"Kei, bangun. Mami mau ke sini." Darius dengan panik berlari menerobos masuk ke kamar Keifani.
"Hmm," Keifani hanya menggeliat dan kembali tenang.
"Sial! Nggak jalan lain, gue harus gendong Kei ke kamar sebelum Mami sampai." Darius dengan mudah membopong tubuh Keifani lalu membawanya ke kamar utamanya.
Setelah membaringkan di ranjang, Darius menarik selimut menutupi tubuh Keifani sampai ke dada. Lalu mengambil remote AC untuk mengatur suhu yang terendah agar Keifani nyaman. Baru sadar akan sesuatu Darius kembali berlari ke kamar Keifani dan membawa beberapa potongan baju kemudian diletakkan di dalam lemarinya, tak lupa alat make up serta beberapa barang yang penting lainnya.
Mami itu orang yang sangat peka, sedikit saja dia membuat kesalahan mami akan segera tahu. Apalagi ini adalah kali pertama Mami mengunjunginya di apartemen setelah menikah. Mami pasti akan melakukan razia ala Mami untuk memastikan pernikahannya baik-baik saja.
"Hhhh." Darius ngos-ngosan, baru lari bolak-balik dari kamar Keifani ke kamarnya yang hanya berjarak beberapa meter saja dia sudah kelelahan seperti sehabis lari maraton beberapa kilo. Faktor usia tak mungkin bisa dibohongi.
Efek jarangnya dia olahraga.
Karena berkeringar Darius kembali ke kamarnya mengambil kaos dan celana pendeknya lalu berjalan ke kamar mandi.
Brak...
"Oh Kei sayang!" pekik Shalu heboh.
"Mi, Kei lagi tidur. Jangan teriak-teriak dong." Irvin mengingatkan.
Darius keluar dari kamar mandi dengan wajah segar menatap Mami seraya memutar bola matanya bosan.
Yaelah, drama lagi!
"Dar! Kamu apakan mantu Mami?" Shalu sudah mengalihkan pandangannya pada Darius yang masih setia berdiri di depan kamar mandinya.
"Kok jadi aku? Kei kecapean karena banyak kerjaan di kantornya makanya jatuh sakit," jelas Darius mendekat, lalu menarik lengan Mami. "Kita bicara di luar ya, Kei perlu istirahat."
Shalu melirik ke ranjang di mana Keifani berbaring, kemudian mengangguk mengalah. Mereka bertiga keluar dari kamar menuju ruang keluarga, Shalu dan Irvin duduk di sofa panjang sedangkan Darius memilih duduk di karpet menghadap Mami dan Papi.
"Kei udah di bawah ke rumah sakit, Dar?" Kali ini Irvin yang bertanya.
"Belum, Pi. Aku panik banget waktu tahu Kei demam, jadi yang aku lakukan cuma nelepon Kiki tapi ternyata dia sedang ada di luar kota. Akhirnya dia sarankan untuk kompres dulu dan aku kasih obat penurun panas, kalau panasnya nggak turun-turun baru aku bawa ke rumah sakit."
"Gimana Kei bisa kecapean? Pasti kamu ajak kerja rodi, kan?" tanya Shalu berkacak pinggang.
Darius mati-matian menahan diri untuk tidak memutar bola matanya di hadapan kedua orangtua. "Mi, Kei jatuh sakit bukan karena aku tapi dia tertekan dengan masalah Ayahnya."
"Masalah Brian? Maksud kamu apa, Dar?" Irvin kembali bertanya.
"Ayah menikah lagi."
"Apa?!" seru Irvin dan Shalu kompak.
Darius melirik kamarnya yang tertutup rapat, lalu mengalihkan pandangan pada orangtuanya. Akhirnya keluar semua cerita pertemuannya dengan ayah mertua bersama istri barunya di supermarket, rencana Lena, dan pernikahan ketiga Ayah.
Irvin dan Shalu mendengar dengan seksama, ekspresi yang di tunjukkan keduanya berubah-berubah sampai diakhir cerita Shalu menangis tersedu-sedu. Irvin menarik Shalu ke dalam pelukannya, Darius dan Irvin beradu pandang dalam diam.
Keheningan tercipta selama beberapa menit, hanya suara hela napas dan tangisan sendu Shalu terdengar. Hingga Shalu menghentikan tangisnya.
"Kasihan Kei." Shalu menyeka air matanya. "Pasti berat untuknya saat ini. Dar, apa Bunda Kei tahu?"
Darius menggeleng. "Untuk saat ini aku dan Kei sepakat menyembunyikannya dulu dari Bunda, walau reaksi Bunda akan biasa aja tapi kita tetap harus berjaga-jaga."
"Papi setuju tapi kalau boleh Papi kasih saran, sebaiknya kalian ceritakan ini pada Iis juga daripada dia dengar dari orang lain. Iis pasti akan kecewa sama Kei."
"Iya, Mami setuju."
"Baik, Pi."
***
"Gimana keadaan kamu, Nak?" Shalu mengusap lembut rambut Keifani, sesudah makan malam bersama Shalu membawa menantunya kembali ke kamar untuk istrirahat.
"Alhamdulillah, Mi. Badan aku udah lebih baik." Shalu mengangguk.
"Demam kamu juga udah turun, Mami sempat panik waktu Darius ngomong kamu sakit."
Senyum menghiasi wajah pucatnya. "Makasih ya, Mi. Udah cemasin aku."
"Oh tentu saja, Sayang. Pokoknya kamu harus sehat kembali, jangan buat Mami, Papi, Bunda kamu cemas. Oh iya, mau Mami telepon kan Bunda kamu?"
Keifani spontan menggeleng. "Jangan, Mi. Aku nggak mau Bunda kepikiran."
"Hhh, baiklah." Shalu mengalah. "Mami punya ide bagus, Mami akan menginap di sini jagain kamu. Mami nggak percaya sama suami kamu itu, nanti dia malah buat kamu makin kecapean."
Keifani tersenyum lemah. "Udah izin ke Papi?" Bukan apa-apa, Keifani tahu Papi pasti akan keberatan jika mengetahui ide mami yang menurut---Papi sangat tidak bagus ini.
Shalu menepuk dahinya. "Iya ya, ya udah, kamu tunggu bentar ya, Mami mau bujuk Papi kamu dulu."
Perempuan paruh baya itu melangkah keluar kamar dengan semangat, diusianya yang tidak muda lagi gerakannya terbilang lincah.
"Papi sayangnya Mami," seru Shalu mengambil tempat di samping Irvin lalu memeluk lengannya.
Irvin menelan ludahnya, biasanya jika istrinya bertingkah manja padanya pasti karena ada maunya. "Ada apa, Mami?"
"Kita nginap di sini ya," pinta Shalu seraya mengedip-ngedipkan matanya.
"JANGAN!" teriak Darius dan Irvin kompak.
Shalu mendelik seraya melepaskan lengan suaminya. "Kenapa?"
Darius dan Irvin saling lirik, dengan menggaruk kepalanya tak gatal Irvin berkata, "Mi, kalau kita nginap di sini. Kita mau tidur di mana? Lagian kita nggak mungkin ganggu dan merepotkan Darius dan Kei, kan?"
"Ngerepotin gimana? Harusnya Darius bersyukur kita menginap di sini, Pi. Mami kan bisa bantu dia jaga Kei, apalagi besok dia mau ke kantornya. Iya kan, Dar?"
Mau tak mau Darius mengangguk.
"Tapi, Mi...."
Shalu segera memotongnya. "Pokoknya Mami mau nginap, kalau Papi nggak mau, pulang aja sendiri!" Matanya beralih pada Darius. "Kamu tidur di kamar tamu ya, Dar. Mami mau tidur sama Kei di kamar kalian." Shalu menunjuk kamar yang di tempatinya Keifani.
Tanpa menunggu jawaban Darius, Shalu berjalan santai ke kamar utama meninggalkan dua lelaki beda generasi itu dengan tampang nelangsa.
"Dar, Papi harus gimana dong, kamu tahu sendiri Papi nggak bisa tidur kalau nggak sama Mami." Darius melirik Papi, alih-alih merasa kasihan, lelaki itu malah takut kalau Mami tahu selama ini dia dan Keifani pisah kamar.
"Ya Papi sih, jadi suami nggak tegas. Susah memang kalau udah bucin." Darius mengacak rambutnya frustrasi.
Papi seperti dapat wangsit sebab tiba-tiba saja lelaki paruh baya itu beranjak dari duduknya. "Papi punya ide, Dar. Kita tunggu Mami kamu tidur pulas, baru Papi gendong Mami ke mobil lalu pulang. Kamu akan aman dari gangguan Mami, Papi akan tenang tidur nyenyak malam ini."
Darius mengangkat alisnya. "Yakin Papi masih kuat gendong Mami? Nanti pinggangnya bisa encok lho."
Ide yang dikatakan papi memang sangat bagus, tetapi entah mengapa Darius meringis kalau tiba-tiba papi menjatuhkan tubuh mami di lantai marmer lobi apartemennya atau lebih parahnya dijatuhkan di aspal parkiran.
"Tenang aja! Gini-gini Papi masih kuat kok," seru Irvin percaya diri. "Kayaknya Mami udah tidur deh."
Lelaki paruh baya itu melangkah dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara, begitu sampai di depan pintu dia memutar ganggang lalu mendorongnya pelan.
Tidak terbuka, sebab Shalu sudah menguncinya dari dalam kamar.
Irvin mendesah kecewa, rencananya gagal total.
Alamak tidak bisa tidur dirinya malam ini!
***
BERSAMBUNG...
Ada yang mau nemenin papi bobok gak? Mumpung mami boboknya sama Kei wkwk
Entah gimana aku suka ketawa sendiri melihat interaksi mami dan papi, mereka makin tua makin banyak kelakuannya. Yang satu tambah lincah yang satunya tambah bucin 😂
Btw, makasih yang udah vote dan komen ya, sesuai janji aku malam ini aku up lagi hehe
Cara mainnya masih sama ya, vote 85+ aku akan up lagi. Pokoknya klo targetnya udah sampai aku langsung up. (Sedikit bocoran part2 selanjutnya udah ketampung di draft, yakin nih gak mau up cepat?)
Kenapa aku kasih target? Ya karena aku mau tau aja seberapa banyak sih yang nunggu cerita mas Us Us, aku juga sengaja gak langsung kasih target banyak lho, tapi makin menuju part selanjutnya target makin naik.
Dan, itu juga dari kalian untuk kalian kok. Gini kalian kasih aku vote dan komen terus aku kasih update? Impas kan. Kita sama2 senang heheh
So, semua keputusan ada ditangan kalian 😉
Oke, tetap jaga kesahatan ya teman2 😇
Vote dan komennya jangan lupa 🙏
Dan share cerita ini ke teman2, saudara, pacar, dan keluarganya.
Seperti kata pepatah tak kenal maka tak sayang, yuk kenalan dulu sama mas Us Us dan mbak Kei baru disayang2 ya 😊
See you next part.