Love Story: Ares And Rere (On...

By thxyousomatcha

24.5K 1.9K 129

[Update satu minggu sekali, saat weekend] Bagaimana jika kamu menjadi pelakor untuk merebut suamimu sendiri? ... More

1. Aster
2. Tears
3. Necklace
4. Pelukan Hangat
5. Kissing
6. Pemberontak
7. Hujan
8. Strawberries and Cigarettes
9. Hurts
10. Happiness
11. Flower's Therapy
13. Pengganggu
14. Her Smile
15. Wanita Ular
16. Penyesalan
17. Making Love
18. Love is Pain
19. Kehangatan
20. Mysterious Chocolate
21. She's Josephine
22. He Makes Me Melt
23. Dusk Till Dawn
24. The Truth
25. Rere's Birthday
26. Rere's Other Side
27. Tell a Story
28. With Families
29. Spoiled Husband
30. Tidak Tau Malu
31. She's Win
32. Amarah
33. Kabar Gembira
34. Kehamilan Rere
35. Fakta Baru
36. Merayu Tuhan
37. The Name For A Baby
38. Tell The Truth

12. Lukisan

571 33 7
By thxyousomatcha

Sembari menunggu Ares menyelesaikan pekerjaannya, Rere memilih untuk ke ruang istirahatnya. Sebenarnya, lebih tepat menjadi ruang di mana Rere menghabiskan waktunya untuk melukis. Tidak banyak juga orang yang tau jika Rere bisa melukis. Sepertinya, hanya kakeknya dan Serena yang mengetahui jika ia bisa melukis. Ini adalah bakat yang disembunyikannya. Bahkan beberapa kali juga Rere melelang beberapa lukisannya, tentu saja dengan dibantu Serena karena ia memang tidak ingin identitasnya diketahui. Bahkan yang mengejutkan, Ares memiliki salah satu lukisan karyanya.

Saat ini, Rere sedang melukis sosok pria yang sangat dicintainya. Siapa dia? Tentu saja Ares, siapa lagi, kan. Ini adalah lukisan yang sudah Rere kerjakan sejak 2 tahun yang lalu. Membutuhkan proses yang lama memang. Entahlah, Rere hanya merasa ingin menikmati setiap prosesnya dan tidak ingin terlalu cepat-cepat menyelesaikannya. Dengan foto Ares yang ia ambil 3 tahun lalu, saat mereka sedang berada di Barcelona untuk berlibur.

Ini adalah foto favoritnya. Rere merasa, Ares benar-benar tampan meskipun hanya terlihat dari samping.

Sembari menikmati lagu Gym Class Heroes ft Adam Levine yang berjudul Stereo Hearts, Rere larut dalam dunianya sendiri. “Aku tidak menyangka kamu pandai melukis.” Suara itu membuat Rere terkejut. Ia dengan cepat berbalik, pandangannya menatap sosok Ares yang sudah berada di ruangan yang sama dengannya dengan posisi masih melihat-lihat lukisan miliknya. “Bahkan aku memiliki salah satu koleksi lukisan karyamu, astaga.” Lanjut Ares terkekeh pelan. Pria itu hanya merasa masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Apakah Ares sudah melihat lukisan yang baru dikerjakannya ataukah belum, Rere tidak tau. Karena yang terpenting adalah segera menyingkirkannya, sebelum Ares kembali melihat dan menggantinya dengan memajang lukisan yang lain. Setelah itu, Rere berdiri menghadap ke arah Ares. “Sejak kapan kamu kemari, kak?”

“Baru beberapa menit yang lalu,” ujar Ares tanpa menatap ke arah Rere. “Aku sudah mengetuk pintu, tapi tidak mendengar jawaban darimu. Jadi, aku langsung masuk saja untuk memastikan jika kamu baik-baik.” Lanjutnya setelah itu berbalik menatap Rere.

“Ah, maaf. Aku terlalu sibuk melukis sampai tidak mendengar ada yang mengetuk pintu.”

“Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah lancang masuk ke ruangan pribadimu,” ujar Ares. “Maafkan aku.”

Rere menggeleng dengan cepat. “Tidak, kak. Tidak masalah.”

Ares lalu menarik salah satu sofa mini, mau tidak mau Rere juga ikut duduk di sofa miliknya membuat mereka duduk berhadapan. “Sudah sejak kapan melukis?”

“Sejak kecil,” balas Rere dengan takut-takut karena merasa sedang diintrogasi.

“Orang tua, kakek dan nenekmu tau?”

“Hanya kakek dan Serena yang tau.”

“Bahkan kedua orang tuamu tidak mengetahuinya?”

Rere dengan polos menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

“Kenapa mereka tidak tau? Kamu sengaja menyembunyikannya?”

“Kak ... kenapa kamu mendadak jadi penasaran,” ujar Rere sedikit merajuk. “Aku merasa sedang diintrogasi.”

“Ah, maaf. Aku hanya penasaran saja, Re.”

“Aku akan menceritakannya kapan-kapan. Kenapa Mama dan Papa sampai tidak mengetahui hobiku yang ini,” ujar Rere. “Kalau untuk sekarang, aku belum bisa menceritakannya.”

Ares tersenyum hangat, mengangguk mengerti. “Aku tidak memaksamu, Re. Jika memang tidak bisa diceritakan, tidak masalah. Aku menghargainya.”

“Terima kasih,” ujar Rere tersenyum.

“Aku justru menjadi sangat bangga padamu, Re. Karena kamu termasuk ke dalam pelukis terkenal dengan lukisan-lukisanmu yang cantik dan penuh makna,” ujar Ares. “Meskipun identitasmu disembunyikan dan hanya menggunakan inisial.”

“Kenapa aku tidak menyadarinya? Bahkan kamu menuliskan identitasmu di setiap lukisan, RA. Bukankah Ruella Anastasya?”

“Iya, kamu benar, kak. Sebenarnya aku juga tidak benar-benar menyembunyikan identitasku. Karena aku masih menuliskan inisial namaku.”

“Ingin sampai kapan tidak memberitahukan kepada semua orang jika pelukis RA adalah kamu, Re?”

Rere menggeleng, karena merasa tidak tau. “Aku tidak tau, kak. Aku hanya merasa lebih nyaman jika orang tidak mengenaliku dan fokus untuk menikmati karya lukisan-lukisanku.”

Ares mengangguk setuju, apa yang dikatakan Rere memang ada benarnya. “Ya, kamu benar, Re.”

“Pekerjaannya sudah selesai, kak?” tanya Rere.

“Sudah, Calvin juga sudah kemari untuk mengambil berkasnya.”

“Pulang sekarang?”

“Sudah selesai menikmati aroma bunga dan melukisnya?” Ares balik bertanya. Sikap Ares yang mendadak lebih perhatian membuat Rere tidak bisa menahan rasa senang di hatinya.

Rere tersenyum lebar, mengangguk. “Aku sudah merasa puas dan lebih baik, kak.”

“Oke, kita pulang,” ujar Ares. “Karena kita sedang berada di luar, bagaimana jika sekalian untuk makan malam?” Lanjutnya bertanya.

“Boleh,” balas Rere setuju. “Makan di mana?”

“Ada yang kamu inginkan?”

Rere diam sejenak, sebenarnya ada yang makanan yang diinginkannya sejak kemarin. Hanya saja ia tau, Ares tidak bisa memakannya. Melihat Rere yang sepertinya ragu, Ares kembali bersuara. “Katakan saja, Re. Apa yang kamu inginkan?”

“Mmm ... a-aku ingin sushi,” ujar Rere dengan takut-takut.

Ares mengangguk, memberi kode Rere untuk segera bangkit dari duduknya. “Ayo.”

“Tapi bukankah kak Ares tidak bisa memakan sushi?”

“Memang tidak bisa, tapi kan masih ada menu lain, Re,” ujar Ares tersenyum. “Aku akan memakan ramen.”

Rere mengangguk mengerti, melupakan jika masih ada menu lain selain sushi. “Ah, iya.”

Sesampainya di tempat tujuan, mereka masuk bersama lalu setelah itu Ares berjalan terlebih dulu karena ingin pergi ke kamar mandi. Sedangkan Rere, ia mencari meja kosong terlebih dulu. Saat sudah duduk, baru saja ia akan membaca menu, tapi suara tawa seseorang yang dikenalnya membuat Rere menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah kanan, tidak jauh dari posisinya, sosok yang sangat dikenalnya sedang bergelayut manja di lengan seorang pria dengan sangat romantis. Rere mengerjapkan matanya berulang kali, berharap jika ia tidak salah melihat. Tapi sepertinya memang benar, wanita itu adalah orang yang sangat dikenalnya. Raisa, kekasih Ares. Wanita itu datang bersama seorang pria, entah itu siapa. Jika melihat kedekatan mereka, Rere menduga pasti ada hubungan spesial yang terjadi di antara mereka. Pun misal hanya berteman saja, pasti tetap masih ada batasan-batasannya. Tapi yang dilakukan Raisa dengan pria itu tidak ada. Bahkan kejadian beberapa detik lalu, di mana pria itu mengecup bibir Raisa singkat membuat dugaan Rere semakin kuat.

Tidak ingin Ares melihat, Rere memilih untuk beranjak dari duduknya dan menyusul Ares yang sedang berada di kamar mandi. Ia menunggu di luar. Tidak berselang lama, Ares muncul. Pria itu sedikit terkejut dengan kehadiran Rere yang menunggunya di luar kamar mandi pria. “Kenapa di sini, Re?”

“Aku belum menemukan meja kosong,” ujarnya berbohong. “Bagaimana jika kita pindah tempat saja?” Lanjutnya memberi usulan.

Meskipun merasa sedikit aneh dengan sikap Rere, Ares tetap mengangguk mengikuti usulannya tanpa bertanya lebih lanjut lagi. Bahkan saat keluar, Rere berusaha untuk membuat Ares tidak menoleh ke mana-mana dengan mengajak pria itu mengobrol terus-menerus sampai mereka berada di parkiran. Meskipun obrolan yang Rere mulai terdengar sangat random, tapi Ares tetap menanggapinya.

“Aku punya tebak-tebakan, jawab ya,” ujar Rere membuat Ares mengangguk.

“Malam apa yang serem?” tanya Rere di sela-sela mereka berjalan menuju parkiran.

Ares terlihat berpikir. “Malam jumat kliwon,” jawabnya dengan asal.

“Ih, bukan. Salah,” balas Rere.

“Lalu apa jawabannya yang benar?”

“Malampir,” seru Rere menjawab disertai tawa yang berderai.

Ares yang melihat itu awalnya tidak merasa lucu, mendengar tawa Rere yang terdengar renyah menjadi ikutan tertawa. Rere dengan tingkah recehannya benar-benar menggemaskan. “Awas nanti beneran ada malampir!” seru Ares dengan jahil, pria itu berlari menuju mobilnya meninggalkan Rere yang kesal dengan sikap Ares yang menyebalkan.

“Ya, kak Ares!”













***

Btw, The Sunset Is Beautiful Isn't It? sudah update part 22 dan 23 di KaryaKarsa dan KBM App.

Jadi, di sana kisah Ares dan Rere akan di-update lebih awal daripada di wattpad ya. Untuk jadwal updatenya mulai bulan Agustus di wattpad, satu minggu 1 kali. Sedangkan di KaryaKarsa dan KBM App satu minggu bisa 2 atau 3 kali update begitu ya.

Yang uda penasaran sama kisah Ares dan Rere bisa langsung cusss ke KaryaKarsa dan KBM App-ku. Usernamenya » thxyousomatcha

01 October 2023

Continue Reading

You'll Also Like

139K 3.4K 38
ketika cinta mengubah air mata penyesalan, meninggalkan luka tersimpan yang telah lama tumbuh dan meninggalkan orang yang tepat bagi kita.. terkadang...
80.9K 8.6K 23
Mature Content! Daren sangat membenci Calista dan putranya. Anak itu adalah anak hasil perselingkuhan Calista dengan pria lain saat dulu mereka masih...
35K 3.3K 29
Menikah dengan duda gamon yang ditinggal mati istrinya? Ariana tidak pernah menyangka ia harus menikah dengan seorang pria yang benar-benar membuatny...
3.3M 49K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...