BELAMOUR 3.0

Von Min_iren

9.5K 1K 9.8K

Bila daksamu terlampau tenat, atma diselimuti masygul muluk-muluk, singgahlah pada tempat yang menurutmu pali... Mehr

Foreword
Letters To A Sacred Soul
Dezamăgire
Woebegone
Continue de t'attendre
Magnolia's Penumbra
Floricide - Smell of the Death from Asphodel
Sacrifice
Trailer
Eccedentesiast - Hides pain behind a smile
Psithurism
Caraphernelia
Endlose Sehnsucht
Absquatulate
엑스트라

Lypámai

396 58 781
Von Min_iren


Tidak pernah tebersit di pikirannya, tatkala apa yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan, berharap hidup bahagia bersama orang yang dikasihi, bisa tertawa, saling merangkul di saat merasakan perih dari pahitnya takdir semesta ini. Asa akan ada keajaiban di dalam hidupnya, selalu ada yang menyayangi dan menerima dia, meski dalam keterbatasan.

Namun, tetap saja pada nyatanya, tak ada yang mengerti apa yang ia alami sekarang. Ia berharap ada orang yang memberi kehangatan dari rasa dingin kehidupan setelah kejadian dua tahun silam, di mana kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan maut yang membuat ia harus menjadi gadis buta dengan trauma yang mendalam.

Menyedihkan? Itu yang ada di pikirannya saat ini, siapa yang mau menerima gadis dalam keadaan seperti ini? Kekasih pun pergi setelah tahu ia tidak sempurna, perasaan gelisah seakan ia ingin mengakhiri kehidupannya.

Apa guna hidup di mansion mewah jika harus sebatang kara, hanya ditemani pelayan rasanya sangatlah membosankan. Apalagi dalam seminggu dua kali harus ke psikiater menindak lanjuti kekacauan dalam dirinya yang sudah tidak tahu arah tujuan hidup. Lelah, itu yang ia rasakan sekarang, ditambah pernikahan yang membuat tekanan mentalnya semakin mendalam. Akibat perjanjian konyol kedua keluarga yang sama-sama ingin keuntungan besar tanpa melihat situasi dari anaknya seperti apa, dan semua itu sudah tertulis di kertas putih di tempel materai yang tidak bisa ia tolak. Dua tahun yang lalu perjanjian itu ada.

Min Yoongi, lelaki itu sekarang telah resmi menjadi suami dari gadis malang, Park Wendy. Bolehkan ia sedikit menyimpan asa untuk hidupnya kali ini? Dengan ada seseorang di sampingnya? Yang mampu merangkulnya, atau malah sebaliknya asa itu hancur? Entahlah kita ikuti alurnya.

Meskipun rasa cinta belum hadir dalam hatinya, ia berusaha memantapkan diri untuk percaya kepada lelaki bermarga Min itu. Meski dengan tekanan yang membuat dirinya merasakan ketakutan yang amat luar biasa.

Kenapa?

Karena lelaki yang menikahinya ternyata tidak menerima keadaannya, baik mental maupun fisik. Yang membuat dia sering kali menggigil ketakutan dari sikap pria Min yang bisa dibilang lebih dingin dibandingkan Kutub Utara yang bisa mencapai minus nol derajat. Ditambah begitu pelit ia berucap membuat gadis Park itu merasa kedinginan di ruangan yang begitu hangat.

Sungguh! Ini semua semakin rumit saja, bukan meringankan traumanya. Justru menambah beban mentalnya, berharap ia dipeluk dari rasa kesepian selama ini. Namun, nyatanya malah semakin terpuruk, hanya buliran-buliran bening yang selalu berjatuhan di wajah mulus yang jarang sekali terkena pendar baskara itu, tak ada semangat dalam dirinya seakan hidupnya sudah mati.

Pernah tebersit pula di pikirannya untuk sekadar menyapa lelaki Min yang beku itu dan menampilkan senyuman di hadapannya. Namun, itu terasa kelu untuk ia ucapkan karena rasa ketakutan dan tak ada rasa percaya diri. Di tambah lelaki Min itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan kekasihnya Lee Yonran, tanpa sepengetahuan Wendy tentunya.

"Yoong, lima puluh persen lagi pernikahan kita akan digelar," ujar Yonran wanita yang mempunyai wajah teduh dan mampu mencairkan gumpalan es seperti Min Yoongi.

Yoongi menerbitkan senyum yang kelewat manis, kemudian mengelus surai wanitanya dan sedikit mengacak. "Iya, Sayang," ucapnya.

Maafkan aku Ran, telah membohongimu sejujurnya aku sudah menikah dengan gadis buta itu. Tapi percayalah cintaku tetap untukmu. Tunggu aku sampai rencannku selesai.

Lee Yonran adalah wanita yang sangat Yoongi cintai, separuh hidupnya sudah dimiliki gadis itu. Namun, orang tua yang menginginkan sang anak menikah dengan Park Wendy--anak dari pemilik salah satu perusahaan ternama yang akan membuat kelurga Min kaya raya. Maka dari itu dengan terpaksa Yoongi membohongi belahan jiwanya demi sebuah perusahaan dan kekayaan. Ketika tujuannya sudah tercapai Yoongi akan menikahi kekasihnya itu. Hanya butuh waktu satu tahun untuknya.

Satu tahun pun sudah berlalu. Namun, entah angin dari mana selama lima bulan terakhir ini. Yoongi begitu perhatian pada Wendy dari segi kesehatan pun Yoongi selalu memperhatikan hingga Wendy bisa bangkit dari rasa trauma. Sampai menimbulkan perasaan cinta di waktu singkat pada lelaki yang tidak ia ketahui wajahnya itu.

"Yoong, terima kasih untuk hari ini," ucap Wendy sambil meraba tempat tidur untuk ia singgahi.

"Emm, istirahatlah." Yoongi mengelus surai Wendy.

"Yoong, bolehkah aku menyentuh wajahmu?" pinta Wendy, Yoongi hanya tersenyum tipis di belahan bibirnya.

Tanpa jawaban darinya perlahan lengan Wendy ditarik lembut oleh Yoongi dan menempelkan di wajah pucat miliknya.

Wendy meraba dengan lembut ke semua indra yang ada di wajahnya tak lupa senyuman yang ia berikan pada suaminya itu.

Andai saja aku bisa melihat, mungkin aku bisa menatap betapa tampannya dirimu.

"Tidurlah, ini sudah larut." Yoongi menurunkan lengan Wendy pelan dan menyimpannya di atas selimut yang sudah membungkus setengah badan.

Wendy pun mengangguk dan memejamkan kedua netranya.

Hubungan Wendy dan Yoongi pun perlahan membaik. Meski dalam satu tahun pernikahannya mereka sama sekali tidak melakukan hal intim layaknya suami istri. Menjadi pertanyaan besar buat Wendy ada apa? Apa kecurigaannya selama ini benar?

"Apa aku boleh bertanya?" Di tengah keheningan saat makan malam Wendy memberanikan dirinya.

Yoongi yang sibuk dengan makanannya pun seketika berhenti dan langsung menatap Wendy sedikit penasaran dengan menaikkan kedua alisnya heran.

"Kenapa kau memilih menikah dengan wanita sepertiku?" Pertanyaan Wendy membuat pria Min itu seketika terdiam dari aktivitas makannya.

"Karena itu keinginan orang tua kita," jawabnya dengan sikap datarnya yang untungnya Wendy tidak tahu raut wajah Yoongi seperti apa.

Wendy pun mengangguk pelan seakan paham dengan jawaban Yoongi. "Tapi kau bisa menolak, jika kau tidak menyukaiku." Yoongi kembali terdiam. Tidak menjawab karena tujuannya adalah perusahaan bukan cinta. "Apa selama ini kau mempunyai kekasih?" Pertanyaan Wendy membuat Yoongi menghela napas sejenak kemudian menaruh sendok dan garpu pelan agar tidak berisik. Kedua netranya menatap Wendy yang terdiam di tempat.

"Kekasih? Apa kau ingin tahu?" tanya Yoongi.

"Eemm." Wendy menganggukan kepalanya tak lupa senyuman di ranum merahnya.

Bukan menjawab iya atau tidak, namun jawaban Yoongi membuat Wendy terluka lagi oleh goresan lidah suaminya.

"Sudahlah jangan dipikirkan, hanya saja ...." Yoongi menjeda ucapannya, "kau jangan terlalu berharap kepadaku, karena itu akan melukai hatimu. Lagipula pernikahan ini tidak nyata," ucapnya dan pergi meninggalkan Wendy seorang diri.

"Maksudnya?"

Tungkai Yoongi pun terhenti "Aku bukan pria bodoh, aku sangat tahu arah pembicaraan ini." Ia pun melanjutkan langkahnya kembali.

"Apa kau begitu mencintainya?" Pertanyaan Wendy mengudara membuat langkah Yoongi berhenti kembali.

Asal kau tahu, aku sangat mencintainya, dia belahan jiwaku, tapi aku membohonginya. Dan sekarang dia membenciku.

Namun, ia memilih melangkahkan kembali tungkainya tidak menanggapi Wendy yang menunggu jawaban.

Wendy pun sadar langkah Yoongi semakin menjauh dari indra pendengarannya ia hanya bisa meloloskan cairan bening di wajah cantiknya.

Wendy, gadis manis yang mempunyai cerita masa kelam, ia berusaha menahan rasa sesak di hatinya. Dia berpikir dengan menikah rasa kesepian itu akan hilang dengan kehadiran suami di sampingnya yang selalu merengkuh ia dalam keadaan susah dan senang. Namun, pada kenyataanya itu hanya sesaat, dan tetap saja tidak menerima kekurangan yang ia miliki, malah menjadikan dia semakin terpuruk di saat tahu kenyataan bahwa dia berbuat baik dan perhatian itu semua atas dasar kasian bukan karena rasa cinta.

Jangan terlalu berharap.

Tiga kata yang diucapkan lelaki itu mampu meruntuhkan pertahanan tembok dalam dirinya yang selama ini sudah ia bangun susah payah, hingga bisa bangkit dari keterpurukan itu. Akan tetapi takdir berkata lain, bahwa semesta ini tidak mendukung dirinya.

Ia berusaha berjalan mengikuti alur semesta yang sudah dicatat rapih oleh sang kuasa, tidak bisa ia bantah dan ia tolak semua ketentuan sudah dituliskan. Bahwa kenyataanya, suami tercinta telah menyimpan nama seseorang yang tidak akan pernah luntur di hatinya.

"Aku tetap tidak mencintainya, meski aku sudah berusaha," cetus lelaki pucat yang sedang duduk di kursi kejayaannya.

"Tapi Hyung, setidaknya hargai dia sebagai istrimu," pinta Jimin.

"Bukankah kau tahu! Aku sudah melakukannya, akan tetapi aku semakin muak melihatnya, berpura-pura baik itu tidak nyaman Jim."

"Hyung, kenapa berbicara begitu?" tanya Jimin Sedikit terkejut.

"Jim, perasaan yang dipaksa itu tidak nyaman. Karena di hatiku ada Ran, aku akan mengakhirinya, aku tidak mau Ran semakin membenciku karena kebodohan dan keserakahanku, lagian ini sudah satu tahun aku menjalani kebohongan itu dan sudah waktunya aku kembali," ucapnya dengan santai.

"Aku mengerti Hyung, tapi setidaknya jaga perasaanya. Ia perlu bimbingan, begitu rapuh, yang aku perhatikan meski dia terus tersenyum di hadapan semua orang, aku tahu hatinya amat terluka karena sikapmu," timpal Jimin kembali.

"Lantas bagaimana perasaan kekasihku? Di saat tahu aku sudah menikah, apa dia tidak hancur? Bahkan sekarang ia sangat membenciku, rasanya dada ini sakit, Jim. Dia segalanya untukku, tetapi aku mengkhianatinya." Ucapannya begitu kentara dengan perasaan menyesal.

Jimin sudah tidak bisa berkata lagi hanya mendengarkan ocehan sepupunya itu.

"Jim, aku benci dia, dan aku tidak menyukai dia, kalau bukan karena sebuah tanda tangan kekuasaan aku tidak mau membuat dia waras kembali. Dia sudah merenggut kebahagianku dengan Yonran. Apa kau tahu aku telah berjanji untuk menikahinya?" ucapnya sambil memegang pelipisnya.

"Kalau benci kenapa kau menyetujui pernikahan itu? Kau kan bisa untuk menolak." Jimin menjeda ucapanya kemudian menghela napas sejenak "Dan soal Noona Ran, jika Hyung ingin menikahi dia silakan, toh perusaahan tuan Park sudah kau miliki, bukankah itu tujuan awalmu Hyung!" sindir Jimin dengan santainya.

Yoongi terdiam mendengar jawaban Jimin, akan tetapi bukan Yoongi namanya jika tidak keras kepala. "Kenapa kau membela dia?" tanya Yoongi.

"Aku tidak membelanya, hanya saja aku kasihan padanya dengan keadaan seperti it--"

"Kalau begitu kau saja yang menikah dengannya." Yoongi menyambar ucapan Jimin.

Jimin hanya menggelengkan kepala tak habis pikir dengan kelakuan sepupunya menjadi orang yang serakah. "Wendy hanya gadis buta yang tidak tahu apa-apa, sebaik apa pun dia, tidak akan mampu meruntuhkan rasa cintaku pada Lee Yonran. Ingat itu Jim! Dia membuatku repot saja." Begitu sarkas Yoongi melontarkan kata-kata tanpa ia sadari sudah dari tadi Wendy mendengar pembicaraan mereka.

Semua ucapan yang terlontar dari ranum suaminya itu. Terekam di memori otaknya dan sekarang ia hanya terdiam memaku di balik pintu yang sudah ia buka itu. Dengan perlahan ia memundurkan langkahnya dan menutup kembali pintu secara pelan. Wendy berusaha menahan air mata, begitu sesak yang ia rasakan. Kemudian ia tergopoh-gopoh meninggalkan kantor milik Yoongi, berharap tidak ketahuan.

Pendar baskara yang membentang di bentala biru membawa kesan panas yang begitu menyengat, tetapi tidak menurut Wendy karena rasa panas yang sang pendar pancarkan tidak sepanas gejolak dalam hatinya. Asa pun pupus sudah tak ada celah untuk dia masuk ke hati lelaki bermarga Min itu.

Wendy melangkah dengan gontai di atas trotoar jalan yang membentang lurus tak lupa dengan tongkat yang selalu menemaninya selama ini. Tongkat itu menjadi pembawa arah untuknya, begitu berat saat pijakan kaki melangkah, seakan bumi pun terasa begitu empuk untuk diinjak karena rasa nyeri yang tertancap di hatinya. Tidak peduli lagi dengan orang di sekeliling yang memperhatikan. Sebab, tangisan yang ia keluarkan sepanjang perjalanannya.

Tak menyangka orang yang ia percaya selama ini telah mengkhianati sebegitu jauhnya dan gila kekuasaan.

"Min Yoongi, kenapa kau sekejam ini? Di saat aku mulai membuka lembaran baru tetapi kenapa kau menghancurkannya? Kau yang memberiku semangat untuk terus bangkit, tapi nyatanya kau juga yang menjatuhkanku!" Wendy berteriak di pinggir pagar pembatas sungai Han. Ia berusaha menaiki pagar tersebut dan melempar tongkat yang sudah menemaninya selama ini.

"Appa, eomma, aku akan menyusul kalian ke surga. Orang yang appa pilih untuk mendampingi hidupku dia tidak mengharapkanku, dia hanya ingin harta kalian. Jemput aku appa. " Wendy memejamkan netra yang sudah gelap itu ia merasakan embusan angin menyapa dia seakan alam menyambutnya untuk pergi selamanya dari dunia ini.

Namun, sayang niatnya itu terhalang oleh lelaki yang sedang mengayuh sepeda. Secepat kilat ia menyelamatkan Wendy yang histeris karena pemuda itu memeluk pinggang Wendy supaya tidak lepas.

"Siapa kau? Kenapa kau menyelamatkanku? Aku ingin mati saja, percuma aku hidup juga tidak ada orang yang menyayangiku mereka semua munafik," teriaknya dengan tangisan histeris dan badan yang menggigil kedinginan di cuaca yang panas terik, hingga pemuda itu sedikit kewalahan dengan tenaga yang Wendy keluarkan.

"Hai Noona, sadarlah. Tidak baik berbuat seperti itu, masih banyak cara untuk hidup lebih baik, bukan untuk mengakhiri seperti ini," pungkas pria itu.

"Kau tahu apa tentang hidupku? Aku hanya gadis buta yang bodoh," teriak Wendy di pelukan lelaki jangkung itu.

"Aku tidak tahu hidupmu seperti apa? Akan tetapi aku bisa membantumu untuk bangkit. Aku psikiater. Perkenalkan namaku Kim Namjoon," ucapnya membuat Wendy terdiam lemas hingga menjatuhkan diri ke panasnya aspal jalanan yang menurutnya dingin.

"Baiklah Noona, tenang yah. Aku akan membantumu." Dengan napas sedikit terengah-engah Namjoon berusaha menenangkan.

Min Yoongi sekarang sedang kalut, belahan jiwanya telah pergi untuk selamanya karena kecelakaan yang menimpanya sebulan yang lalu setelah pertengkaran terjadi. Sang kekasih hanya mampu bertahan tiga minggu di rumah sakit. Selama itu Yoongi hanya menghabiskan waktu di bar tanpa mengingat istrinya yang kabur dari rumah tanpa sepengetahuannya. Yoongi disibukkan menjaga sang kekasih hingga Yonran mengembuskan napas terakhirnya.

"Ran, maafkan aku. Sungguh! Ini semua bukan inginku," ucapnya sambil menatap foto yang tersimpan di atas nakas di pinggir ranjang. " Kenapa kau pergi meninggalkanku? Bukankah kita sudah berjanji untuk hidup bersama, maafkan aku." Yoongi mengelus foto sang kekasih dengan tangisan di wajah pucatnya.

Yoongi sangat terpuruk dengan kepergian kekasih hatinya. Ia menyalahkan diri sendiri hingga hidupnya seperti orang depresi ia pun begitu marah kepada orang tuanya akibat menuruti ingin mereka hingga ia kehilangan belahan jiwanya. Tersadar, orang yang mungkin ia benci ada di rumah ini. Wendy. Ya, betul dia.

Yoongi terperanjat dari duduknya berlari menghampiri kamar Wendy yang tertutup rapat hingga ia memberanikan diri masuk kedalam. Gelap. Tentu saja karena memang kamar ini sudah tidak ditinggali sang pemilik rumah selama sebulan ini.

Ia menyapu dengan kedua netra cokelatnya ke setiap sudut kamar milik istrinya itu. Namun semua begitu tertata rapih dan tak ada tanda-tanda kehidupan di sana, Yoongi mengerutkan keningnya kebingungan dan mengingat kembali satu bulan sudah ia tidak tahu kabar Wendy. Ia panik lalu ia kembali lagi ke kamarnya untuk mengambil benda pipih yang tersimpan di atas nakas.

Selama beberapa menit ia mengotak atik ponselnya menghubungi Wendy namun hasilnya nihil. Seharusnya Yoongi senang dengan tiada Wendy di sampingnya namun kenapa dia gelisah? Apa yoongi merasa bersalah? Entahlah.

"Kemana dia?" Yoongi melempar benda pipih itu sangat kesal ia mengacak surainya sekarang ia sadar bukan hanya dirinya yang tersakiti tapi Wendy yang ia lupakan.

Di sebuah taman yang begitu indah seorang wanita cantik sedang menatap air begitu jernih, terdengar merdu di rungunya ketika suara air yang mengalir. seakan dia berpikir hiduplah seperti air tanpa beban mereka mengikuti alurnya. Bunga mawar yang bermekaran pun ikut berguguran terhempas angin, seakan alam semesta pun ikut merasakan kesedihan wanita cantik yang tersenyum perih. Di mana sekarang waktunya untuk mengakhiri permainan kedua orang tuanya yaitu; memutuskan untuk bercerai dengan suami yang sama sekali belum tahu setampan apa dia atau seimut apa dia.

Semoga dia mau menemuiku. Gemuruh batinnya begitu gelisah.

"Bagaimana kabarmu?" Begitu terdengar lembut di rungunya, seketika Wendy membalikkan badanya dan menatap lelaki pucat yang terlewat tampan namun terkesan dingin. Untuk pertama kali Wendy melihat wajah suaminya. Dan sejenak ia berpikir 'apakah itu lelaki Min?'

"Ba-baik, kabarku sangat baik bagai mana denganmu?" jawab Wendy berusaha untuk tegar meski ia sangat gugup.

Min Yoongi lelaki pucat itu menghampiri Wendy menatapnya teduh kemudian dia duduk di sampingnya. Wendy merasa tidak nyaman.

"Maaf." Satu kata keluar dari mulut Yoongi membuat Wendy terdiam dan merasakan perasaan aneh. Min Yoongi minta maaf? Apa ini mimpi?

"Iya," timpal Wendy terkejut.

"Ah, apa kau tidak bisa melihatku?" jawabnya datar seakan Yoongi menyepelekan Wendy karena keterbatasannya itu.

"Tentu saja Tuan Min, aku bisa melihatmu." Yoongi melongo.

"Apa sekarang kau bisa melihatku?" tanya Yoongi terkejut.

"Emm, aku bisa melihat dirimu tuan Min." Wendy menghela napas sejenak, "ada seorang wanita cantik berkata padaku, bahwa kau itu sangat tampan, meski sikapnya terkadang dingin akan tetapi di balik semua itu tersimpan kasih sayang yang sejujurnya tidak akan pernah bisa aku gapai sampai kapan pun, ah, Tuan Min lihatlah air itu." Wendy mengangkat tangannya dan menunjuk ke sebuah selokan kecil kemudian Yoongi pun mengikuti arah Wendy. "Mereka terus mengikuti arah jalan untuk sampai ke samudra, meski begitu banyak kendala saat di perjalanan, tetapi mereka terus melanjutkan meski badai menerjangnya," jawabnya terhenti. Membuat Yoongi juga ikut terdiam.

"Aku berterima kasih pada gadis baik yang sudah mau mendonorkan matanya kepadaku dan bantuan dokter Kim tentunya, hingga aku bisa melihat kembali betapa cantiknya sang cakrawala ini, ditambah hadirnya dirimu di hadapanku. Ah, entah kenapa aku ingin menangis saat melihatmu." Wendy kembali menampilkan senyumannya.

"Dokter Kim siapa dia? Kenapa pula kau ingin menangis?" Pertanyaan Yoongi sedikit penasaran.

"Dia yang sudah membantuku," jawab Wendy sambil tersenyum menatap Yoongi.

"Terima kasih kau telah hadir di hidupku meski sesaat, terima kasih kau sudah membuat hidupku menjadi berwarna, terima kasih juga kau datang hari ini dan aku bisa melihat betapa tampannya kau suamiku." Wendy menghela napas panjang, "mari kita akhiri permainan ini, meski wanita itu aku ingin tetap bersamamu?" Ucapnya sedikit tertunduk.

"Wanita itu siapa maksudmu?" tanya Yoongi kelewat penasaran.

Wendy kembali mengulas senyuman "dia wanita cantik berwajah teduh, membuat siapa pun nyaman berada di sampingnya, tetapi Tuhan begitu menyayanginya hingga ia diambil kembali dan menitipkan mata indahnya kepadaku," lanjutnya.

"Ah ...." Wendy mengeluarkan map cokelat dari tasnya. Kembali Yoongi merasa heran dengan tingkah istrinya.

"Ini adalah dokumen perusahaan, dan perceraian kita. Aku menyerahkan kepadamu tuan Min, maaf jika selama ini aku sudah menjadi bebanmu. Aku akan pergi jauh dari kehidupanmu," tutur Wendy menjelaskan membuat Yoongi diam terpaku tidak bisa berbicara apa pun. Sedangkan Wendy ia menampilkan senyuman tanpa beban, kemudian ia menatap kembali air mengalir itu.

"Kau akan pergi kemana?" tanya Yoongi begitu datar.

"Aku akan pergi ke suatu tempat yang menerimaku apa adanya karena harta tidak menjamin hidup kita bahagia aku hanya ingin kedamaian."

Mendengar jawaban Wendy Yoongi tersadar selama ini ia selalu mengabaikan Wendy. Bahkan satu bulan ini Yoongi tidak pernah menanyakan kabar dan melupakannya.

"Tuan Min, Maaf jika selama ini aku telah banyak merepotkanmu, hingga meninggalkan kekasihmu demi menikahi gadis tidak berguna sepertiku, bahkan Lee Yonran gadis itu begitu berbesar hati memberikan matanya padaku untuk melihatmu. Aku pergi karena aku telah sampai ke samudra setelah berliku-liku kulewati. Terima kasih Tuan Min. Kau tinggal menandatangi surat perceraian kita. Dan semua sudah selesai. Aku pergi." Ucapan Wendy membuat Yoongi tidak bisa lagi berkata-kata dan ia tidak menyangka Ran kekasihnya mendonorkan matanya pada wanita yang ia anggap sudah menghancurkan hidupnya.

"Kenapa harus Ran yang mendonorkan mata kepadamu?" tanya Yoongi membuat Wendy terdiam sejenak.

"Karena Ran ingin selalu melihatmu, tetapi aku tidak bisa mewujudkannya, maaf," jawab Wendy yang bangkit meninggalkan Yoongi dengan bendungan di pelupuk matanya.

"Kenapa?" teriak Yoongi. "Bukankah Ran ingin selalu melihatku? Kenapa kau harus pergi." tanyanya yang kelewat dingin.

Wendy pun menghentikan langkahnya namun ia memunggungi Yoongi. "Karena aku tidak akan bisa mencapai hatimu," jawab Wendy yang sudah pecah dalam tangisannya.

Yoongi terdiam mematung dengan map cokelat yang ia genggam. Hatinya hancur dengan jawaban Wendy, keserakahan membuat dia kehilangan.

Wendy pun melanjutkan langkahnya yang terasa berat itu. Namun, ia harus tetap melangkah.

Kurelakan semua apa yang aku miliki untukmu Min Yoongi. Berbahagialah, biar aku akan melangkah ke dunia baru semoga aku dapat kebahagian di kemudian hari.

Tiiiiiinnn ....

Brakkkk

Seketika Yoongi melihat ke arah suara yang begitu terdengar jelas di rungunya. Dan ia sangat terkejut kemudian ia melempar map yang ia pegang berlari sekencang mungkin supaya sampai di tujuan.

"Wendy !" Yoongi sangat terkejut melihat Wendy sudah terkapar lemah di atas zebra cross, darah yang mengalir deras dari kepalanya membuat Yoongi menangis histeris.

"Wendy maafkan aku! Aku mohon kau jangan pergi seperti Yonran, setidaknya beri aku kesempatan untuk bisa mencintaimu. Kumohon Wen, " teriak Yoongi menggoyangkan tubuh Wendy yang sudah melemah.

Wendy hanya memberi senyuman termanisnya. "Yo-Yong-i te-teri-ma ka- kasih." Setelah mengucapkan itu Wendy tidak sadarkan diri.

Gumpalan awan hitam nan tebal menyelimuti sang cakrawala, rintik hujan turun semakin lama semakin membesar, embusan angin semakin terasa dingin menusuk kerongkongan. Tungkai yang sudah melemah pun tetap saja melangkah menuju peristirahatan terakhir kedua wanita yang pernah singgah di hidupnya. Payung hitam yang ia pegang, kaca mata hitam yang bertengger di antara apitan hidung, serta genggaman bunga lili di tangannya membuat dirinya begitu nyeri dan sesak di dalam hati yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Cucuran air mata mengalir di wajah pucatnya sambil menyimpan bunga lili di atas makam dan pada akhirnya Yoongi pun menangis sesenggukan. Ia menyesali perbuatannya.



~Tamat~

Note Author :
Lypámai yang artinya minta maaf, diambil dari bahas Yunani.
































🧚pandachimi🧚

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

51.7K 5.1K 28
DOSA TANGGUNG SENDIRI!!! CERITA INI HANYA FIKTIF TIDAK ADA SANGKUT PAUT NYA DENGAN CERITA ASLI. Area B×B & G×G & B×G!!! Berbijaklah dalam memilih bac...
Rasya Von Wahyuni

Kurzgeschichten

66.1K 4.6K 32
Rasya,Bocah 3 tahun yang berhasil menarik perhatian seorang mafia terkejam dan seorang pengusaha kaya raya
Family chriszee Von Nm

Kurzgeschichten

56.4K 8.8K 34
Gatau baca aja!
530K 1.9K 15
Di entot Temen suami enak banget