.4K

Tampan? Banget. Bahkan akhir-akhir ini banyak yang menyebut dia sebagai Song-Kangnya Indonesia. Baik? Seperti... More

Bab 1
Bab 2
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Dunia Mahen
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Ekstra Bab Spesial
Ebook di playstore

Bab 3

8K 1.1K 216
By Rizcaca21

Selamat Membaca









Surat perjanjian kesepakatan pernikahan antara Sakala Juwanda dan Nagista Anindiya.

1.    Pernikahan antara Sakala Juwanda dan Nagista Anindiya bersifat rahasia.

2.    Nagista Anindiya tidak diperbolehkan hamil.

3.    Kedua belah pihak tidak diperbolehkan memposting sesuatu yang menimbulkan kecurigaan media dan penggemar.

4.    Kesepakatan ini berlangsung sampai kontrak Sakala Juwanda dengan agensi berakhir.

Katakanlah Gista terlalu terburu-buru. Namun, setelah mendengar jawaban Saka mengenai arti penggemar baginya. Juga melihat lagi bagaimana lelaki itu memulai kariernya. Melihat kembali berapa umur Saka sekarang, sepertinya ini langkah yang tepat.

Karier lelaki itu sedang berada di puncak. Apalagi, Saka sekarang masih berumur 21 tahun. Dia masih kuliah dan sepertinya punya anak di usianya saat ini, Gista rasa lelaki itu belum memikirnya. Jadi ....

Nagista : Aku udah tanda tangani berkas yang Bang Dion kirim lewat email.

Dion : Lo serius dengan ini, Ta? Gue nggak bisa ubah lagi setelah gue kirim ke Pak Lian.

Nagista : Iya. Aku serius. Kontrak Saka dengan agensi berakhir dalam tiga tahun, kan?

Dion : Iya, dalam waktu tiga tahun, kontrak Saka berakhir. Dia akan memutuskan untuk perpanjang kontrak atau enggak. Lo harus bisa bertahan sampai di sana, Ta.

Mungkin Saka akan marah jika mengetahui surat perjanjian yang sudah Gista tanda tangani itu. Namun, Gista rasa dia bisa memberikan penjelasan, dan Saka pasti bisa menerimanya. Lagipula semua ini ia lakukan demi karier lelaki itu.

***

“Aku akan selesaikan pekerjaanku secepatnya. Aku janji.”

“Iyaaaa.” Gista menatap Saka dengan gemas. Sejak tadi, lelaki itu sudah mengulang perkataan yang sama beberapa kali.

“Maafin aku. Semua ini gara-gara Dion. Seandainya dia-” Gista menghentikan perkataan Saka dengan membungkam mulut suaminya itu menggunakan telapak tangannya.

“Ka, kamu udah ngomong itu sejak tadi. Dan, jawabanku tetap sama. Iya, nggak apa-apa. Sekarang, dari pada menggerutu di sini, lebih baik kamu berangkat,” ucapnya.

Seharusnya hari ini mereka berangkat ke Bali untuk berlibur. Tentu saja bukan hanya berdua. Mereka juga turut mengajak Galang, Dion, dan Inces. Namun, semuanya berantakan begitu saja. Dion lupa jika hari ini Saka harus melakukan fotoshoot dengan salah satu brand. Jadi, lelaki itu tidak berangkat bersama Gista. Sedangkan Gista akan berangkat lebih dulu bersama dengan Galang.

Saka menghela napas pelan, dia melepaskan tangan Gista dari mulutnya, dan menggenggam tangan istrinya itu. Tampak sekali dia merasa bersalah dengan hal ini. “Aku benar-benar minta maaf. Masih sehari jadi suami kamu, tapi aku udah nggak bisa tepatin janji kayak gini.”

“Kita bukan nggak jadi pergi, Ka. Tapi, aku akan pergi lebih dulu, dan kamu nyusul. Nggak usah berlebihan, deh.”

Lelaki itu berdecak pelan, dia menatap Gista dengan mata menyipit tidak suka, “Kamu kayaknya senang banget nggak berangkat bareng aku,” katanya yang membuat Gista menatapnya dengan kening mengerut. Benar-benar seperti anak kecil.

“Mbak, ayo, buruan,” ucap Galang menghampiri keduanya. Di tangannya ada dua koper berisi pakaiannya dan pakaian sang kakak.

“Yaudah sini, salim dulu,” ujar Saka yang membuat Gista menatap ke arahnya. Lelaki itu tengah mengulurkan tangan ke arahnya.

“Kamu dong yang harusnya salim, kan kamu yang lebih muda dari aku,” balas Gista yang membuatnya dan Galang tertawa pelan. Sedangkan Saka tetap diam dengan ekspresi tidak suka. Gista berdeham pelan. Dia meraih tangan Saka dan mengecupnya lembut. “Aku berangkat duluan, ya.”

Saka mengangguk, masih dengan ekspresi kesal di wajahnya. “Hati-hati, sampai sana langsung kabari aku,” ucapnya yang dijawab anggukan oleh Gista. Setelahnya, gadis itu meraih kopernya dari tangan Galang, dan berjalan lebih dulu memasuki bandara dengan senang.

“Lang, titip Gista,” ujar Saka kepada Galang.

“Gue lupa kasih tahu lo, Ka,” balas Galang yang membuat Saka menatapnya bingung. “Lo pilih pantai sebagai tempat liburan kalian, itu salah besar. Istri lo itu, kalau udah di pantai, suka lupa diri.”

“Lupa diri?” tanya Saka bingung.

Galang terkekeh pelan, “Dia berasa jadi bule. Lo tahu bule kalau ke pantai, kan? Cuman pakai bra sama celana dalam doang. Istri lo kayak gitu tingkahnya,” ucapnya yang membuat Saka melongo dan terkejut. Galang kembali terkekeh, dia menepuk pelan bahu Saka, sebelum berjalan menyusul Gista.

***

Tentu saja Saka tidak bisa tenang setelah mendengar perkataan Galang tadi. Dia lupa kebiasaan buruk Gista yang satu itu. Gadis itu suka sekali berpakaian terbuka. Dia hanya berpakaian sopan saat bekerja, selepasnya gadis itu suka sekali memakai pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

“Grasak-grusuk mulu, Ka. Udah nggak tahan pengin ketemu istri?” ucap Mahen yang baru saja bergabung dengannya di ruang tunggu. Hanya ada mereka di sini.

Sakala berdecak pelan. “Dia nggak balas chat gue. Telepon gue juga nggak diangkat. Anaknya suka gitu, bikin khawatir terus.”

Mahen tertawa pelan. “Lo sama Gista dijodohkan, kan?”

Saka mengangguk. Menyerah, dan mengantongi ponselnya. “Iya, kenapa?”

“Lo kelihatan udah jatuh cinta sama dia. Gue cuman heran aja. Secepat ini ya proses orang jatuh cinta? Atau, kalau udah menikah memang beda cerita lagi?”

Saka tersenyum. “Gue memang udah jatuh cinta sama Gista. Sejak dulu.”

Kening Mahen mengerut mendengarnya. “Sejak dulu?” ulangnya yang mendapat anggukan dari Saka.

“Entah lo percaya akan cinta pada pandangan pertama atu enggak. Tapi, gue mengalami itu. Gue udah jatuh cinta sama Gista, sejak kali pertama gue lihat dia, saat gue pindah ke depan rumahnya dia.”

“Really?” Mahen terkekeh pelan. Sedikit tidak mempercayai apa yang baru saja dia dengar. “Jadi, alasan kenapa lo selama ini terkesan menutup diri, dan menjauhi semua cewek-cewek yang mendekati lo itu— Gista?”

“Alasan terbesar dari beberapa alasan lainnya,” jawab Saka dengan mantap. “Sayangnya gue nggak bisa gerak berlebihan. Dia punya cowok saat itu.”

“Jadi, karena Gista udah putus sama cowoknya. Lo langsung gerak cepat, bukan lagi deketin buat jadi pacar, tapi langsung istri?”

Saka terkekeh dan mengangguk. Sebenarnya pernikahan ini bukan atas perintah orangtuanya. Saka yang menginginkannya, dia ingin Gista menjadi istrinya. Lelaki itu sudah memikirkannya dengan baik. Jika menawarkan Gista hubungan remeh, Saka bisa menjamin seratus persen dia akan ditolak.

Melihat dari umur Gista sekarang, dan berapa lama dia berpacaran dengan mantan kekasihnya dulu, Saka tidak akan mempunyai kesempatan jika dia tidak mempunyai keseriusan. Dan, kebetulan orangtuanya juga menginginkan hal itu sejak lama. Jadi, tentu saja Saka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya.

“Gista tahu masalah ini?” tanya Mahen lagi.

“Gue bisa kehilangan muka di depan dia, kalau dia sampai tahu.” Ya, Saka berusaha menyembunyikan perasaannya rapat-rapat dari Gista. Ia hanya tidak ingin Gista merasa tidak nyaman dekat dengan dirinya. Apalagi, waktu mereka bertemu dulu hanya bisa dihitung dengan jari karena kesibukan keduanya.

“Kalau Galang tahu?”

“Dia tangan kanan gue.”

Mahen kembali terkekeh. “Lah, lo gampang banget dapat restu Galang, meski kalian berteman. Gue dari dulu coba luluhin si Reza buat dapatin kakaknya, nggak pernah bisa.”

Saka ikut terkekeh pelan. “Lo nggak tahu berapa pukulan yang harus gue terima, saat menyampaikan niatan ini ke Galang.”

Ponsel Saka berbunyi. Dia segera membuka chat dari Galang. Lalu, umpatan kasar keluar begitu saja dari mulutnya.

“Kenapa?” tanya Mahen bingung.

“Istri gue bikin ulah. Gue cabut dulu, mau nyamperin Bang Dion,” ucapnya sambil terus memerhatikan foto yang baru saja Galang kirim. Foto Gista yang tengah berada di pantai dengan pakaian yang mengganggu pandangannya.

***

Sore ini Gista tengah berjalan di bibir pantai sendirian. Tadinya dia bersama Galang. Tapi, adiknya itu kembali ke villa lebih dulu karena mendadak sakit perut. Gista tengah duduk sendirian sembari menikmati suara ombak dan hembusan angin yang menerpanya, sebelum seorang lelaki berperawakan tinggi menghampirinya. Untuk sesaat Gista berpikir jika dia adalah bule, sebelum lelaki itu berbicara dengannya menggunakan bahasa indonesia.

“Sendirian?” tanyanya yang membuat Gista mengangguk meski sedikit bingung.

“I have a husband,” ucap Gista yang tiba-tiba saja disahuti oleh suara lantang yang sudah tidak asing lagi di telinganya.

“Yes, and i am her husband.”

Gista menoleh dan terkejut melihat keberadaan Saka yang berjalan mendekat. Lelaki tinggi itu mengangguk pelan, sebelum berjalan pergi begitu saja. “Kok, kamu udah di sini?” tanyanya sembari tersenyum menatap Saka.

Lelaki itu tidak menjawabnya. Dari ekspresinya tampak sekali jika dia menahan kesal. Saka melepas kemejanya, dan menyampirkannya di bahu Gista yang terbuka.

“Baju kamu bagus, tapi bisa enggak pakainya cuman pas ada aku aja?”

Gista terkekeh pelan. “Ini udah sangat tertutup, ya. Lagipula kita di pantai, Ka. Bukan dia pengajian atau masjid. Ini masih normal banget, loh. Dulu aja pas waktu liburan berdua sama Galang ke Bali, kamu pasti kaget lihat aku berenang pakai bikini.”

“Bangga, ya?” tanya Saka masih dalam mode serius yang membuat Gista menghilangkan senyumnya.

“Maaf.”

Saka mengembuskan napas pelan. “Ayo ikut aku.”

“Ke mana?” tanya Gista sembari menurut saat Saka menariknya berdiri.

“Beli gamis buat kamu pakai,” ucapnya yang membuat Gista terkekeh dan memukul lengannya pelan.

Saat keduanya baru berjalan beberapa langkah, seorang anak yang berusia sekitar tiga tahun menabrak kaki Saka, yang malah membuatnya jatuh terduduk di pasir.

Saka berjongkok, dan segera membantunya untuk kembali berdiri. Tidak lama kemudian, sepasang suami istri menghampirinya dengan ekspresi menyesal.

“Baby, say sori,” ucap Ibunya yang terlihat jelas sekali dia bukan orang Indonesia.

“Sori,” ujar anak kecil itu dengan lucu yang membuat Saka dan Gista tersenyum mendengarnya.

“It’s okay, be careful,” kata Saka sembari mengusap lembut rambut ikalnya.

Kedua orangtuanya hendak mengajaknya pergi, setelah mengucapkan kata maaf kepada Saka, sebelum anak itu menunjuk Gista dengan jari telunjuknya. “Your so beautifull!” serunya sembari tertawa dan berlari menjauh.

Gista terkekeh pelan mendengarnya, begitu pun dengan Saka. Mereka masih memerhatikan bagaimana Ayah dari anak itu mencoba mengejarnya, sedangkan Ibunya tampak tertawa dan memerhatikannnya dari belakang dengan berjalan santai.

Saka menoleh ke arah Gista yang masih tersenyum menatap mereka. “Indah banget kan, Ta?”

“Hmm?” tanya Gista sembari menoleh.

“Mereka. Keluarga kecil itu,” ucap Saka yang membuat Gista mengangguk menyetujui.

“Aku juga mau, punya satu kayak anak lucu yang tadi, dari kamu.” Saka menggenggam kembali tangan Gista, dan kembali meneruskan langkah. “Semoga Tuhan mau berbaik hati dengan kita ya, Ta, dengan segera menghadirkan satu ke perut kamu.”  Dan, Gista hanya bisa diam dengan perasaan campur aduk. Dia tidak bisa menjawab perkataan Saka.
 




 





Kalau Gistanya gini, jelas Saka ketar ketir 🤣🤣


Nah, lo, Ta. Si Saka minta anak 🤣🤣🤣

Spam love dulu yg kangen Saka dan Gista ♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️

Jadi, setelah tau gimana perasaan Saka yg sebenarnya, kalian tim Saka atau tim Gista nih?

Coba komen di bawah.

Thank you yeorobunn 🥰

Follow instagram, wattpad, karyakarsa, tiktok : Rizcaca21

Continue Reading

You'll Also Like

6M 314K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.8K 725 7
DISASTER COMESSY: Disaster comedy-messy ••• Jungkir balik Asha, mengejar Awan dan S.T. ••• ***** Benar katanya setelah masuk kuliah kehidupan kita ak...
956 79 9
Banyak yang bilang untuk menjadi matahari, karena walau ditelan kegelapan dia akan bangkit kembali walau terus seperti itu, dia akan tetap bangkit da...
Psykopat In School By aya

Mystery / Thriller

997 85 14
Pembunuh berdarah dingin itu sangat senang bermain tidak ada yang bisa menangkapnya kekuasaan yang melindunginya dan kelicikan yang membuat orang tid...