BELAMOUR 3.0

By Min_iren

9.5K 1K 9.8K

Bila daksamu terlampau tenat, atma diselimuti masygul muluk-muluk, singgahlah pada tempat yang menurutmu pali... More

Foreword
Letters To A Sacred Soul
Dezamăgire
Woebegone
Continue de t'attendre
Magnolia's Penumbra
Floricide - Smell of the Death from Asphodel
Sacrifice
Trailer
Eccedentesiast - Hides pain behind a smile
Psithurism
Caraphernelia
Endlose Sehnsucht
Lypámai
엑스트라

Absquatulate

432 54 597
By Min_iren


Dua tahun yang lalu.

Hari ini, Korea tengah menyambut antusias musim semi, di mana deru angin yang berembus di musim tersebut, telah mampu membuat sebagian orang menjatuhkan hati atas salah satu musim terbaik di antara musim lainnya yang datang setiap tahun. Menjadikan sungai Han sebagai salah satu pilihan bagaimana keindahan pendar oranye saling mengadu untuk segala kerinduan yang menggebu. Tak ayal, senja sering kali dijadikan satu dari segala cara untuk melepas penat tatkala raga diterkam oleh rasa lelah. Termasuk untuk kedua insan yang tengah saling menautkan jemari satu sama lain.

Sinaran kejinggaan di sana perlahan tampak mengintip malu menjelang datangnya kegelapan malam yang akan mengambil alih cakrawala. Saat mentari setengah hasrat turun keberaduan, di remang langit yang menjulang, sang surya meninggalkan begitu banyak pesan di antara rasa enggan dan sebuah keharusan. Sama halnya seperti Hwang Hyura dan Kim Taehyung yang memilih untuk berjalan-jalan sore di akhir pekan sebelum esok paginya mereka akan kembali pada kesibukan masing-masing. Seakan diderai oleh rasa enggan dan sebuah keharusan.

Kalau boleh memilih, mereka mungkin akan pergi ke tempat yang jauh. Tidak ada seorang pun. Cukup hanya berdua. Tinggal bersama, juga menghabiskan waktu bersama, melihat setiap keindahan pendar serta suara bising deru angin dari bibir pantai. Menyandarkan diri pada bahu kokoh Taehyung sebelum pria itu memberikan kecupan hangat di kening sang puan sebagai tanda kasih sayang.

Nyatanya, waktu akhir pekan pun belum cukup mampu untuk melepas rindu. Keduanya sering kali disibukkan oleh rutinitas masing-masing yang nyatanya berbalut rasa lelah. Menjadikan latar pekerjaan yang bertolak belakang sering kali menjadi alasan mengapa hubungan mereka tak seperti sebagaimana pasangan kekasih normal lainnya.

Waktu mereka cukup terbatas, bahkan untuk mencuri sedikit waktu di jam kerja pun seakan sulit selama deadline terus mengungkung keduanya dalam mengerjakan project-project besar di perusahaan tempat di mana masing-masing dari mereka bekerja. Namun, baik Hyura maupun Taehyung tidak memiliki banyak pilihan. Panggilan pekerjaan merupakan hal mutlak untuk keduanya dikala usia mereka yang sudah sama-sama dewasa. Maka dua hari di waktu akhir pekan pun menjadi satu-satunya pilihan untuk menghabiskan waktu bersama.

Terhitung dua tahun sudah mereka menjalin hubungan setelah Taehyung memberikan pernyataan ajakan untuk berkencan kepada Hyura. Meski awalnya Hyura cukup meragu atas perkenalan singkat keduanya, namun Taehyung perlahan meyakinkan Hyura jika perasaannya nyata dan utuh tanpa adanya sebuah kecatatan. Bagaimana perlakuan Taehyung kepada Hyura yang begitu baik menjadi bukti bahwa pria itu tak pernah main-main dengan perasaannya.

Bagi Taehyung, Hyura adalah satu-satunya perwujudan perempuan sempurna yang mampu bersanding dengannya. Tak ada perempuan lain, cukup untuk satu nama, Hwang Hyura.

Segalanya tampak begitu indah, bahkan melebihi warna kemerahan pada semburat jingga yang menjadi gradasi di tengah sinaran mentari sore penuh kemilauan menakjubkan. Bahkan untuk kelopak sakura yang terbawa oleh semilir angin si pembawa ketenangan pun nyatanya tak akan pernah sebanding dengan bagaimana gambaran perasaan Taehyung yang penuh damba akan sosok Hyura.

Taehyung tidak pernah menampik jika hatinya sudah terisi penuh oleh si pemilik iris indah yang menyerupai galaksi bima sakti. Membawanya pada jembatan di mana semua waktu akan berhenti selayaknya berjalan bersama dalam mimpi. Berjalan bersama dengan tangan yang saling menggengam hingga menemukan perbatasan di ujung jalan. Maka untuk alasan apa pun, Taehyung tak akan pernah melepaskan rengkuhan tangan besarnya pada Hyura.

Pandangan keduanya kini memindai sekitar, menelusuri taman tersebut hingga langkah itu sampai pada barisan pohon sakura yang berdiri tegak memanjang mengikuti arah jalanan di sepanjang pinggiran sungai Han.

Sejenak Taehyung menatap damai setiap kelopak bunga sakura yang jatuh menyapu wajahnya secara lembut. Menikmati bagaimana desiran angin telah sanggup mengundang lengkungan kurva indah yang terpatri di kedua sisi. Yang kemudian berujar dengan tenang, "Hyura, apa kau tahu tentang filosofi dari kelopak bunga yang tertiup angin?"

Hyura lekas menoleh. Menjadikan satu gelengan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Perlahan satu tangan besar Taehyung terangkat bersama iringan senyum yang belum juga memudar dari tempatnya. Berharap jika satu kelopak bunga sakura yang beterbangan dapat jatuh tepat di atas telapak tangan yang kini terbuka. "Ada yang mengatakan jika kau berhasil menangkapnya tepat di tanganmu, maka cintamu akan menjadi kenyataan."

"Benarkah? Siapa yang mengatakan itu?"

Senyum Taehyung kian melebar, menatap perempuannya yang begitu lugu dengan kilau mata yang lagi-lagi sanggup menjadi titik kelemahan.

"Aku membacanya dari buku," ucap Taehyung dengan suara rendah. "Tapi kau tahu? Hal yang paling terpenting adalah kau tidak harus mencoba menangkap kelopaknya. Jika ingin cintamu menjadi kenyataan, kelopak itu harus jatuh dan mendarat tepat di telapak tanganmu."

Hyura seketika menyerngit. Pandangannya kini ikut menatap setiap hal yang ada di depannya. Termasuk untuk kelopak bunga sakura yang tengah berjatuhan. "Jadi itu artinya aku harus menunggu daripada harus berusaha untuk menangkapnya?"

Lagi-lagi Taehyung hanya mampu tersenyum untuk keluguan kekasihnya yang lain. Rasa-rasanya ia akan jatuh cinta untuk setiap detik pada jarum jam yang tak pernah berhenti berputar hanya karena menatap senyum Hyura. Tidak peduli berapa banyak detik itu akan memutar, selama seorang Hwang Hyura yang ada di sana, tentu Taehyung akan menyanggupinya dengan baik.

"Hm, tidak juga. Karena cinta itu sesuatu yang tidak dapat kau tangkap atau ditahan. Tapi kau harus membiarkannya mengikuti ke mana arah angin itu akan membawamu. Yakinkan mereka dengan perasaan utuhmu tetapi jangan pernah memaksanya untuk mengubah haluan."

Hyura terdiam. Kepalanya sesegera mungkin menoleh pada Taehyung sembari berusaha menyamakan pandangan. "Bagaimana jika mereka pada akhirnya membawaku pada kegelapan? Bukankah itu sama saja seperti aku membahayakan diriku sendiri?"

Taehyung sedikit tertawa setelah mendengar itu. Entah mengapa Hyura begitu menanggapi ucapannya dengan serius. "Tidak selamanya kegelapan hanya membawa keburukan, Sayang. Setidaknya di tengah kegelapan kau bisa menemukan ketenangan meski harus merasakan bagaimana rasanya diasingkan."

"Tetap saja semuanya terasa hampa dan percuma. Jika tujuan hidup memang untuk mencari ketenangan, bukankah itu sia-sia?"

Mendadak Taehyung terbungkam untuk pernyataan Hyura barusan. Sahutan Hyura nyatanya telah mampu membuat langkah kaki Taehyung mendadak terhenti. Lantas ia tak terburu-buru untuk menanggapi kala melihat raut wajah Hyura yang ingin berujar suatu hal yang tengah ditahan.

"Aku pernah merasakan sekali bagaimana rasanya tinggal dalam kehancuran, Tae. Bahkan aku menemukan diriku jatuh lebih dalam dari pekatnya kegelapan."

Taehyung masih menatap Hyura di sana tanpa mengalihkan pandangan.

"Saat dunia tak sejalan seperti yang ada dalam bayanganku, yang tersisa hanyalah kehancuran. Tinggal bersama rasa keterpurukan di setiap malam yang tak pernah berujung, merupakan titik awal di mana duniamu akan segera hilang bersama kenangan. Maka dari itu, setelah aku mendengar pernyataanmu barusan, rasanya aku tak ingin tinggal lagi di sana untuk kedua kalinya. Cukup hanya sekali untukku bagaimana kehancuran itu merenggut kebahagiaanku."

Hyura telah selesai dengan kalimatnya. Hingga mendadak tubuh wanita itu mendesir hebat kala Taehyung menatapnya begitu lekat.

Menjadikan Taehyung sudah lebih dulu mengambil satu langkah untuk mengikis jarak. Hatinya kini tengah merasakan sejumlah sayatan kepedihan yang tak nampak mana kala mendengar pernyataan Hyura. Taehyung tahu betul bagaimana kehancuran wanitanya saat itu. Bahkan jika harus mengorbankan nyawa, Taehyung tak akan pernah ragu untuk mempersembahkannya jika memang hal itu dapat membuat Hyura terhindar dari kehancuran. Namun, kenyataan tetaplah kenyataan. Karena pada dasarnya ia pun tak dapat mengubah apa pun yang datangnya dari masa lalu. Taehyung hanya sanggup dalam batasan memperbaiki. Bahkan untuk memperbaiki pun, ia masih begitu meragu.

Saat satu kebenaran telah Taehyung ketahui tentang hidupnya. Tentang semua yang akan terjadi. Tentang apa yang tengah berdiri dalam kenyataannya sekarang ini, juga tentang Hyura. Perlahan menghancurkan niat yang sebelumnya telah menjadi rencana di masa depan. Kini, keinginan itu telah tersapu bersih oleh ombak yang membawanya hingga ke tengah lautan hampa nan sepi. Menandakan bahwa semua impian itu ikut menghilang.

Tetapi lagi-lagi, Taehyung sendiri pun tak dapat menghindari kenyataan yang tengah bermain peran dalam hidupnya. Takdir sudah lebih dulu mencatat semua rentetan cerita di buku kehidupannya. Sedangkan ia tak memiliki pilihan. Sebab apa ada di depannya saat ini merupakan sebuah kehancuran dalam bentuk lain.

Taehyung lantas mengambil bahu Hyura, hendak mempertemukan pandangan satu sama lain. "Hyura, saat aku melihatmu untuk pertama kalinya, aku berharap pada sebuah keajaiban akan mempertemukan kita kembali. Entah itu sebuah ucapan mantra atau tidak, tapi seminggu setelahnya aku menemukanmu sedang duduk sendirian di toko cokelat di mana strawberry smoothies-nya menjadi alasanku untuk terus datang ke sana. Bagiku kau seperti keajaiban di antara bintang yang bersinar paling terang di gugusan galaksi. Kau memiliki cahaya itu dalam hidupmu sekali pun kegelapan menghampirimu. Tapi nyatanya kau lebih terang dari itu. Meskipun sang Sirius tinggal dalam kegelapan, tetapi dia bisa sangat dominan dengan cahayanya yang begitu terang hingga menjadikan ia yang paling cantik di galaksi. Bagiku kau menyerupai Sirius itu."

Hyura hanya mampu mendengarkan. Matanya masih fokus untuk mengamati Taehyung. Merasakan jika sesuatu tengah tersimpan apik dalam balutan pendar mata pria itu. Bagaimanapun Hyura mengenal Taehyung dengan baik. Prianya takkan mengatakan hal sedemikian rupa jika tidak ada maksud yang tersembunyi terlepas dari semua ucapannya.

"Saat aku memutuskan untuk mendekatimu, aku benar-benar membawa semua perasaan utuhku padamu. Aku serius mengatakannya dari hatiku jika semua ucapanku padamu bukanlah suatu kebohongan sekali pun harus mempertaruhkan semua yang aku punya untuk membuktikannya. Hanya kau satu-satunya wanita yang pantas bersanding denganku. Bahkan jika memang reinkarnasi itu nyata, aku takkan pernah ragu untuk kembali jatuh cinta padamu. Segala sesuatunya memang tidak ada yang sempurna, namun setelah aku bertemu denganmu, kau menjadi satu pengecualian untuk pernyataan itu."

Taehyung telah selesai dengan pernyataannya. Meninggalkan sebuah kejanggalan untuk Hyura yang masih menatapnya penuh.

"Kau tahu, Taehyungie? Hari ini kau benar-benar aneh. Semua ungkapanmu terdengar seakan-akan semuanya akan segera berakhir. Apakah tebakanku salah?"

Taehyung lantas menggeleng cepat, menampik keterangan Hyura sembari tersenyum dengan air muka yang tak dapat diartikan. "Satu-satunya yang menjadi akhir adalah saat salah satu dari kita sudah menemukan dunia yang sebenarnya, Hyura. Aku bisa mempertaruhkan semua yang kukatakan padamu hingga akhir jika pernyataanku padamu bukanlah semata-mata hanya bualan. Atau teka-taki yang harus kau pecahkan. Aku hanya ingin mengatakan bagaimana perasaanku terhadapmu sebelum aku tak memiliki kesempatan untuk itu."

'Taehyungie, aku ingin melihat Sirius yang sering kau bicarakan itu. Aku ingin lihat seberapa cantik dia di langit malam.'

Hiruk-pikuk udara malam kini menjadi latar di mana Taehyung dan Hyura tengah terduduk di atap gedung bersama teropong bintang yang Taehyung bawa dari dalam flatnya.

Untuk kesekian kalinya, Taehyung harus mengatakan berulang kali bahwa apa pun permintaan Hyura, maka ia sanggup untuk menjadikannya nyata termasuk pada permintaan wanitanya yang ingin melihat Sirius di langit malam.

Taehyung kemudian membuka mantel cokelat panjangnya, menyingkapkan mantel itu di kedua bahu Hyura kala sergapan angin malam mampu mengigit kulit. Menjaga perempuannya agar tetap hangat. Seakan menghalau udara dingin yang menginvasi tubuh ringkih Hyura.

"Kebanyakan orang di belahan bumi utara memperhatikan Sirius di Tenggara-Selatan. Atau Barat Daya pada malam hari dari musim dingin hingga pertengahan musim semi. Dan kau beruntung, Hyura. Karena malam ini kita memiliki kesempatan untuk melihatnya."

"Benarkah?" Hyura menatap penuh binar antusias, menjadikan Taehyung sejenak larut pada keindahan lain yang nyatanya tak kalah jauh indah dari semua benda langit yang memancarkan kilauan cahaya. Hingga berhasil membuat Taehyung sering kali menemukan dirinya kembali menjatuhkan hati pada pesona hitam jelaga yang begitu memabukkan.

"Sebenarnya kau bisa melihatnya secara langsung tanpa harus menggunakan teropong. Sebab sirius memancarkan cahayanya sendiri." Taehyung lantas tersenyum, kembali menatap Hyura. "Kau bisa melihatnya dengan mata telanjang."

"Lalu untuk apa kau membawa teropong?"

"Hanya untuk berjaga-jaga jika awan mendung akan menutupi Sirius-nya."

Lagi. Taehyung tak dapat mengalihkan pandangannya pada Hyura. Menatap wanita itu penuh damba. Menjadikan Hyura sebagai titik fokusnya saat ini. Seolah Taehyung tengah mencoba untuk membunuh waktu yang terus berjalan. Merekam semua bayangan Hyura dalam ingatan sebelum takdir merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya. Sebab pada akhirnya semua itu akan lenyap ditelan oleh semesta.

Maka ketika hari itu tiba, Taehyung sanggup membawa semua keterpurukan serta mimpi buruk Hyura yang selama ini menjadi ketakutan terbesar wanitanya. Membawa jauh dari keberadaan Hyura hingga mereka tak akan dapat lagi menyentuh miliknya. Ya, Taehyung harus mampu menyembunyikan bayangan itu dari Hyura. Menyimpan rapi hingga batas waktu yang belum ditentukan. Meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja saat ia berhadapan dengan Hyura. Setidaknya, begitulah cara Taehyung menutupi kebenaran yang belum juga mampu ia ungkapkan pada kekasihnya.

Perlahan Hyura mendongak, memandang langit dengan pancaran titik-titik yang berkelap-kelip sebagai suguhan untuk malam ini. Namun, satu titik yang lebih terang di sana mampu menarik perhatian. Disanalah sirius tengah menunjukkan diri di bentangan angkasa malam.

"Aku pernah mendengar pernyataan yang mengatakan bahwa bintang yang paling terang akan mengabulkan semua permohonan asalkan kau serius memintanya."

"Terdengar konyol untukku," sahut Taehyung.

"Memang. Tapi tidak ada salahnya jika kita mencoba, bukan? Lagi pula di sana ada ayah dan ibuku yang akan mendengarkan. Sebelum ibu pergi meninggalkanku, dia selalu berkata jika aku memiliki sesuatu yang sedang dipendam dalam hati, aku boleh membagi masalah itu pada langit malam. Sebab mereka akan memberikanmu kekuatan dan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Saat itulah aku belajar bahwa konstelasi bintang berubah menjadi musim. Bahkan tidak selamanya bintang akan redup ditelan oleh awan mendung, karena mereka tidak akan pernah meninggalkan tempatnya."

Setelahnya, Hyura meraih tangan besar Taehyung. Mencoba untuk meyakinkan kekasihnya. "Kau harus mencobanya, Tae."

Hitam jelaga itu kini kian redup. Taehyung kembali merasakan sejumlah sayatan tanda keperihan dalam hatinya. Taehyung stagnan dalam pikiran yang kacau. Segala sesuatunya semakin rumit. Seolah semesta ingin memperingatkan bahwa waktu tak pernah berhenti berputar.

Hening menyambut. Hanya ada deru angin malam yang menelisik pendengaran saat Taehyung kembali larut dalam pikiran. Menjadikan ketakutannya kian bertambah kala wanita yang ada di depannya saat ini menatap dalam dirinya. Taehyung bahkan ingin mematahkan takdir yang begitu kejam untuknya. Namun, ia pun tak dapat memilih saat segala sesuatunya begitu nyata di depan sana. Ya, Taehyung kalah untuk itu.

Bagaimana aku ingin mencobanya sedangkan yang ingin aku ucapkan adalah kehancuran untukmu, Hyura.

Taehyung lantas tersenyum dalam pikiran yang kacau. "Haruskah?"

"Hm. Kau harus mencobanya. Sampaikan apa pun yang ada di hatimu." Hyura kembali merangkum tangan besar Taehyung. Menatap prianya dengan tatapan penuh yang berbalut kehangatan. "Taehyungie, saat aku menatapmu, aku hanya menemukan ketakutan di sana. Aku tidak tahu apa yang sedang kau sembunyikan dariku saat ini. Aku hanya ingin memberitahumu jika semuanya akan baik-baik saja. Kau tidak perlu merasa takut untuk hal apa pun yang tengah menanti di ujung jalan sana. Karena kau hanya perlu melalui jalan itu jika memang tak ada jalan lain sebagai jalan keluarnya. Perlahan semuanya akan berlalu. Anggap saja segala kesulitan saat ini sebagai pembelajaran untuk mendapatkan yang lebih baik lagi nantinya."

Setelah mendengar itu, Taehyung benar-benar merasakan nerakanya semakin dekat saat Hyura tak pernah mengetahui tentang apa pun. Tentang apa yang tengah Taehyung hadapi saat ini. Entah untuk jalan keluar pun rasanya tak akan pernah ada. Bahkan hingga sekarang ini, Taehyung masih menahan semua kehancurannya seorang diri. Menahan semua lirihan air mata agar tak keluar dari kedua pelupuk mata.

Sejenak Hyura melepaskan mantel cokelat Taehyung yang tersingkap di kedua bahu. Memilih untuk mendekat pada keberadaan prianya. Mengambil satu langkah untuk mengikis jarak keduanya hingga pada jarak intim. Hendak memberikan pelukan yang membaur kehangatan dari sosok wanita dewasa penuh kelembutan. "Semuanya akan baik-baik saja, Tae."

Taehyung mengangguk lemah. Lantas segera membawa Hyura ke dalam pelukan erat miliknya. Menjadikan bahu sempit perempuannya sebagai tempat di mana raungan tangis itu perlahan terdengar begitu lemah. Dan sekali lagi Taehyung mendapati kekalahan atas dirinya yang begitu hancur dalam satu waktu.

Maka di detik itu, Taehyung mengubah semua keinginannya. Keinginan untuk hidup lebih lama bersama Hyura.

Dua tahun kemudian.

Dari segala sesuatu yang ada di hadapannya sekarang, Hyura meyakini jika semesta memiliki cara tersendiri untuk segala pertemuan pun perpisahan. Termasuk untuk masing-masing takdir antara dirinya dan Taehyung.

Segala sesuatunya memang tidak ada yang abadi selama dunia masih berputar pada porosnya. Sebab rupa keabadian yang sesungguhnya tidak pernah ditemukan dalam sejarah. Siapa pun bisa berubah, begitu pula dengan takdir.

Dua tahun lalu, Hyura telah mendapati dunianya hancur tanpa lagi memiliki bentuk saat ia tak pernah mengetahui jika selama ini kanker telah tumbuh dalam jaringan kepala Taehyung hingga pada stadium akhir. Ya, Taehyung menutupi semua kebenaran itu secara rapat dari Hyura. Termasuk penyebab mengapa pria itu mendadak mengasingkan diri.

Taehyung memilih untuk pergi, membawa semua kesakitannya seorang diri. Membawa rasa sakit itu hingga pada dasar jurang yang terdalam, menjadikan Hyura tak mampu melihatnya bahkan hanya untuk sekali.

Hyura bahkan mengakui bahwa prianya tampak begitu hebat untuk menyembunyikan segala sesuatunya dari dirinya. Begitu pula untuk rasa sakit yang Taehyung derita setiap kali penyakitnya kembali menyerang semua pertahanan kerja tubuh pria itu. Menjadikan alasannya yang ingin pergi ke toilet sebagai salah satu cara yang Taehyung tempuh untuk menyembunyikan semua rasa sakitnya di hadapan Hyura.

Semua yang terjadi di masa lalu kini telah berubah menjadi kepingan-kepingan memori yang telah berhasil Hyura kumpulkan bersama kekasihnya sebelum semesta membawa Taehyung ke tempat yang begitu jauh. Bukan ke tempat lain yang berbahaya, melainkan ke tempat di mana manusia tidak akan dapat menjangkaunya. Atau bisa dibilang tempat itu jauh dari peradaban, namun sesungguhnya tempat baru Taehyung begitu indah. Sangat indah. Bahkan kata indah pun nyatanya tak akan pernah sebanding dengan bagaimana rupa satu tempat itu yang sesungguhnya. Dan semua orang kompak menyebut tempat tersebut dengan surga.

Ya, Taehyung telah pergi. Pria itu telah pergi dengan damai tanpa harus merasakan sakitnya dari sebuah penderitaan yang selama ini menjadi mimpi buruknya.

Selama empat tahun pula Hyura tetap menjalani hidupnya tanpa kehadiran seorang Kim Taehyung di sisinya. Mendapati bahwa Taehyung masih terlihat begitu tampan dengan bibir pucat serta mata yang ikut terpejam kian menyiksa Hyura dari dalam.

Sekarang, Taehyung telah tertidur pulas untuk selamanya dalam kedamaian. Tidak ada lagi rasa sakit yang harus ia tahan. Tidak ada lagi obat-obatan pahit yang diminumnya sebagai penunjang hidup. Sebab prianya sudah terbebas dari semua kepahitan serta kesakitan.

Taehyungnya telah berjuang hingga akhir. Bahkan sebelum tubuhnya tak mampu lagi melawan kanker yang terus menyebar hingga ke seluruh organ tubuh, Taehyung masih berjuang untuk tetap hidup. Untuk tetap bersama Hyura. Namun tak ada yang bisa menghentikan jalan kehidupan.

Taehyung sudah menjelma menjadi sosok malaikat yang ikut hidup dalam surga. Dan Hyura mampu memberikan waktu terakhir Taehyung dengan kenangan indah bersama ucapan selamat tinggal yang nyatanya hanya mampu ia larikan dalam hati.

Selamat tinggal Sirius-ku..

Langit sore kini kembali mengukir satu lagi kenangan untuk Hyura dikala wanita itu baru saja membuka daun pintu yang menjadi pembatas untuk sekotak kerinduan akan sosok Taehyung. Dinding hati Hyura kian menghimpit kala mendapati bilik kamarnya yang begitu banyak menorehkan kenangan bersama Taehyung. Menelisik setiap dinding putih yang banyak terpajang bingkaian foto antara dirinya dan Taehyung.

Hyura menegakkan tubuh, beralih ke sebuah jendela kecil yang tertutupi oleh tirai putih. Tangan ringkihnya lantas menyibak bentangan kain putih itu, membiarkan deburan angin sore untuk masuk ke dalam kamarnya bersama anakan angin yang sanggup membawa ketenangan yang nyata.

Lantas Hyura beralih. Membawa tubuhnya untuk duduk di pinggiran ranjang empuknya. Mengambil satu kotak cokelat berukuran cukup besar yang tersimpan rapi di dalam lemari pakaian. Mengulurkan tangan, Hyura kemudian meraih sebuah buku tebal tempat di mana ia menyimpan segala kenangan di masa lalu dalam bentuk jepretan saat Taehyung mengambilnya secara diam-diam. Semua tampak begitu indah, bahkan dalam balutan potret sekali pun.

Perlahan Hyura membuka lembar demi lembar album foto itu hingga pada halaman terakhir sebelum meletakannya di nakas samping ranjang. Setiap potret menggambarkan tatapan cinta penuh damba dari Taehyung untuk Hyura. Seolah dunia dalam rupa polaroid itu terasa ikut hidup bersama Hyura hingga saat ini.

Satu per satu Hyura kembali melihat cerita hidup mereka. Cerita yang ia ketahui bahwa wujud kenangan itu tak mungkin dapat terputar kembali. Menjadikan raga rapuh itu kembali terenggut kala mendapati sebuah tulisan pesan yang tertulis dalam bentuk kalimat di ujung kertas.

Aku akan datang kembali padamu tanpa suara
Bahkan setelah semuanya terjadi
Aku masih menunggumu di tempat yang sama
Dengan hatiku untukmu yang tidak bisa berhenti

Embusan napas berat langsung tercipta saat Hyura baru saja selesai membaca guratan tipis pena yang Taehyung tulisankan di sana. Bahkan untuk setiap kenangan nyatanya telah mampu menyakiti hati Hyura.

Setelahnya, mata Hyura lekas menangkap satu benda pipih yang juga ikut tersimpan dalam kotak penuh kenangan itu bersama barang-barang lainnya.

Jari lentik Hyura kini menekan tombol power pada benda tersebut hingga menampilkan sebuah wallpaper berupa foto dirinya dan Taehyung yang tengah menampilkan senyum kebahagiaan dengan deretan gigi putih yang terbingkai oleh birai kemerahan. Tangan Taehyung merangkul pinggang Hyura penuh kepemilikan hingga siapa pun yang melihat dapat merasakan bagaimana wujud kebahagiaan kedua insan itu begitu nyata dan sempurna.

Hyura menatap foto itu cukup lama bersama kesadarannya yang ikut larut ke dalam masa lalu. Menjadikan kedua pelupuk mata bengkak sisa tangisan semalam kini kian memanas serta kembali menampilkan ruam kemerahan di sekitar kantung mata.

"Kau benar, Tae. Tidak ada satu pun yang menjadi akhir untuk hubungan kita selain kematian," monolog Hyura sedikit bergetar. "Seharusnya kau tak perlu membuktikan ungkapan itu. Sebab sampai sekarang pun aku masih berharap jika kepergianmu merupakan mimpi buruk panjang dalam tidurku."

Maka ketika seluruh rasa kacau itu meledak bersama tangisan yang sanggup meruntuhkan takdir yang begitu kejam, Hyura kembali meraung untuk semua kenyataan yang begitu menyiksa.

Hyura hanya sendiri di sana. Tak ada seorang pun yang mampu memeluk raga yang terlihat begitu rapuh. Bahkan hitam jelaga miliknya tak lagi menunjukkan semesta di sana. Cahaya Sirius miliknya telah redup. Semua telah hilang bersama satu kalimat Taehyung yang terus berdengung di kepala Hyura.

"Saat tak ada satu pun yang sanggup untuk menghiburmu, ingatlah semua hal yang pernah kukatakan padamu. Berjanjilah padaku jika kau akan bahagia dengan atau tanpa adanya diriku."

"Aku mencintaimu—sangat mencintaimu. Bahkan untuk selamanya."


- THE END –


Terima kasih banyak kepada kalian yg sudah membaca cerita ini hingga akhir. Mohon maaf jika masih terdapat kekurangan baik berupa alur maupun jalan cerita yg tertera. Semoga dengan cerita Taehyung-Hyura ini dapat menghibur kalian dan memiliki kesan tersendiri di hati kalian masing-masing. Big luv!

Terima kasih banyak kepada ke-13 author karna berkat kalian project Belamour ini bisa sampai pada series ke-3. Terima kasih untuk kerja kerasnya dalam menyajikan cerita yg begitu epik hingga meluangkan waktu yg tidak sedikit untuk menciptakan karya satu karya. Terima kasih untuk karya terbaiknya meski harus melawan moog yg terkadang menjadi ancaman terbesar. Terima kasih sudah berhasil melahirkan sebuah karya yg terselip banyak makna. Cara kalian membuat cerita yg mengandung banyak pembelajaran itu luar biasa keren dan itu adalah honor buat kalian. Jadi terima kasih sudah mengenalkan cerita itu dengan versi diri kalian sendiri. I really appreciate!<3



























🧚moonlatae🧚

Continue Reading

You'll Also Like

203K 819 5
ONE SHOOT 21+ If you found this story, u clearly identified as a horny person. So find ur wildest fantasy here and just let's fvck, yall.
61.5K 317 6
📌 AREA DEWASA📌
75.8K 1.5K 15
[One Shoot] [Two Shoot] 1821+ area❗ Adegan berbahaya ‼️ tidak pantas untuk di tiru Cast : Taehyung (Top) Jungkook (bot) # 1 oneshoot (23/05/2024) #...