Let Me Be Your Healer, Mr. Na...

De vioneee12

137K 17.9K 1.2K

"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI) Mai multe

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Special Part (1)
Special Part (2)
Special Part (3)
Another Special Part (1)
Another Special Part (2)
Another Special Part (3)
Another Special Part (4)
Another Special Part (5)
NEW STORY : JUNG JAEHYUN
RECOVERY | Lee Haechan

32

3.7K 450 60
De vioneee12

Beberapa minggu kemudian.

Yuna tampak sedang duduk disebuah kursi panjang bersama dengan Momoka, keduanya sedang berada di taman kecil yang juga termasuk dalam wilayah sebuah pemakaman yang cukup luas.

"Saat itu Yuta menyetir dengan kecepatan yang tinggi, saat ada badai hujan deras membuat jalanan menjadi licin, ibu sudah memintanya mengurangi kecepatan, begitu pula Haruna, adik kami, tapi karena Yuta sangat antusias ingin cepat pulang, ia tidak mendengarkan ibu."

"Kemudian, mungkin karena saking mengerikannya badai saat itu, saat melewati daerah hutan, tiba-tiba ada pohon yang tumbang, dan saat itu Yuta sangat terkejut, ia banting setir ditengah jalanan yang licin, hingga mobil yang dikemudikannya sempat terbalik, terseret beberapa meter dan akhirnya berhenti saat menabrak pepohonan,"

Momoka menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ibu dan Haruna meninggal ditempat, sementara ajaibnya, Yuta hanya mengalami luka ringan dikepalanya, padahal ia sendiri berada dikursi kemudi,"

"Aku tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana saat dia sendirian disana, melihat ibu dan Haruna yang sudah seperti itu,"

"Hubungannya dengan ayah juga sempat renggang, padahal ayah sama sekali tidak menyalahkannya atas kejadian itu, Yuta yang bersikeras kalau itu adalah kesalahannya, ia pergi dari rumah selama sebulan, bodohnya ia memilih tinggal sendiri, dan itulah yang membuat kondisinya semakin parah."

"Aku dan ayah tidak bisa melakukan apa-apa, setiap Yuta mengingat kejadian itu, ia selalu mengamuk, menangis, dan mengatai dirinya sendiri dengan kata-kata yang tidak pantas,"

"Dia menolak semua psikiater yang kami sewa secara pribadi untuknya. Setelah itu kami menemukan jalan buntu, hingga Mei datang."

"Yuta juga tidak langsung menerima Mei, meskipun Mei adalah teman baiknya, ia mengusir gadis itu berkali-kali, cukup lama membujuknya, sampai ia menyerah dan
membiarkan Mei menjadi psikiaternya."

"Dua tahun berlalu, Yuta tidak banyak berubah, sedikit ia bisa mengontrol dirinya, namun ia sangat bergantung dengan obat penenang yang diberikan Mei, karena ia harus bertanggung jawab dengan perusahaan keluarga kami, ia bisa melalukannya dengan baik, meski ia tidak bisa melawan rasa traumanya itu."

"Lalu, saat ayah bilang ingin mengenalkanmu dengan Yuta, jujur saja aku cukup terkejut, apa ini tidak terlalu cepat untuknya? Aku sempat berdebat dengan ayah, ayah bersikeras kalau ini mungkin akan menjadi yang terbaik untuknya, ia membutuhkan seseorang yang khusus untuk menjalani hidupnya. Lalu setelah kupikir, ayah ada benarnya. Dan saat aku tahu kalau orang itu adalah kau, aku bersyukur, kurasa ayah memilih orang yang tepat," Momoka tersenyum menatap Yuna.

"Yuta tidak memberikan respon apapun saat ayah memberitahunya hal itu, dia tidak menolak dan juga tidak menyetujui. Ayah dan aku sempat kebingungan, tapi kami tetap melanjutkan pertemuan itu, dengan orangtuamu."

"Ayahmu tidak setuju saat itu, dia menolak mentah-mentah permintaan ayah, aku mewajarinya, siapa yang mau kalau putri kesayangannya menikah dengan orang yang tidak mencintainya, terlebih ayahmu tahu kondisi Yuta yang seperti itu. Kemudian ayah sampai memohon dengan sangat, bahkan sampai berlutut, aku tidak tahu mengapa ayah sampai seperti itu, namun aku tahu, ia sangat mencemaskan hidup putranya,"

"Ayah hampir kehilangan harapannya, ia terus menghubungi paman Taeho, ayahmu. Sampai beberapa waktu kemudian, aku sangat terkejut saat paman Taeho menelepon kami lebih dulu, dan kemudian pertemuan itu kembali diadakam lagi,"

"Aku yang meminta ayah mengadakannya, aku sama sekali tidak tahu tentang pertemuan yang pertama itu, saat ayah memberitahuku, aku sangat terkejut, karena aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi sejak ia lulus, tapi-"

Momoka mengulum senyum, "Tapi kau tetap mencintainya?"

Yuna mengangguk sambil ikut tersenyum, "Tidak pernah berhenti,"

"Terimakasih, Yuna. Karena kau-"

Momoka menghentikan ucapannya saat melihat sosok Yuta yang berpakaian formal dengan rapi itu berjalan kearah mereka.

Ketiganya sedang berada didaerah pemakaman, Momoka dan Yuna menunggu diarea luar, membiarkan Yuta agar bisa meluapkan perasaannya dengan bebas, karena seperti yang diketahui, seberapa besar ego lelaki itu.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Yuta dengan nada tidak suka, karena ia menangkap basah Momoka yang menghentikan ucapannya tepat saat melihatnya datang.

Momoka memasang wajah angkuhnya, "Tidak ada,"

"Kau jelas mengatakan sesuatu padanya tadi!"

"Kenapa memangnya?! Ini urusan wanita, kau tidak boleh ikut campur,"

Yuta mendengus, kemudian berjalan meninggalkan kakak dan istrinya itu, dan lebih dulu masuk kedalam mobil.

Momoka tersenyum melihat adiknya, "Aku sangat bersyukur, kau tahu? Seberapa susahnya menyuruhnya kesini? Tapi kau hanya menyuruhnya sekali dan ia langsung mau, memang ajaib."

Yuna menggeleng, "Itu karena dia sendiri yang sudah berubah, kak."

Kemudian keduanya tersentak dengan bunyi klakson mobil yang tiba-tiba.

"Kalian ingin tinggal disini?!"

"Well, tidak sepenuhnya berubah, si bodoh itu tetaplah galak."

Setelah mengantar Momoka pulang kerumahnya, Yuta melirik Yuna yang tampak tersenyum sambil memandangi kearah luar kaca mobil, wanita cantik itu tampak bersenandung kecil.

"Apa yang Momoka bicarakan tadi?"

Yuna menoleh kearah suaminya itu, "Membicarakanmu,"

"Tentang apa?"

Yuna tersenyum manis, "Kak Momoka sangat bersyukur karena kau yang akhirnya mau pergi mengunjungi makam ibu dan adikmu,"

"Berlebihan,"

Yuna mengulurkan tangannya, menepuk-nepuk pelan puncak kepala Yuta.

"Aku bangga padamu,"

Yuta berdehem sejenak, "Kau juga berlebihan,"

Yuna masih tersenyum, ia merasa sangat bahagia hari ini.

"Aku mencintaimu, Nakamoto-san!"

"Hentikan jika tidak mau aku menabrak sesuatu."

...

Yuna sedang menikmati pemandangan bulan sabit yang terlihat begitu jelas melalui balkon kamar.

Hal itu membuatnya teringat dengan sebuah frasa yang biasa didengarnya dari berbagai film.

"Tsuki ga kirei desu ne?!" serunya senang, sampai ia terkejut karena tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.

Siapa lagi kalau bukan Yuta.

"Aku juga,"

"Eh?"

"Aku juga." ulang Yuta lagi, ia membalikkan tubuh Yuna agar menghadapnya.

Yuta menatap Yuna dengan tatapan datarnya.

Yuna mengerutkan dahinya bingung, berpikir keras mengapa Yuta tiba-tiba mengatakan 'aku juga'

"A-ah, kau mengira itu, ya?" gumam Yuna yang akhirnya paham.

(Fyi, kalimat "Tsuki ga kirei desu ne" atau yang artinya "Bulannya indah, ya?" biasanya di Jepang itu dijadikan kiasan buat menyatakan perasaan, jadi arti lain dari kalimat itu adalah "Aku mencintaimu,". author sering liat dianime-anime atau ga film jepang romantis2 gt. cmiiw.)

"Kenapa?"

"Aku bermaksud mengatakan kalau bulannya cantik," ucap Yuna pelan, kemudian ia kembali melihat bulan sabit tersebut.

"Hm, cantik sekali." Ucap Yuta, namun pandangannya terarah lurus kewajah Yuna.

"Yuta, lihat bulannya,"

"Aku sedang melihat sesuatu yang lebih cantik,"

Yuna menatap Yuta, "Apa?"

Yuta mendekatkan wajahnya kemudian mencium istrinya itu tanpa aba-aba.

Awalnya hanya ciuman ringan, kemudian semakin lama semakin mendesak dan Yuna mulai kewalahan.

Ia menepuk-nepuk pundak Yuta agar lelaki itu berhenti.

"J-jangan disini,"

Yuta menyeringai kecil, kemudian menggendong Yuna ala bridal dan membawanya masuk kedalam kamar.

Dan kemudian sebuah dering telepon menginterupsi keduanya.

Yuta mendengus kesal, awalnya ia mengabaikan telepon itu, meski Yuna sudah menyuruh untuk mengangkatnya.

Hingga dering yang kedua kalinya, Yuta menyerah, ia meraih ponselnya dengan kesal.

"Halo?"

"....."

"A-apa? Sudah? Secepat itu?!"

"...."

"Baiklah,"

Yuta menutup teleponnya.

"Siapa?" Tanya Yuna penasaran.

"Ayah,"

"Eh? Kenapa? Ada sesuatu yang penting?"

Yuta menatap Yuna, "Momoka melahirkan,"

"EEHH?! BENARKAH?! SUDAH?!"

Yuta mengangguk, "Hm,"

Yuna langsung berdiri, ia melompat-lompat dengan semangat ditempat tidur.

"YEAY! KEPONAKAN! YUTA AYO KITA KERUMAH SAKIT SEKARANG!!"

Yuta menghela nafas berat, kecewa. "Sekarang? Tidak bisa nanti?"

Yuna menggeleng, "Sekarang, aku sangat ingin lihat bayinya!"

....

Semua orang sedang terfokus pada sosok mungil yang sedang menggeliat pelan dipelukan ibunya.

"Dia lucu sekali, kan?" ucap Momoka pelan sambil mengelus dengan super hati-hati pipi bayinya yang begitu merah itu.

Nakamoto Tetsuo, tersenyum bangga melihat cucu pertamanya itu.

"Cepatlah tumbuh besar, cucuku. Ah, dia mirip denganmu ternyata," Tetsuo menunjuk menantunya, suami Momoka, Hiro Tomoki.

Tomoki hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya, kemudian ia melirik pasangan yang sedang berdiri disebelahnya.

"Adik ipar, kau menangis?" tanya Tomoki agak terkejut melihat Yuna yang sudah menangis entah sejak kapan, wanita itu menangis tanpa suara.

Yuta ikut melirik Yuna, "Kau kenapa?"

"A-aku sangat terharu, b-bayinya lucu sekali, k-kak Momoka hebat sekali, hiks."

Semuanya dibuat tertawa dengan ucapan polos Yuna, kecuali Yuta, lelaki itu hanya menggeleng miris.

Momoka diam-diam menarik Yuta mendekat, kemudian membisiki adiknya itu.

"Itu kode,"

"Kode apa?"

"Cih, dasar tidak peka." Kemudian, Momoka tersenyum, "Yuta, mau menggendongnya?"

Yuta menunjuk dirinya sendiri, "Aku?"

Yuna menatap Yuta, "Kau bisa?"

"A-akan kucoba, pelan-pelan."

Dengan bantuan Momoka, Yuta berhasil menggendong keponakannya yang baru lahir itu, meski dengan susah payah ia menahan rasa gemetarnya karena takut akan menjatuhkan bayi mungil itu.

Yuna bertepuk tangan dengan pelan melihat Yuta yang berhasil menggendong bayi Momoka itu.

Dan ia semakin kagum saat melihat Yuta sekarang tengah tersenyum.

Yuta tampak tersenyum lebar sambil memandangi bayi yang tampak begitu tenang digendongannya.

Membuat semua orang tertegun melihat pemandangan itu.

Tidak hanya Yuna, terlebih Tetsuo dan Momoka, keduanya saling pandang dengan haru dan tersenyum.

Yuta sudah sepenuhnya kembali, setelah sekian lama.

Kemudian, Tetsuo berdehem.

"Sekarang giliran kalian berdua, berikan aku cucu selanjutnya,"

Momoka mengangguk setuju, "Berikan sepupu untuk Naoki kami,"

Kini, giliran Yuta dan Yuna yang saling pandang.

END.

Uwaaa, akhirnya tamat juga versi mas atuy inii hehee

Author sangat berterimakasih buat para pembaca yang terus setia baca karya author, memberikan vote dan komentar-komentar yang selalu bikin author semangat terus, author sayang banget pokoknya sama kalian!

Btw, ini masih punya tiga special part yang bakal dipublish secepatnya, ya? See u soon!

Thankyou

and

See You

-vioneee12























































Continuă lectura

O să-ți placă și

Noxious De oliv

Ficțiune adolescenți

30K 1.2K 15
[ON GOING] Alea mulai lelah dengan sifat Damar yang semakin lama, semakin jauh dari perkiraannya. Ada banyak hal juga yang membuat Alea mempertimbang...
610K 76.8K 66
[COMPLETED] "Because, you remind me of all the love I am trying to get rid of. But somehow, I really can't make you stay away, so I decide to stay aw...
174K 16.3K 46
❝kita adalah dua hal yang saling terjerembab dalam satu bagian tentang suatu kesamaan, yaitu perasaan❞ Start : 1 April 2020 Finish : 19 June 2020
159K 17.6K 36
Terjebak dalam pilihannya sendiri, Cassandra Park, mencoba berusaha untuk mendapatkan hati suaminya, Jung Jaehyun