Titan: Bad Tempered

By kahiyaaa

88.3K 9K 409

"Gue ini temperamen buruk, paling gak suka orang yang ngelawan. Sedangkan lo, malah suka ngelawan gue!" Karen... More

Prologue
01. Postingan Instagram
02. Tak Sadarkan Diri
03. Mine
04. Jangan Berlebihan
05. Jujur, Polos, Nyakitin
06. Pembatas Rooftop
08. KLX250S
09. Terlelap bersama
10. Menyebalkan
11. Pertanyaan
12. Lift
13. Titan & Thumbelina
14. Perdebatan
15. Hanya Penasaran
16. Kesulitan
17. Cakra!
18. Tenang yang Menghanyutkan
19. Percaya gak?
20. Rahasia cowok
21. Stereotip
22. Toxic Relationship
23. Noda Darah
24. Bohong

07. Kamar Age

3.8K 407 14
By kahiyaaa

Hallo!

Jam berapa baca Titan : Bad Boyfriend?

Udah vote belum?

Jangan lupa komentarnya di setiap paragrafnya ya!

Foto-foto yang ada cuma gambaran aja ya...

•••

Princella memeluk kucing Persia berbulu putih tebal kesayangannya yang baru saja di ambil setelah tiga hari kemarin di rawat di Klinik Hewan.

"Emangnya gak papa ya kalau Cella bawa naomi ke sana?" tanya Cella kepada Papa-nya yang duduk di kursi penumpang depan sedangkan dirinya duduk di antara kedua saudara laki-lakinya.

"Lo bawel banget dah dari tadi Papa bilang, kan gak papa." Gio membalas dengan sewot.

"Ya, kan mastiin aja takutnya ada yang alergi!" balas Cella tak kalah sewot.

Kendra menoleh sebentar ke belakang lalu terkekeh pelan. "Enggak, sayang. Barusan Papa tanya Om Elang gak ada yang alergi kok."

Cella mengangguk-anggukan kepalanya lalu kembali mengelusi kucing kesayangannya.

"Apa gak akan ngerepotin Om Elang ya, Pa kalau Cella bawa kucing?" tanya Leo yang sedari tadi fokus dengan handphonenya.

Cella yang mendengar itu menoleh menatap Leo sesaat sebelum akhirnya menatap kucingnya sedih. "Iya juga, nanti kalau Cella sekolah siapa yang jagain naomi? Yang kasih makannya?"

Kendra diam sebentar tampak berpikir. "Nanti Papa tanyakan dulu sama Tante Senja dan Om Elang. Kalau nanti di sana gak ada yang bisa jaga biar Papa bawa ke Happy Cat House. Kamu bisa lihat naomi ke sana," ucap Kendra.

Cella menghembuskan napasnya lalu mengiyakan saja saran dari Papa-nya dan Leo yang melihat itu menegakkan punggungnya. Hendak mengambil alih kucing dari Cella namun urung lantaran didahului oleh Gio.

"Ish, mau apa?" tanya Cella saat Gio berhasil mengambil naomi dari pangkuannya.

"Pinjem bentar napa, gak akan gue gigit kok."

Cella mencebikkan bibirnya sebal namun tak urung membiarkan Gio memangku kucing kesayangannya sedangkan Leo kembali menyandarkan punggungnya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit akhirnya mobil berhenti di sebuah pekarangan rumah yang terlihat sangat luas.

Cella keluar dari mobil setelah sebelumnya Gio keluar lebih dulu. Menatap rumah berlantai dua dengan halaman luas yang banyak di tumbuhi bunga hias mengabaikan Leo yang melewatinya begitu saja mengambil koper di bagasi.

Gio berdecak saat melihat Cella kedinginan saat keluar dari mobil. Cowok itu memberikan naomi kepada Cella dan diterima dengan baik oleh kakak kembarnya itu.

"Gue, kan udah bilang tadi buat pake baju panjang aja." Gio mengomel sembari membuka jaket yang cowok itu kenakan lalu menyampirkan-nya ke pundak Cella.

Cella cengengesan. "Gue pikir gak akan sedingin ini, kan."

Kendra yang baru saja selesai mengeluarkan beberapa koper dari dalam mobil di bantu oleh Leo dan sopir-nya tersenyum melihat perhatian yang Gio berikan kepada Cella.

Pria yang sudah berkepala empat itu menghampiri keduanya. Membantu Cella memakai jaket setelah sebelumnya naomi sudah di ambil alih kembali oleh Gio.

Sedangkan Leo hanya tersenyum tipis. Tak lama setelah itu sepasang suami-istri datang menghampiri membuat Leo dengan sikap menyalimi keduanya diikuti oleh Gio dan juga Cella.

"Malem banget ke sini-nya," ucap Senja - wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu tersenyum hangat.

"Iya, tadi mampir dulu bawa kucing Cella. Oh iya, apa gak ngerepotin ya kalau Cella bawa kucing?" tanya Kendra.

"Ya enggak, lah. Nanti Cella bisa titip kucingnya ke mbak Ratih, pembantu di rumah," balas Senja membuat Elang yang berada di sampingnya mengelus rambutnya lembut. Keduanya benar-benar terlihat serasa Kendra perhatikan.

"Syukurlah kalau begitu. Sori banget gue gak bisa lama-lama di sini, harus buru-buru balik lagi, gue bawa penerbangan malam ini," ucap Kendra.

Elang mengangguk. "Kalau gitu hati-hati, gak usah khawatir sama anak-anak. Gue jamin mereka nyaman dan aman di sini."

"Gue percaya sama lo." Setelah mengucapkan itu Kendra menoleh menatap Cella yang matanya terlihat berkaca-kaca hendak menangis.

"Janji, Papa cuma dua minggu kok di sana, jangan ngerepotin Tante Senja dan Om Elang ya?" Kendra membawa Cella ke dalam pelukannya.

"Janji ya cuma dua minggu, kalau lebih, Cella marah sama Papa!" ucap Cella merajuk di dalam pelukan sang Papa. Tangannya memeluk erat tak ada niatan untuk melepaskan pelukannya.

Kendra terkekeh mendengar ucapan Cella. "Iya-iya." Kendra melepaskan pelukannya. "Kamu tuh gak percayaan banget sama Papa." Kendra menarik pelan hidung mancung Cella yang memerah.

"Udah-udah jangan nangis, Papa pulang lagi kok," ucap Kendra sembari mengusap air mata yang keluar dari sudut mata anak gadisnya.

"Kok nangis sih? Papa gak bisa pergi loh kalau kamu nangis terus gini," ucap Kendra. Melihat Cella menangis karena tidak ingin dirinya pergi membuat Pria itu terasa berat untuk meninggalkan-nya.

Cella menarik ingus yang hendak keluar dari hidungnya. "Iya-iya Cella gak nangis." Cella melepaskan tangan Papa-nya yang masih membingkai wajahnya.

Yang menyaksikan terlihat sedih sekaligus ingin tertawa melihat Cella yang seperti anak kecil.

"Lang, gue titip anak-anak gue ya," ucap Kendra.

"Tenang aja, hati-hati. Kabarin gue kalau udah sampe, biar anak-anak gak khawatir."

Kendra menganggukan kepalanya. Menatap Cella kembali untuk memastikan gadis itu tidak menangis. Setelah yakin, Kendra melangkah memasuki mobilnya setelah sebelumnya dibuka, kan pintu oleh sopirnya.

Cella melambaikan tangannya dengan wajah yang cemberut hendak ingin menangis kembali. Melihat itu, Gio merangkul pundak Cella.

"Gak biasa-nya lo lebay gini," celetuk Gio. Satu tangannya ia gunakan untuk memegang kucing dan satunya ia gunakan untuk menepuk-nepuk pundak Cella guna memenangkan gadis itu membuat Cella mencebikkan bibirnya saja sebal.

Setelah mobil Kendra menghilang dari pandangan, Senja langsung saja menghampiri Cella. "Ayo masuk, udaranya dingin," ucapnya.

Mendapati ajakan Senja yang terdengar hangat membuat Cella tersenyum. Gadis itu mengangguk lalu melangkah bersama Senja terlebih dulu sedangkan Elang membantu Leo dan Gio membawa koper.

"Gak papa biar Gio aja yang bawa, Om." Gio mencegah Elang yang hendak mengambil koper Cella.

"Gak papa biar Om bantu," ucap Elang. "Lagian kamu sambil bawa kucing," lanjutnya membuat Gio mau tidak mau menerima bantuan Elang setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih.

Leo menarik kopernya sendiri. Melangkah mengikuti Gio dan Elang yang melangkah terlebih dulu sedangkan Cella sudah dibawa masuk ke dalam rumah.

Cella berdecak kagum saat memasuki rumah milik sahabat Papa-nya. Meski dari luar terlihat sederhana namun nyatanya sangat mewah bila dimasuki.

Senja tersenyum saat mendapati anak pertamanya menuruni undakan tangga. "Cella, kamu masih inget Kak Jovan gak?"

Mendapatkan pertanyaan begitu, Cella tersenyum canggung saja. Bingung harus membalas apa.

"Gak papa kalau kamu gak ingat," ucap Senja memaklumi.

"Iya, Tante."

Jovan Dirgantara, lelaki yang terlihat sangat dewasa itu tersenyum manis kepada gadis yang berdiri di sebelah Mama-nya.

"Hallo, Cella. Udah lama gak ketemu," ucap Jovan begitu ramah.

"H-hallo," balas Cella membuat Jovan dan Senja tertawa.

"Kaku banget sih, Cel." Jovan mengeluarkan beberapa permen dari dalam saku celana lalu memberikannya kepada Cella.

Cella menatap Jovan bingung. "Dulu kamu sering minta permen sama aku," ucap Jovan.

Lagi-lagi Cella tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dia benar-benar merasa asing di sini.

Mendapati Cella yang begitu tidak nyaman membuat Jovan berinisiatif untuk mengajak gadis itu mengobrol lebih lama. "Ma, biar Jovan yang antar Cella ke kamar," ucap Jovan meminta izin.

Senja mengangguk saja menyetujui. "Yukin udah tidur?" tanyanya.

Yura Kinanti atau yang kerap kali di panggil Yukin. Anak bungsu dari Elang dan juga Senja.

Jovan menggeleng. "Belum, masih main sama Ayang."

Cakra Dewangga Dirgantara atau yang selalu ingin dipanggil Ayang/Sayang karena dulu ia pikir dirinya yang akan menjadi anak terakhir sekaligus kesayangan.

"Yaudah kalau gitu kamu bisa antar Cella langsung ke kamar."

"Kopernya?"

Tepat setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Jovan. Papa dan juga dua bersaudara memasuki rumah dengan koper yang di tarik masing-masing. Jangan lupakan Gio yang masih menggendong naomi - kucing kesayangan Cella.

Cella berlari kecil menghampiri Gio untuk mengambil alih Naomi setelah itu kembali menghampiri Jovan.

Jovan tanpa sadar mengelus puncak kepala Cella saking gemasnya melihat tingkah gadis itu membuat Cella terdiam. Apa... dia seakrab itu dengan Jovan?

"Aku duluan ya, Ma." Izin Jovan.

Setelah mendapatkan anggukan dari Mama-nya. Jovan mengambil koper milik Cella terlebih dulu lalu membawa gadis itu menaiki undakan tangga menuju lantai dua setelah sebelumnya menyapa Leo dan Gio.

"Kamu udah makan?" tanya Jovan saat keduanya menaiki satu persatu undakan tangga.

Cella mengangguk pelan. "Udah."

Jovan setelah keduanya menginjakkan kaki di lantai dua. "Ini kamar mandi kita semuanya."

Jovan tertawa saat mendapati wajah Cella yang kebingungan. Mungkin gadis itu mengira jika rumah sebesar ini hanya memiliki satu kamar mandi.

"Maksud aku kamar mandi kita semua yang kamarnya di lantai dua," ucap Jovan memperjelas. "Mama sama Papa gak ngasih kita kamar mandi masing-masing di kamar tidur. Katanya biar kita terbiasa berbagi dan sabar nunggu. Siapa cepat dia dapat deh."

"O-oh." Hanya itu yang bisa Cella keluarkan dari mulutnya.

"Kalau kamu mau yang pertama mandi, minimal jam lima pagi udah bangun biar gak ke duluan sama yang lain."

"Emang Kak Jovan berapa bersaudara?"

"Empat."

Cella bergumam sembari mengangguk saja.

"Ayo, aku kasih tahu kamar kamu yang mana." Jovan melanjutkan kembali langkahnya dan berhenti tepat di ruangan yang berada di paling ujung.

Jovan membuka pintu kamar lalu masuk lebih dulu disusul Cella yang keheranan diberikan kamar dengan desain hitam putih yang didominasi oleh warna hitamnya.

"Kenapa? Gak suka?" tanya Jovan.

"E-enggak kok. Lagian aku disini cuma dua minggu. Desain kamar juga gak mempengaruhi kok."

"Sip deh kalau gitu. Sebenernya ini kamar Age, cuma dia lebih pilih tinggal di Apartemen. Cuma sesekali kesini. Itupun kalau penting."

"Age?"

Jovan mengangguk. "Iya, adik pertama gue."

"Oh... "

"Perlu aku bantu beres-beres baju?" tanya Jovan.

"Enggak usah, kak!" tolak Cella cepat. Tidak ingin lebih merepotkan.

"Oh. Okey kalau gitu."

"Iya."

Sepeninggalan Jovan, Cella langsung saja menurunkan Naomi. Membiarkan kucing itu berlarian tidak jelas. Cella memperhatikan kamar yang akan ia tempati selama dua minggu ini.

"Wow," gumam Cella saat mendapati tempat tidur super king size ukuran 200 cm x 200 cm. Ini... tidak salah ya?

Cella melangkah pelan menuju tempat tidur. Tempat tidur ini sangat luas jika di tiduri oleh Cella yang hanya memiliki tinggi badan 157 cm.

Apa tidak sebaiknya ia bertukar kamar saja dengan Gio atau Leo ya? Atau jangan-jangan semua tempat tidur di rumah ini berukuran sebesar ini semua?

Seperti kamar utama saja padahal ruangan ini berada di lantai dua paling ujung.

Setelah cukup lama memperhatikan ruangan ini Cella memutuskan untuk memindahkan bajunya yang berada di dalam koper ke dalam lemari.

Cella dibuat kaget saat membuka lemari yang ia kira kosong ternyata dipenuhi oleh kaos dan juga jaket yang sama-sama berwarna hitam. Tidak salah lagi, pemilik kamar ini adalah laki-laki.

Membawa salah satu baju yang ada di dalam lemari. Memperhatikannya. Ini seperti baju laki-laki. Pupil mata Cella membesar saat menyadari sesuatu. Gadis itu cepat-cepat menyimpan kembali baju yang ia ambil tadi.

Tidak seharusnya Cella menyentuh barang-barang di kamar ini dengan sembarangan, kan?

Okey, cukup sampai ini Cella memperhatikan kamar ini. Gadis itu memutuskan untuk tidur lebih awal agar besok bisa bangun lebih pagi untuk membantu pekerjaan rumah. Papa-nya bilang ia tidak boleh terlalu merepotkan.

Cella mengambil baju tidur di dalam kopernya. Bingung harus menyimpan bajunya dimana, Cella memutuskan untuk memikirkannya besok saja. Tidur lebih awal adalah pilihan yang tepat.

Tidak perlu khawatir tentang Gio dan Leo. Kedua laki-laki itu pasti tidak secanggung dirinya kepada keluarga sahabat Papa-nya ini.

Setelah berganti pakaian Cella langsung saja membaringkan tubuhnya di ranjang yang terasa milik raksasa.

Berdoa lalu menyelimuti diri sampai sebatas dada setelah itu memejamkan matanya namun baru beberapa menit memejamkan mata bahkan dirinya belum sempat terlelap ketukan di pintu mengintruksinya agar beranjak.

Cella mengubah posisinya menjadi setengah duduk. Ketukan di pintu semakin menjadi, apa itu Gio ya? Bisa-bisanya cowok itu mengganggu dirinya dan membuat keributan saat mereka tengah berada di rumah orang lain.

"Astaga, iya-iya bentar!" ucap Cella kesal.

Gadis dengan rambut di cepol asal itu melangkah dengan malas. Membuka pintu lalu... "APA... sih?"

Cella meringis saat mendapati seseorang yang berada di hadapannya ternyata bukanlah Gio melainkan Jovan.

"Maaf kak Jovan, Cella pikir tadi Gio yang ketuk pintu."

Jovan tertawa saja meski awalnya terlihat syok atas apa yang ia terima. "Gak papa santai aja. Kayaknya aku terlalu rusuk ketuk pintunya."

"Oh iya, ini handuk dan juga sikat gigi untuk kamu. Tadinya mau Mama yang anterin ke sini tapi Yukin gak mau di tinggal, jadi mau gak mau aku yang anterin buat kamu."

"M-makasih Kak Jovan," ucap Cella masih tidak enak atas sikapnya sebelumnya kepada Jovan.

"Iya, sama-sama. Tidur yang nyenyak. Gio sama Leo lagi beresin baju di kamarnya."

"Iya, kak."

Bersambung...

SPAM NEXT AYO BIAR CEPET UPDATE...

Question

1. Suka gak sama bagian ini?

2. Mudah dimengerti gak?

3. Ceritanya seru gak?

Terima kasih sudah membaca Titan : Bad Boyfriend

Continue Reading

You'll Also Like

786K 60K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
764K 34.1K 48
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
199K 21.3K 14
Seorang pemuda malang berusia 18 tahun harus bertransmigrasi ke dalam novel yang dia temukan di gudang saat bekerja. Dia menjadi Archellio, si bungsu...
2.4M 121K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...