Let Me Be Your Healer, Mr. Na...

By vioneee12

140K 18.1K 1.2K

"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI) More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
Special Part (1)
Special Part (2)
Special Part (3)
Another Special Part (1)
Another Special Part (2)
Another Special Part (3)
Another Special Part (4)
Another Special Part (5)
NEW STORY : JUNG JAEHYUN
RECOVERY | Lee Haechan

31

3.2K 442 56
By vioneee12

Yuta sedang berada disebuah salon sekarang, ia tampak duduk dikursi tunggu dengan tangan yang terlipat didada, sorot mata tajamnya menatap lurus ke depan.

Sementara yang menjadi objek tatapan itu sedang menatap pantulan dirinya sendiri dicermin dengan kagum.

"Bagaimana, Yuta? Istrimu terlihat begitu cantik, kan?" tanya seorang wanita yang tampak seusia dengan Momoka.

Wanita pemilik salon itu memang temannya Momoka, dan cukup akrab dengan Yuta karena ia sering berteman dengan kakaknya dulu.

Yuna membalikkan tubuhnya, ia ikut menatap Yuta dengan ragu.

Takut kalau lelaki itu tidak menyukai perubahan gaya rambutnya.

Padahal bukan perubahan yang begitu besar, ia hanya memotong rambutnya sedikit agar menjadi pendek sebahu.

Akhir-akhir ini Yuna merasa sering gerah dan cukup terganggu dengan rambutnya dulu yang panjangnya sepunggung itu, jadi ia memutuskan untuk memotong rambutnya.

Saat Yuna memberitahu Yuta kalau ia akan pergi ke salon, lelaki itu dengan anehnya memaksa ikut, padahal jelas dirinya harus ke kantor hari ini.

Melihat Yuta yang tidak merespon apapun, masih dengan ekspresi wajah menakutkan itu, membuat Yuna dan wanita pemilik salon itu saling bertatapan dengan bingung.

Apa Yuta tidak menyukainya?

....

Yuta mendengus pelan saat Yuna berjalan mendahuluinya keluar dari salon milik temannya Momoka itu.

Bisa dilihat dari raut wajah wanita itu kalau ia sangat menyukai model rambutnya sekarang.

Yuna menoleh untuk melihat Yuta yang berjalan dibelakangnya, ia tersenyum.

"Setelah ini kau mau kemana?"

Yuta mungkin hampir gila sekarang, atau mungkin ia sudah sepenuhnya gila hanya karena Yuna, istrinya sendiri.

Kalau saja ia tidak memiliki akal sehat, maka kalau bisa Yuna ia kurung saja dirumah, melarangnya pergi kemanapun, bahkan hanya untuk kehalaman rumah_-

Ia merutuki Yejin, teman kakaknya itu.

Padahal apa salahnya?

Alasannya adalah, karena Yuta marah dan tidak rela Yuna menjadi sangat cantik begini.

"Kau sendiri?"

"Aku mau berbelanja sebentar disupermarket dekat sini, kalau kau ingin pergi terlebih dahulu, silahkan saja. Kau harus ke kantor, kan?"

"Apa kau sengaja?"

"Sengaja apanya?"

Yuta menggeram pelan, "Kau itu tidak peka sama sekali, ya?"

"Maksudnya? Aku sungguh tidak mengerti,"

Yuta menghela nafas, "Sudahlah, lupakan saja. Aku akan ikut denganmu,"

"Eh? Bukannya kau har-"

"Tidak usah cerewet, cepat masuk mobil."

"B-baiklah,"

...

Yuna sibuk berkutat dengan laptopnya, ia cukup direpotkan dengan proses perpindahan kontrak perusahaan penerbitan.

Karena insiden saat di Jepang beberapa minggu yang lalu.

Yuta menyuruhnya untuk pindah saja, karena ia tidak mau kalau kedepannya mungkin saja Kenta akan kembali mengganggu.

Setidaknya Yuna tidak akan bertemu Kenta jika ia tidak bekerja disana lagi.

"Hm? Apa ini? Berita baru?"

Yuna membuka sebuah headline yang terpampang dilist teratas diwebsite resmi perusahaan penerbitannya.

Direktur Kenta Takada mengundurkan diri dari jabatannya, dan akan digantikan oleh direktur yang lama.

"Tiba-tiba?!"

Yuna segera membuka ponselnya, menghubungi Eunbi untuk memastikan kebenaran berita tersebut.

"Halo, Eunbi! Kau sudah tahu tentang berita itu?"

"......"

"Eh? Sungguh? Kapan?"

"....."

"Lalu bagaimana? A-apa dia sudah resmi mengundurkan diri?"

"......"

Cukup lama Yuna berbincang dengan Eunbi melalui telepon, kemudian Yuna dikejutkan dengan Yuta yang tiba-tiba menghampirinya.

Yuna menoleh dan mendapati Yuta sedang menunjukan sebuah hairdryer.

Yuna paham maksud Yuta, lelaki itu ingin dikeringkan rambutnya.

"Kalau begitu, sudah ya? Kita akan bicarakan lagi nanti, terimakasih Eunbi!"

Yuna mematikan ponselnya, ia tersenyum senang.

Mungkin ini sedikit jahat tapi sekarang ia sedang bahagia diatas kesusahan orang lain_-

"Kenapa? Tanganmu pegal lagi?"

"Aku malas melakukannya sendiri," jawab Yuta dengan wajah datarnya seperti biasa, ia berjalan menuju tempat tidur dan duduk disana, sementara Yuna yang mulai mengeringkan rambutnya.

Yuna tersenyum, "Yuta, aku rasa aku tidak perlu pindah kontrak perusahaan,"

"Apa? Kenapa? Kau tidak mau mematuhi perintahku? Kau masih tidak jera dengan Kenta? Kau masih-"

"D-dengarkan aku dulu,"

"Apa?"

"Kak Kenta mundur dari perusahaan itu, dia terkena skandal baru-baru ini."

"Maksudmu?"

"Aku baru saja ingin mengurus perpindahan kontrak penerbitan itu, kemudian aku melihat berita Kak Kenta yang berhenti menjadi direktur, kemudian aku menelpon Eunbi."

"Ternyata sebabnya, ia tertangkap media mengencani seorang artis penyanyi yang sudah menikah, mereka ketahuan pergi bersama ke sebuah bar, dan pergi ke sebuah hotel berdua dalam keadaan mabuk. Dia sudah mengkonfirmasi kalau itu memang dirinya, dan mengatakan kalau ia akan kembali ke Jepang dan menyerahkan jabatannya ke direktur yang lama,"

"Kau serius?"

Yuna mengangguk, "Seperti itu yang aku tahu, besok aku akan kesana,"

"Tidak usah pergi kalau Kenta masih ada disana,"

"Kata Eunbi, dia sudah kembali ke Jepang sejak beberapa hari yang lalu,"

"Kau yakin akan tetap bekerja untuk perusahaan itu?"

Yuna mengangguk lagi, "Aku sudah sangat nyaman dengan mereka, perusahaan itu punya arti yang besar untukku, dari pertama kali aku mulai mencoba menerbitkan buku, mereka sangat banyak membantuku,"

"Selesai! Rambutmu sudah kering," Yuna mematikan mesin pengering rambut itu dan meletakkannya dengan rapi ditempat asalnya.

"Ah, Yuta. Aku lupa memberitahu kalau kak Momoka bilang ia akan datang malam ini,"

Yuta menghela nafas berat mendengarnya, "Untuk apa?"

"Katanya dia mengidam ingin bertemu denganmu,"

"Dia gila, kemarin kami baru bertemu, dia memintaku menari sambil bernyanyi lagu baby shark."

Yuna mengulum senyum, "Kau mau?"

Yuta berdecak kesal, "Mau bagaimana lagi, aku tidak mau merelakan rambutku dijambak,"

"Dua bulan lagi, anak kak Momoka akan lahir, kau sudah tahu? Katanya jenis kelaminnya laki-laki."

Yuta mengangguk, "Dia sudah memberitahuku."

"Nanti ayo pergi ke toko perlengkapan bayi, belikan hadiah untuk bayinya!" ucap Yuna bersemangat.

Yuta yang melihat Yuna sangat bersemangat itu, mau tidak mau ikut tersenyum, tangannya terulur untuk mengelus rambut istrinya itu.

"Masih lama,"

Yuna tersenyum malu, ia menatap Yuta.

"Oh iya, sebenarnya aku sangat penasaran,"

"Tentang apa?"

Yuna menunjuk rambutnya, "Ini. Kau tampak tidak senang saat disalon tadi. Apa kau tidak menyukai kalau rambutku seperti ini?"

Yuta dibuat meringis dalam hati mendengar pertanyaan Yuna yang seperti itu.

Bagaimana ia harus menjawabnya?

"Sepertinya kau memang tidak suka, ya? Apa aku terlihat-"

"Yuna, sejak kapan kau jadi cerewet seperti ini?"

"Ma-maaf,"

"Hm, aku tidak suka."

Yuna mengangguk pelan dengan wajah tertunduk, "Aku sudah menduganya,"

"Aku tidak suka kalau ada lelaki lain yang melihatmu secantik ini,"

Deg.

Yuna menegakkan kembali wajahnya, dan ia bisa melihat jelas kalau Yuta sedang tersenyum kearahnya.

"Kau tidak menyadari kalau kecantikanmu itu terlalu membahayakan?"

Yuna tidak bisa merespon dengan apapun, ia terlalu dibuat terpaku dengan pernyataan Yuta yang sangat mengejutkan itu.

"Asal kau tahu, aku hampir gila dengan sungguh berpikir akan mengurungmu dirumah sepanjang waktu, dan kau hanya boleh bertemu denganku."

"Y-Yuta.."

Yuta menarik Yuna mendekat, memandangi wajah cantik itu sepuasnya.

"Kenapa kau bisa secantik ini?"

Yuna hanya bisa menatap Yuta tanpa mengatakan apapun.

"Kalau seperti ini, aku jadi ingin membuat duplikatnya,"

"M-maksudmu?"

"Kau tampak begitu bersemangat setiap membahas calon bayi Momoka,"

Yuna masih tidak mengerti dengan maksud ucapan suaminya itu.

"Mau membuat satu? Menjadi ayah dari anak perempuan yang mirip denganmu, kurasa itu akan menarik,"

Yuna mengerjapkan matanya beberapa kali, mencerna ucapan lelaki itu dengan baik.

"Oke, kuanggap kau setuju."

"Tunggu!" Yuna menahan Yuta yang mulai mendekatkan wajahnya. "Mo-momoka,"

"Ck, dia tidak akan datang sekarang juga, kan?"

"Mu-mungkin saja,"

"Tidak akan," Yuta kembali menarik Yuna mendekat, dan suara pintu kamar yang diketuk dari luar membuat Yuta merasa kepalanya akan meledak sekarang juga.

Ia mengalami de javu.

"ADIK?! KALIAN DI DALAM?"

"Yuna, sudah kubilang ganti kata sandi pintunya, kan?"

"Ma-maaf, aku lupa menggantinya." setelah mengucapkannya, Yuna segera bangkit berdiri  untuk menemui Momoka.

Sementara itu, Yuta masih duduk ditempatnya, ia memijat pelipisnya pelan.

Ia frustasi.

"Kenapa? Kenapa pola cerita disini semuanya sama?!"

TBC.

Jangan lupa vote + comment, ilysm!

Thankyou

and

See You

-vioneee12

















































Continue Reading

You'll Also Like

17.8K 1.7K 24
"Memang, terkadang apa yang membuat sakit, itulah obatnya" - Njh "Jangan membenci terlalu lama, nanti jatuh sayang" - Dks
115K 19.4K 30
[15+] "Kamu tau, aku nggak kaya, rumah masih ngontrak, dan pekerjaan aku juga belum tetap. Tapi aku mau menikahi kamu. Bagaimana?" -Taeyong Adriansyah
8.2K 1.4K 24
Seutas panjang kisah pertemuan yang klise dan membosankan. Awal pertemuan dan awal pacaran yang kelihatannya 'mudah'. Tapi apapun didunia ini tidak...
32.6K 4K 12
Kopi Kala Senja, sebuah tempat dimana aku dan dirimu bertemu.