Mawar [COMPLETED]

By poppyopi

22.5K 5.1K 53K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Resvina Mawar Ariendra. Orang sering memanggilnya Mawar, gadis berparas cantik... More

🥀 PROLOG
🥀 Semua nasib berbeda
🥀 Benci, itu sudah hal wajar
🥀 Menjalani hidup dengan kesabaran
🥀 Sesuatu yang tidak bisa dipaksakan
🥀 Sebuah kekecewaan
🥀 Permusuhan
🥀 Rasa rindu
🥀 Perasaan yang aneh
🥀 Sosok yang dirindukan
🥀 Harapan yang pupus
🥀 Dulu dan sekarang berbeda
🥀 Ketakutan
🥀 Tentang takdir kita
🥀 Mari berteman
🥀 Sahabat terbaik
🥀 Dua insan yang mencari kebahagiaan
🥀 Mengenal arti cinta
🥀 Tersenyum karena dia
🥀 Antara aku, kamu, dan dia
🥀 Dia yang berubah
🥀 Mengetahui perasaan hati
🥀 Senyum, tawa, dan kita
🥀 kebersamaan kita
🥀 Roda kembali berputar
🥀 Satu rahasia terungkap
🥀 Rasa bersalah dan juga kekecewaan
🥀 Sang takdir yang menentukan
🥀 Dari tiga yang berbahagia
🥀 Sosok yang kutunggu
🥀 Dari rasa benci
🥀 Yang dilupakan kembali teringat
🥀 Hari ulang tahun, kesedihan
🥀 Mencoba untuk mengikhlaskan
🥀 Orang yang sama
🥀 Teman kecil
🥀 Rencana
🥀 Atas dasar cinta
🥀 Memilihmu
🥀 Bersama dengan tawa
🥀 Wisata masa lalu
🥀 Yang setia
🥀 Triple date
🥀 Waktu berdua
🥀 Kejutan
🥀 Ada kisah yang belum dicerita
🥀 Bertahan atau selesai?
🥀 Hancur dan hilang
🥀 Penyesalan yang datang
🥀 Semesta kembali bercanda
🥀 Kehilangan
🥀 Merindu dalam luka
🥀 Usai satu, tumbuh yang lain
🥀 Berkorban
🥀 Pergi menjadi pilihan
🥀 Pengantar pulang
🥀 Sampai bertemu di keabadian
🥀 Puncak kebahagiaan itu [END]
🥀 EPILOG
🥀 EXTRA PART
NEW STORY

🥀 Kembali menetap pada orang yang sama

329 92 1.1K
By poppyopi

🎼Tak bisa - Brisia Jodie

Vote dulu baru baca:)
Jangan jadi siders!

❝Takdir ku sungguh lucu. Membolak-balik perasaan ku. Semula memintaku untuk mundur, kemudian menarikku kembali pada tempat berpijak yang sama. Dan berbisik, bahwa dia milikku.❞

🥀🥀🥀

Suasana kantin kali ini begitu ramai sekali, seseorang di antara mereka sedang membagi undangan untuk pesta ulang tahunnya. Dia adalah Liora. Gadis itu sedang berulang tahun hari ini, dan akan merayakannya tepat di malam ini. Semua murid-murid tampak gembira dengan pesta ulang tahun Liora itu.

Tema pestanya yang terbilang sangat menarik untuk para remaja seperti mereka, yaitu masquerade, pesta ulang tahun bertema topeng. Di undangan itu tertera pukul delapan malam, artinya mereka yang sudah di undang akan berkumpul di hotel mewah.

"Pokoknya kalian harus datang malam ini ke pesta ulang tahun gue. Wajib banget. Karena nggak cuman untuk ngerayain ulangan tahun gue, gue juga menyiapkan sesuatu. Jadi untuk kalian yang punya pasangan wajib tuh datang," tutur Liora yang saat ini berdiri di samping pacarnya, Calvin, sembari membagikan undangan.

"Gue jadi tambah malas ke pesta ulang tahun lo, dari tadi bahasnya pasangan mulu, udah tau gue jomblo. Nasib banget," sahut Sheila kesal. Gadis berbadan mungil itu kembali menyantap makanannya, menulikan telinga dari ejekan Liora, yang nampaknya begitu senang sekali mengerjainya.

"Yang jomblo ya duduk di pojokan aja," ledek Liora kepada Sheila. Hanya candaan sebenarnya, namun hal itu membuat Sheila kesal, dan ingin sekali mencari jodohnya secepat mungkin.

Semua orang yang mendengar ledekan Liora itu tertawa, ikut meledek gadis mungil itu. Lalu salah satu dari mereka berucap, "makanya Sheila cari pacar dong, kaya sahabat lo tuh, sekarang 'kan udah punya pacar, ketua OSIS lagi."

Dinar yang kebetulan berada di kantin itu terdiam untuk sesaat, kemudian netranya mencari keberadaan gadis itu, yang saat ini sedang duduk di samping Sheila. Sama halnya denganya, ikut terdiam mendengar ucapan dari orang barusan.

Dengan pertimbangan yang sangat kuat, Dinar meyakinkan tekadnya. Mungkin saatnya ia berkata yang sebenarnya pada mereka semua. Cowok itu lantas bangkit berdiri, memandang satu-persatu temannya yang ada di kantin ini. Perhatian mereka semua pun sudah tertuju pada Dinar.

Menarik sudut bibirnya, dengan tatapan tak lepas dari Mawar. Sementara yang ditatap hanya mampu diam di tempatnya. Menunggu, apa yang akan Dinar lakukan.

Pandangannya kini beralih pada teman-temannya. Menghela napas terlebih dahulu, lalu berucap dengan lantang, "gue nggak pacaran sama Mawar."

Rasa keterkejutan itu tercetak jelas di masing raut wajah mereka yang ada di kantin itu. Merasa jika ucapannya itu membuat semuanya bingung, Dinar kembali bersuara, menjelaskannya, dengan setenang mungkin, namun hati masih saja sakit mengucapkannya.

"Gue sama Mawar nggak pacaran. Karena... Mawar menolak." Suara yang terdengar sedikit melirih itu, membuat semuanya bungkam. Bahkan beberapa dari mereka pun sudah banyak berasumsi yang tidak-tidak kepada Mawar. Sedangkan gadis itu menundukkan kepalanya dalam, ia takut dan merasa tidak nyaman.

"Di sini Mawar nggak salah, perasaan yang gak bisa di paksa. Gue ngerti, dan gue nggak bisa memaksa itu. Mungkin ini juga pelajaran untuk gue, supaya tidak terburu-buru dalam menyatakan cinta pada orang yang belum tentu kita ketahui apa dia juga mencintai kita. Jadi gue mohon, jangan lagi menyertakan nama gue dan Mawar dalam satu hubungan. Gue sama dia hanya teman."

Penjelasan yang cukup panjang dari Dinar itu, membuat beberapa orang sudah mengerti. Mawar yang mendengar pun bernapas lega, banyak berterimakasih pada cowok itu menjelaskan seperti tadi. Bahkan Dinar tidak ada menjelek-jelekkan dirinya atas penolakan itu, dia membelanya.

Dinar memanglah cowok baik, karakter cowok idaman. Namun entah mengapa, Mawar tidak tertarik. Tanyakan pada hatinya ini, siapa laki-laki yang pantas ia cinta? Sejujurnya, Mawar tidak mengerti masalah cinta.

Ia terlalu fokus pada dirinya. Karena hal itulah, ia selalu mengabaikan masalah percintaan. Akan tetapi ia masih gadis normal, memiliki perasaan pada lawan jenisnya. Yang sekarang ia kira-kira, apakah benar ia mencintai laki-laki itu.

***

Sunyi. Menggambarkan suasana kamar, yang pemiliknya saat ini berbaring di atas kasur. Entah sudah berapa kali orang itu memaksa dirinya untuk kembali pada alam mimpi, melupakan sejenak pada satu masalahnya, yang membuatnya sedikit frustasi.

Sudah siang hari padahal, namun orang itu seolah enggan sekali beranjak dari tempat tidurnya. Bahkan, gorden jendela kamarnya masih tertutup rapat, yang menandakan bahwa ia hanya berada di atas kasur, tidak melakukan apapun. Dan dapat disimpulkan, orang itu yang masih anak pelajar, membolos hari ini.

Terdengar ketukan pintu cukup nyaring di bawah sana, membuat orang itu terusik. Semakin diabaikannya, semakin terdengar jelas saja ketukan itu. Bukan lagi ketukan orang-orang bertamu, justru ketukan menggedor pintu rumahnya. Sial, siapa orang itu, pikirnya.

Rambut berantakan, beserta piyama yang masih melekat ditubuhnya, orang itu, mulai melangkah gontai keluar kamar, menemui si tamu tersebut. Sesampainya di depan pintu utama, tangannya dengan malas memutar knop pintu yang sebelumnya ia buka kuncinya.

Tercengang tamu itu saat melihat si pemilik rumah ini. Menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu tanpa minta izin terlebih dahulu, tamu itu memasuki rumah tersebut. Di belakangnya di susul orang itu, sembari mengucek mata seperti orang khas bangun tidur.

"Ngapain lo ke rumah gue?" tanya orang itu, melihat saat ini tamunya sudah duduk santai di sofa ruang tamu.

Tamu yang masih memakai baju seragam SMA itu dengan cepat menjawabnya, "lo kenapa bolos? Kumat lagi penyakit lo, Sa? Gue kasih tau tante Dini tau rasa lo."

Aksa, cowok itu tidak menanggapi cibiran dari sahabatnya, Calvin. Ia justru ikut duduk di samping cowok itu, menyadarkan kepalanya pada sandaran sofa. Setelah itu hening, mereka berdua sama-sama diam. Calvin mengamati penampilan sahabatnya ini, kantong mata yang hitam, rambut berantakan, raut wajah murung, masih mengenakan piyama tidur, namun kancing baju yang tidak ia kancing dengan benar. Penampilan seperti ini sudah menjawabkan, bahwa Aksa sedang memiliki masalah. Calvin sudah hafal betul sifat sahabatnya.

"Dari kemarin lo udah beda, ternyata sampai sekarang juga sama. Lo kalau punya masalah itu bilang, jangan dipendam sendiri. Gue sama Bagas bakal siap dengerin keluh-kesah lo. Apa masalah lo ini menyangkut keluarga lo lagi?" Jika diingat-ingat, semua masalah Aksa selalu bersangkutan pada keluarganya. Maka dari itulah Calvin berkata demikian.

Namun ternyata dugaan Calvin salah. Aksa menggelengkan kepalanya pelan, membuat Calvin terdiam sejenak, memikirkan masalah apa yang menimpa sahabatnya itu.

"Tega banget lo buat gue pusing mikirin masalah lo, tinggal jawab aja kali lo punya masalah apa? Biar gue bantu solusi juga," ujar Calvin geram. Ia bukan cenayang yang bisa membaca pikiran orang lain.

"Gak perlu. Solusi lo juga nggak ada yang benar." Akhirnya Aksa menjawab, namun sedikit menusuk bagi Calvin.

"Sialan lo."

Aksa menoleh ke arah Calvin. Kemudian melontarkan pertanyaan yang sama, "lo ngapain ke rumah gue?"

Teringat dengan tujuan awalnya ke rumah Aksa, Calvin dengan cepat mengambil sesuatu di dalam tasnya. Undangan ulang tahun Liora yang ia ambil, mengingat jika tadi Aksa tidak masuk. Oleh karena itulah ia kemari untuk memberikan undangan tersebut.

"Nih, Liora ngasih undangan ulang tahun buat lo. Jangan lupa datang, malam ini." Calvin menyodorkan undangan itu kepada Aksa, cowok itu pun mengambilnya, dan meletakkan begitu saja di atas meja. Terlihat jika Aksa tidak tertarik pada pesta tersebut.

"Awas aja lo nggak datang. Kita having fun di sana. Banyak makanan, lo 'kan doyan tuh makan-makanan gratis," celetuk Calvin sembari terkekeh pelan.

"Itu lo kampret," balas Aksa.

Terlintas sesuatu di otaknya, Calvin dengan spontan menjentikkan jarinya tepat di depan Aksa. Membuat Aksa tersentak kaget, dan menatap bingung ke arah Calvin.

"Kenapa lo?"

"Ada berita hot di sekolah kita. Mau denger nggak?"

Melihat dari raut wajah Calvin yang antusias sekali, membuat Aksa sedikit tertarik untuk mendengarnya. Dengan menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan Calvin itu. Tidak ingin membuang waktu, Calvin pun segera menceritakannya.

"Mawar sama Dinar ternyata nggak pacaran." Mendengar itu, Aksa membulatkan mata kaget. Namun detik selanjutnya, ia langsung menyangkal. Tidak percaya pada omongan Calvin itu.

"Gak usah ngarang deh lo," ujar Aksa serius. Bagaimana mungkin ia bisa percaya, jika dirinya saja salah satu saksi pasangan itu resmi pacaran. Jadi, mendengar berita dari Calvin itu, menyimpulkan bahwa Calvin hanya mengarang berita.

"Ini beneran bego! Makanya tadi itu lo sekolah, biar liat langsung, si Dinar ngomong jujur soal hubungannya sama Mawar, kalau mereka itu nggak pacaran," jawab Calvin dengan nada bicara yang sedikit meninggi.

Tepat detik itulah Aksa terdiam seribu bahasa. Mungkinkah apa yang dikatakan Calvin benar apa adanya? Sungguh, Aksa antara senang dan juga masih tidak percaya. Namun, perlahan sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum lebar. Hatinya mendadak senang, rasa resahnya pun seolah hilang detik itu juga.

Aksa mendongak, menatap Calvin dengan manik mata berbinar, beserta senyum lebar yang masih terpatri di bibirnya. Sementara Calvin tercengang sembari mengedipkan matanya berulang kali. Aksa sudah kembali normal, pikirnya.

"Lo nggak lagi bohong sama gue 'kan, Vin?" tanya Aksa memastikan.

"Ngapain gue bohong? Nggak ada untungnya," jawab Calvin.

***

Dari sepulang sekolah, Mawar sudah dibuat sibuk mencari baju yang cocok untuk ia kenakan ke acara ulang tahun Liora, sudah sepuluh menit berlalu gadis itu mencoba-coba semua baju dress-nya. Namun, tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik. Entah bajunya yang terlihat biasa saja, atau mungkin dirinya yang tidak cocok mengenakan dress. Ah, Mawar sungguh dibuat bingung jika berurusan tentang penampilan.

Gadis itu memandangi lima baju dress-nya yang ia letakkan di atas kasur, kelima baju itu sudah ia coba, dan ia tidak tertarik untuk memakainya nanti. Helaan napas gusar kembali lagi terdengar dari Mawar. Detik selanjutnya, sekilas ingatan terlintas di otaknya. Ada satu baju dari mendiang bundanya yang ia simpan baik-baik. Dan pas sekali jika baju itu adalah dress.

Ia pun lantas berbalik badan, berjalan ke arah lemari bajunya. Lalu menjinjit kakinya untuk memudahkan mengambil kotak persegi empat di atas lemari miliknya yang ukuran tinggi lemari itu setinggi badannya. Setelah dapat, ia menepuk debu yang menempel pada kotak hitam tersebut. Kemudian kembali lagi ke tempat kasurnya untuk duduk di sana, dan meletakkan kotak itu dipangkuannya.

Menundukkan kepala menatap kotak itu lekat, tangan kanannya tiba-tiba saja gemetar saat mencoba membuka kotak itu. Mengingat kembali memori awal yang terjadi padanya dan bundanya mengenai baju dress ini. Rasa sesak di dada kembali lagi terasa.

Flashback on

Gadis kecil dengan rambut berkepang dua sedang menatap pada sang bundanya yang saat ini mengemasi baju-baju yang sudah tidak terpakai lagi, dan meletakkannya sementara di atas kasur, dimana gadis kecil itu berada.

Gadis kecil berumur empat tahun lebih itu sesekalinya mengganggu sang bundanya, seperti menghamburkan pakaian yang ada di kasur itu, atau tidak memakainya di badan kecilnya. Wanita yang memiliki paras cantik itu hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah anaknya itu, tidak ada rasa marah melihat kamarnya yang mulai berantakan karena ulang sang anak. Justru ia senang melihat keaktifan anaknya itu.

Mengangkat satu baju berwarna merah yang menarik perhatiannya, bahkan baju itu pun dipisahkan oleh bundanya dari baju-baju lainnya. Seolah penasaran, ia pun bertanya, "bunda, bunda, ini baju bunda?"

Wanita itu mengangguk. "Iya Mawar, itu baju bunda. Kenapa? Kamu mau memakainya?" Hanya iseng padahal Melati, bunda dari Mawar itu mengucapkannya. Namun ternyata Mawar langsung menganggukinya.

"Boleh aku pakai?"

"Boleh, kalau udah besar, kalau sekarang kebesaran di badan Mawar."

"Belalti baju ini sekarang punya aku?"

Melati mengangguk, membuat Mawar kecil itu bersorak gembira. Bahkan saking senangnya, ia melompat-lompat di atas kasur, dengan diiringi suara melengkingnya. "Asikk!"

"Mawar, kamu mau tau nggak baju itu pemberian dari siapa?" tanya Melati. Dengan wajah polosnya Mawar mengangguk atusias, lalu mendaratkan tubuhnya di atas pangkuan sang bunda yang sekarang sudah duduk di tepi kasur.

"Dali siapa bunda?"

"Ayah kamu, sayang. Ayah kamu ngasih baju ini saat hari ulang tahun pernikahan kami, cukup lama sekali. Bunda sangat menyukai baju ini, tapi sayangnya sekarang sudah tidak terlalu pantas lagi bunda pakai, maka dari itu bunda simpan saja untuk anak bunda ini." Senyum Melati semakin mengembang mengingat momen tersebut.

"Nanti kalau aku udah besal, aku bakal pakai baju bunda," ujar Mawar sembari memeluk baju itu. Sama halnya dengan bundanya, ia sangat menyukai baju itu, pemberian dari sang ayah untuk bundanya, kini diwariskan kepadanya. Betapa bahagianya gadis kecil itu.

"Tentu. Nanti bunda jadi orang pertama yang lihat anak bunda pakai baju dress ini, pasti sangat cantik."

Flashback off

Dengan berlinang air mata, Mawar memakai baju itu, menatapnya pada pantulan cermin. Meremas kuat sisi baju itu, ia tidak sanggup sebenarnya memakai baju bundanya itu. Karena ingatan-ingatan dulu akan terputar kembali di otaknya. Hal itu tidak bisa ia cegah, dan itu membuatnya kembali bersedih.

"Bunda, lihat Mawar, Mawar udah pakai baju bunda, tapi bunda udah nggak ada di samping Mawar. Bunda bohong sama Mawar, katanya mau jadi orang pertama lihat Mawar pakai baju ini."

Karena rasa tidak sanggup ia menatap dirinya di depan cermin, gadis itu lantas terduduk lemas di lantai. Memeluk tubuhnya sendiri, dengan isakan dan air mata yang tak kunjung berhenti. Beginilah rasanya kehilangan, hanya bisa mengingat kenangannya, namun tidak bisa bertemu kembali pada orangnya. Menyakitkan.

***

Pukul delapan malam, tepat acara ulang tahun Liora dimulai, di sebuah hotel yang terbilang sangat mewah, yang di booking khusus oleh papa Liora untuk acara tersebut. Sebagian dari para undangan sudah berkumpul di sana. Suasananya yang sedikit temeram, dengan lampu lilin yang di letakkan di setiap meja-meja, beserta lampu gantung chandelier mewah.

Semua tamu undangan mengenakan topeng yang warnanya beragam-ragam, akan tetapi kebanyakan berwarna hitam. Satu sama lain banyak yang tidak mengenali, karena sepenggal wajah tertutup topeng, ditambah lagi pencahayaan lampu di dalam pesta tersebut minim.

Dari arah pintu masuk, terdapat satu gadis berpakaian dress berwarna merah dengan topeng hitam melekat di wajahnya. Berjalan cukup pelan, karena saat ini gadis itu tengah menggunakan sepatu high heels, yang belum terbiasa ia pakai. Lambaian dari seseorang membuatnya berjalan ke arah sana.

Menghampiri gadis yang berulang tahun hari ini, di samping Liora ada Sheila juga. Dua gadis itu menatap dari ujung kaki sampai ujung kepala, seolah menilai penampilan gadis di depannya ini. Gadis yang bukan lain adalah Mawar itu sedikit malu di tatap seperti itu.

"Mawar terlihat beda banget. Meski pakai topeng, masih terlihat kalau malam ini Mawar cantik banget," puji Sheila, gadis berbadan mungil yang hari ini mengenakan baju dress berwarna pink, yang sangat pas sekali di badannya.

Mawar tersenyum malu-malu, lalu ikut memuji penampilan Sheila yang tak kalah cantiknya. "Sheila juga cantik."

"Aaa... makasih Mawar."

"Jahat banget sih kalian nggak muji gue juga gitu? Gue 'kan lagi ulang tahun nih," gerutu Liora, memandangi kedua temannya yang berlontar pujian, sementara dirinya hanya di diamkan. Membuat gadis itu sedikit kesal, dan menghentakkan pelan kakinya.

Mawar maupun Sheila beralih pandang ke arah Liora, lalu terkekeh pelan melihat Liora marah-marah seperti tadi layaknya anak kecil. Tangan kanan Sheila lebih dulu mendarat di pundak kiri Liora. Kemudian berucap dengan disertai candaan.

"Lo sih pakai baju hitam, jadikan gue nggak liat," ledek Sheila bercanda.

Malam ini Liora mengenakan dress hitam yang simple elegant, tidak berlengan. Make up tipis menambah aura kecantikan pada gadis itu, beserta dengan topeng hitam yang terpasang di wajahnya. Senyum lebar yang selalu ia tunjukkan, membuat para tamu seakan terpesona melihatnya. Meski terhalang pada topeng, kecantikannya tidak bisa ditutupi.

"Liora selalu cantik, bahkan malam ini bertambah dua kali lipat cantiknya," puji Mawar terdengar sungguhan.

"Thank you my friend."

Jika para gadis-gadis berkumpul di dekat panggung kecil yang diletakkannya kue ulang tahun Liora, maka para laki-lakinya berkumpul di pojok yang tersedia sofa besar untuk para tamu undangan duduk di sana. Semua para laki-laki mengenakan baju formal berjas dengan warna beragam pula, yang di dalamnya berkemeja putih.

Salah satunya adalah Aksa, manik mata cowok itu sedari tadinya bergerak kesana-kemari, mencari keberadaan satu gadis bernama Mawar. Ia sedikit kebingung, dikarenakan banyaknya manusia-manusia yang ada di pesta itu, apalagi semuanya menggunakan topeng, membuatnya tidak mengenali orang-orang.

Acara pertama akhirnya dimulai, perayaan ulang tahun Liora. Semuanya berdiri dari tempat duduk, dengan tangan yang memegang satu lilin putih yang di bawahnya dihiasi pita merah. Masing-masing tamu di wajibkan membawa lilin tersebut yang sudah tersedia di meja, tempat semua lilin itu di letakkan.

Yang berulang tahun masih setia berdiri di depan kue ulang tahunnya, tidak sendiri, gadis itu di temani oleh pacarnya, Calvin. Sementara pembawa acara, berdiri sekitar satu meter lebih dari Liora, tangannya yang menggenggam microphone, ia arahkan tepat di depan mulut. Bersiap-siap untuk kembali berbicara.

"Selamat malam semuanya! Malam ini sangat spesial untuk Liora yang tengah berulang tahun. Karena hal itu, mari sama-sama merayakannya. Seperti kebiasaan pada umumnya, mari kita menyanyikan lagu happy birthday untuk Liora," titah pembawa acara tersebut.

"Happy birthday Liora...
happy birthday Liora...
happy birthday, happy birthday...
happy birthday Liora..."

"HAPPY BIRTHDAY LIORA, SWEET SEVENTEEN!!"

Dengan berakhirnya lagu tersebut, Liora lantas memejamkan matanya sejenak untuk memanjatkan satu harapan. Suasana hening beberapa detik. Lalu sorak heboh kembali terdengar saat bertepatan gadis berulang tahun itu meniup lilin yang berada di kue.

Pembawa acara meminta Liora menghampiri satu-persatu tamu undangan yang tengah memegang lilin itu, untuk ia tiup. Berbaris secara rapi agar Liora tidak pusing kesana-kemari menghampiri, dengan di temani Calvin di sampingnya. Cowok itu sangat setia sekali menemani sang pacar yang berulang tahun hari ini.

Setiap meniup lilin dari tamu undangan, tepat saat itulah ucapan selamat ulang tahun kembali terdengar, beserta dengan do'a terbaik untuknya. Liora teramat senang mendengarnya. Usai meniup lilin tersebut, ia kembali di tempatnya.

"Oke, acara selanjutnya. Ini sepertinya yang ditunggu-tunggu para tamu. Penasaran? Baiklah, ayo kita hitung mundur sama-sama."

"TIGA."

"DUA."

"SATU!"

Bertepatan dengan angkat terakhir dihitung, semua lampu tiba-tiba mati. Hanya lilin dimeja sebagai penerang acara tersebut. Remang-remang yang dirasakan, membuat semuanya sedikit gelisah, sekaligus terkejut.

"Semuanya harap tenang! Tidak ada apa-apa. Inilah acaranya. Mencari pasang untuk berdansa!"

Kembali lagi suasana menjadi hening. Hal itu sebenarnya menyenangkan, tapi sedikit dibuat bingung untuk mencari pasangan tersebut. Apalagi mereka semua sedang bertopeng. Takut-takutnya, berdansa dengan pasangan orang.

"Diberi waktu satu menit untuk kalian mencari pasangan itu, setelah lagu diputar, kalian harus berdansa dengan pasangan yang kalian temukan. Jangan memikirkan dulu siapa lawan pasanganmu, ini hanya untuk bersenang-senang."

"Dimulai dari, SEKARANG!"

Teng!

Jam dinding bandul berbunyi, menandakan jika waktu sudah dimulai. Para laki-laki berhamburan mencari pasangannya, sementara para perempuannya diam di tempat menunggu mereka menghampirinya. Layaknya pangeran yang menjemput sang putri untuk diajaknya berdansa.

Mawar dan Sheila masih diam di tempat, berdiri bersampingan memandang satu sama lain. Dua gadis itu hanya pasrah saja, mengingat jika mereka tidak ada kekasih. Tak lama setelah itu, seorang laki-laki datang ke arah mereka. Menyodorkan tangan kanannya di depan Sheila. Gadis mungil itu terlihat kaget, ternyata ada orang yang mau berdansa dengannya. Menoleh terlebih dahulu ke arah Mawar, meminta izin untuk beranjak dari tempat. Mawar mengangguk sembari tersenyum.

Tertinggal lah Mawar sendiri di tempat ia berdiri, memandangi orang-orang yang sudah mendapatkan pasangan berdansa. Ia tidak iri sedikit pun. Gadis itu justru memilih untuk menepi dari tempat itu. Namun karena tidak hati-hatinya, ia hampir terjatuh, tersandung kakinya sendiri. Ingat, ia masih menggunakan sepatu high heels.

Beruntunglah ada seseorang yang menahan kedua sisi lengannya. Membuat Mawar berdiri dengan tegap, setelah itu berbalik badan menghadap pada orang yang menolongnya tadi. Ia tidak mengenalinya, karena orang itu, yang kebetulan laki-laki, masih menggunakan topeng.

"Makasih," ucap Mawar.

Orang itu mengangguk, dengan senyum lebar di bibirnya, samar-samar Mawar melihat senyum itu. Detik berikutnya, laki-laki tersebut membungkukkan badan sedikit, bersamaan dengan tangan yang ia sodorkan ke arah Mawar.

Mengerti dari maksud laki-laki itu, Mawar mengulurkan tangannya, dan meletakkannya di telapak tangan laki-laki tersebut. Padahal Mawar tidak mengenalinya, namun entah mengapa seolah ada dorongan dari dalam tubuhnya untuk menerima ajakan orang itu.

Waktu pencarian pasangan telah habis, lagu pun langsung diputar. Lagu merdu khas orang berdansa. Semuanya mulai berdansa mengikuti alunan musik merdu itu. Sementara di tempat Mawar dan laki-laki itu, masih diam dengan memandang lekat iris mata masing-masing.

Perlahan tangan kanan laki-laki itu mengaitkan jemarinya dengan jemari Mawar, menggenggamnya dengan erat. Selanjutnya, tangan kiri laki-laki itu mendarat pada pinggang Mawar, menarik pelan tubuh gadis itu untuk semakin dekat dengannya. Mawar sangat gugup, bahkan ketara sekali, sampai-sampai laki-laki di depannya terkekeh pelan.

Menggerakkan kepalanya ke arah pundak kiri laki-laki itu, meminta Mawar meletakkan tangan kanan di atas pundaknya. Mawar mengerti, dan menuruti permintaannya. Mereka berdua ikut berdansa seperti yang lainnya.

Melangkah pelan mundur ke kanan dan kiri, sembari menatap lekat pada wajah di depan mereka. Menebak, siapa kira-kira pasangan berdansa ini. Mawar yang semula gugup, akhirnya mulai mereda. Terganti akan kehanyutan dalam berdansa ini. Ia sebenarnya tidak pandai dalam berdansa, namun atas bantuan dari laki-laki di depannya, ia mulai belajar dan terlihat tidak kaku lagi.

Waktunya para perempuan memutar tubuhnya, dengan tangan yang masih berpegangan dengan pasangan dansanya. Lalu, kembali pada gerakan awal dansa. Tidak ada seseorang pun yang berbicara, hanya lantunan musik merdu mengisi kesunyian itu.

Pencahayaan yang begitu minim tidak lagi mereka permasalahkan, terlalu hanyut semuanya pada dansa kali ini. Di tempat Sheila, gadis mungil itu tampak bahagia dengan dansanya, bersama dengan laki-laki yang belum ia ketahui. Tetapi, dari postur tubuhnya, sheila mengenali. Gadis itu berharap, dugaannya benar. Itu akan membuatnya teramat bahagia.

Sekitar lima belas menit mereka berdansa, lagu yang diputar telah berhenti. Keheningan menyapa acara tersebut. berselang setelah itu, pembawa acara kembali bersuara dengan jelas.

"Mari buka topeng kalian! kita lihat sama-sama, siapa kira-kira pasangan berdansa kalian. Saya akan menghitungnya. Satu... dua... tiga! Buka topeng kalian sekarang juga!"

Tangan yang sudah tidak saling menggenggam itu, kini bersiap-siap melepaskan topeng. Tidak memakan waktu banyak, kini topeng sudah terlepas dari wajah mereka masing-masing. Pencahayaan masih sama, terlalu minim, hingga membuat mereka belum sepenuhnya mengenali pasangan dansa masing-masing.

Seusai pelepasan topeng, lampu kembali menyala, sedikit menyilaukan mereka rasa. Tetapi pandangan masih tetap pada satu titik, pasangan dansa. Mawar yang akhirnya tahu siapa laki-laki itu, dengan cepat mundur satu langkah, memberi jarak pada orang tersebut.

Namun nyatanya, laki-laki itu masih ingin berdekatan pada Mawar. Mempertipis jarak antara mereka. Mawar semakin gugup dibuatnya. Senyum lebar itu membuat Mawar tercengang, lalu bersuara dengan pelan, "Aksa? Benarkah ini Aksa?"

"Iya. Terimakasih sudah mau menjadi pasangan dansa ku."

Aksa mendekatkan bibirnya tepat di telinga kanan Mawar, kemudian berucap dengan pelan, selayaknya orang berbisik. "Aku tidak akan lagi melepaskan mu untuk kedua kalinya. Dan, terimakasih sudah memberi kesempatan untukku."

*****

Apa nggak mleyot si Mawar di bisikin kek gitu, sksk

Bagaimana dengan part sekarang? Part yang cukup panjang dari part² lainnya. Semoga nggak bosan bacanya><

Selalu saya ingatkan, untuk tinggalkan jejak kalian sebelum pergi:)
Jika sudah, terimakasih♡

See you next part-!

Continue Reading

You'll Also Like

608 68 2
【 FOLLOW DULU SEBELUM BACA 】 ❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❙❚ Menceritakan tentang seorang gadis sederhana yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada...
862K 61.9K 35
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1M 56.6K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
740 106 40
"Buku harianku hanya bisa mengabadikan kisahnya, tapi tidak dengan mempertahankannya."