Darius membuka mata begitu merasakan sinar matahari dari balik terai jendela yang tidak tertutup sempurna, dia tidak ingat mengapa dia sampai di kamarnya dengan selamat. Padahal hal terakhir diingatnya adalah dia masih berada di koridor lantai unit apartemennya. Sampai ketika tubuhnya tak sanggup menahan kepalanya yang berat, sebuah tangan mungil membantunya.
Bayangan wajah Keifani yang terakhir dia lihat sebelum matanya tertutup rapat.
"Kei," gumamnya sadar, mengamati sekeliling kamarnya yang tampak rapi. Barang yang diletakkan pada tempatnya tidak bergerak satu senci pun membuat mendesah lega.
Keifani pasti yang membawanya sampai ke kamar, karena hanya perempuan itu yang ada di apartemen ini. Entah mengapa dia tidak marah ketika tahu Keifani dengan lancang masuk ke kamarnya, ya itu bisa Darius jadikan toleransi untuk istri kontraknya.
Keifani bukan orang yang suka memegang barang yang bukan miliknya, karena barangnya masih aman. Alasan mengapa tidak ada yang bisa memasuki kamarnya selain Mami adalah Darius itu orang yang pelupa, sangat parah.
Kalau bukan dia sendiri yang mengatur barang-barangnya, maka sudah dipastikan Darius akan kelimpungan sendiri.
Pernah, sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dirinya pernah kelabakan gara-gara mencari dasi yang ternyata terselip di samping ranjang, dan akibat kejadian itu Darius dihukum dihari pertama masa oreantasi siswa. Dia tak akan pernah melupakan kejadian itu seumur hidupnya, kejadian yang paling memalukan karena sang senior memintanya bernyanyi lagu dangdut seraya berjoget ala Inul Daratista---goyang ngebor---di depan lapangan yang dipenuhi siswa-siswi baru.
Sejak saat itu Darius tidak pernah teledor untuk menyimpan barang-barang yang dipakainya, bahkan dia sendiri yang akan meletakkan dan merapikan barang-barang yang ada di kamarnya, setiap sudah dia pakai langsung disimpan pada tempatnya. Kecuali kemeja dan celananya, urusan cucian juga Darius sudah melakukannya sendiri. Hanya Mami yang tahu tata letak barang-barangnya maka itu cuma Mami yang bisa masuk ke dalam kamarnya, tidak Deana ataupun Papi.
Deana bahkan sempat berhasil masuk kamar Darius untuk meminjam salah satu koleksi jam tangannya, lelaki itu langsung tahu barangnya ada kurang satu dan mencari tahu pelaku yang berani masuk dalam kamarnya. Hingga Deana tersangka utama ketahuan Darius, tidak ada bentakan memang tetapi Darius mogok bicara ke Deana selama seminggu. Hingga membuat adiknya merasa menyesal. Apalagi setelah tahu alasan dari Mami.
Kejadian saat SMP itu hanya awal, karena sejak itu entah sudah banyak kesialan yang menimpa Darius. Padahal dia sudah berhati-hati menyimpan barang-barangnya, tetapi yang namanya musibah tidak ada yang bisa menduga begitu juga Darius. Parahnya lagi kejadian memalukan itu menimpanya kembali saat duduk dibangku SMA.
Ah, lupakan. Kejadian itu sudah tiga belas tahun yang lalu!
Tok... Tok...
Ketukan pintu memaksanya bangkit dari ranjang, Darius tidak akan membiarkan Keifani masuk untuk kedua kalinya. Cukup kemarin malam saja, itupun bisa dia toleransi karena membantunya.
Wajah cemas Keifani terlihat setelah dia membuka pintu, terdengar jelas perempuan itu menghela napas lega.
"Aku kira Mas masih tidur, gimana kepalanya masih pusing?"
Darius berdehem tanpa menjawab pertanyaan Keifani, dia berlalu berjalan ke dapur dengan semponyongan mengabaikan istri kontraknya yang mungkin bingung dengan sikapnya.
Bukannya apa, Darius saat ini butuh air putih untuk menghilangkan dahaganya.
Sementara Keifani masih berdiri gelisah di depan kamar seraya menggigit bibir bawahnya. "Apa Mas Darius marah kalau aku nekat masuk kamar Mas? Tapi kan," Dengan langkah mantap Keifani menyusul Darius. "Mas, maaf kalau kemarin aku lanc----" Ucapannya dipotong Darius.
"Saya lapar, kamu masak apa?"
***
Keifani menatap lekat Darius yang makan dengan lahap, sarapan sederhana dan simple. Melihat wajah lelaki itu sudah kelaparan hal yang dipikirannya hanya membuat telur mata sapi dengan kecap, Mami akan menangis kalau tahu putra kesayangannya dikasih makan seperti ini.
"Kamu nggak makan?" tanya Darius seraya mengangkat kepalanya.
Keifani menggeleng. "Mas aja yang makan, aku nggak lapar."
Darius membagi setengah telurnya lalu mendorongnya pada Keifani. "Ini makan! Saya tahu kamu juga lapar."
Mungkin sebagaian orang akan melihat adegan ini romantis, telur yang dibagi dua. Kenapa tidak sekalian makan di piring yang sama juga sambil saling menyuapi satu sama lainnya lalu Darius akan membersihkan bibirnya yang terkena kecap, terus mata mereka bertemu dan tak butuh waktu lama saling mendekatkan wajah, hembusan napas Darius menyapu wajahnya hingga tak sadar Keifani akan menutup matanya seiring Darius mendekat. Sedetik kemudian bibirnya disentuh oleh benda kenyal yang....
Keifani menghentikan pikirannya yang mulai piknik ke mana-mana, tanpa sadar dia memukul kepalanya pelan.
"Kamu kenapa? Sakit juga?"
"Eh, nggak kok, Mas."
"Terus ngapain kamu pukulin kepala? Jangan bilang kalau kamu lag---"
Keifani beranjak membawa piring ke wastafel. "Aku mau siap-siap ke kantor."
Darius mengikuti dengan tatapan. "Piringnya nggak usah dicuci, kamu siap-siap sekarang."
Wajah Keifani sudah memerah menahan malu, jantungnya pun ikut bertalu saking gugupnya. Bagaimana dia membayangkan sesuatu yang iya-iya di depan Darius? Jika tahu lelaki menjadi objek fantasinya, mau ditaruh di mana mukanya.
"Mas sebaiknya istirahat di rumah aja hari ini," pesan Keifani sudah siap dengan setelan kantornya.
"Iya, saya sudah kabari Taufik." Keifani mengangguk.
"Aku berangkat ya, Mas. Bahan makanan sudah habis di kulkas, jadi kemungkinan pulang kantor aku mampir ke supermarket belanja."
"Iya, saya bisa pesan makanan untuk siang nanti. Saya akan tranfer uang belanjanya sekarang." Baru saja akan mengambil ponselnya di kamar, Keifani menghentikan gerakannya.
"Nggak usah, Mas. Uang bulanan dari kamu masih cukup untuk dipakai belanja." Keifani melangkah ke arah pintu. "Baik-baik ya di rumah, kalau ada apa-apa kabarin aku secepatnya." Tanpa menunggu jawaban Darius, Keifani menghilang di balik pintu apartemen.
Darius hanya menatap dalam diam, sudah hampir empat bulan mereka satu atap. Banyak perhatian yang diberikan Keifani sebagai istri baik di depan orangtua masing-masing juga saat sedang berdua di apartemen. Dan semuanya sangat tulus, Darius bisa merasakannya.
Istri kontraknya itu sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik, padahal dalam kontrak itu tidak ada pasal yang menyatakan jika Keifani harus melayani Darius sebagai suami terutama dalam hal makanan kecuali saat di rumah orangtua mereka. Darius biasa makan diluar, tetapi hampir empat bulan sejak Keifani tinggal di apartemen, lelaki itu sering makan di rumah.
Bahkan tak bisa Darius pungkiri jika semua masakan Keifani bisa memanjakan perutnya, rasanya enak seperti masakan Mami. Dan juga rata-rata masakan Keifani khas masakan rumah. Bahkan telur mata sapi kecap yang tadi dimakannya sangat enak, katakanlah dia lebay. Tetapi itu yang dirasakan Darius, lidahnya sangat cocok dengan semua masakan istri kontraknya.
Ah, seandainya Bella juga bisa masak seperti Keifani. Jangankan masak masakan rumah, Bella masak indomie saja bisa overcook. Darius saja tidak bisa bedakan mana garam dan mana gula tanpa mencobanya, itu salah satu kesamaan mereka, sama-sama tidak bisa masak, itu namanya jodoh, kan?
Eh, ngomong-ngomong Darius belum sempat minta maaf pada Keifani karena insiden teh buatannya sudah pasti asin itu. Lelaki sebenarnya sudah mau membuang teh buatannya untuk Keifani tetapi perempuan bermata kelam itu sudah keluar kamar duluan, mau mengaku bilamana teh itu asin, malah yang keluar dari bibirnya berbeda.
Mau jujur juga sudah kelapang tanggung, malu dan gengsi.
Namun, Darius sudah bertekad untuk meminta maaf nanti.
***
BERSAMBUNG...
Mas Us-Us kembali, adakah yang kangen? Atau biasa aja wkwk
Jangan dong, kasihan Mas Us-Us kesayangan Kei hehe
Btw, aku udah nulis di draft sampai part 20 lho, klo mau aku cepat up, bisalah pake target. Gak banyak2 kok, hanya untuk vote 50+ dan komen 20+ gimana bisa kan? Bisa dong 😜😂
Yuk vote dan komen banyak2, klo sampai target aku up lagi besok ya tapi aku gak ... ya dilihat nanti deh 🤔
See you next part.