Bagian ini selesai direvisi.
___
Hai-hai! Makasih yang udah sabar nunggu cerita ini update 😘. Doain dan bantu supaya BAGIAN 1-5 cepet2 dapet vote 500 ya supaya aku bisa update 2x seminggu dengan hati senang 😁
Happy reading~
Note tambahan: aku mulai bikin pengumuman2 di percakapan profil aku yaa, yang mau dapet notif info boleh follow :3
__________________________________
Syina mulai tertawa kecil. Rupanya Syina ingin mempermainkan kedua kakak laki-lakinya itu.
Ternyata itu palsu? Haha, aku bahkan hampir percaya, karena ini kan dunia lain yang aneh.
"Cepat sembuh, Zinnia," ucap Eric.
Ini.. rasanya benar-benar aneh. Kedua pangeran gila ini mengelus kepalaku? bahkan membayangkannya saja aku tidak pernah!
Tapi... ini tidak terlalu buruk.
...
"Tari, bantu Mama beres-beres rumah," teriak Mama.
"Iya Ma," jawabku kemudian segera keluar dari kamar. Aku berjalan menuju dapur. Di dapur aku melihat ayahku sedang duduk di meja makan, adikku sedang mengobrol dengan ayah. Mama sedang mencuci piring. Aku terus berjalan mendekati Mama, tapi.. kenapa bukannya mendekat rasanya semakin menjauh?
Aku berusaha mengucapkan 'Mama' tapi suara tidak mau keluar dari mulutku. Kenapa ini?? Jantungku mulai berdetak kencang, aku takut. Aku berjalan lebih cepat. Kenapa semakin menjauh? Aku mulai berlari, berlari, dan berlari. Mama, aku ingin memanggil mamaku.
"Mama!" suaraku berhasil keluar, tapi Mama tidak menjawabku.
Mama, kenapa Mama tidak menjawabku? Bagaimana dengan Ayah?
Ayah! Ayah!
Sama sekali tidak ada suara yang keluar dari mulutku.
Apa aku menjadi Zinnia kembali? Apa aku tidak bisa mengucapkan kata 'ayah'? Aku akan memaanggil ayah 'Papa' saja kalau begitu supaya suaraku keluar.
Papa! Papa! Pa..
"Papa!" aku membuka mataku, napasku tersenggal-senggal, dan pipiku terasa berair.
Dimana ini?? Dimana Mama, Ayah, dan adikku?
"Putri! Putri terbangun, Yang Mulia," terdengar suara Lily.
"Apakah Anda habis bermimpi buruk, Putri?" tanya Lily gelisah di sampingku sambil menyeka wajahku yang ku rasa penuh dengan air mata.
Aku hanya menatap lemah pada Lily. Kemudian Lily bangkit karena Kaisar Edgar mendekat ke arahku.
"Ada apa dengannya?" tanya Kaisar pada Lily.
"Sepertinya Putri Zinnia telah bermimpi buruk, Yang Mulia," jawab Lily.
"Kenapa kau memanggilku dalam mimpimu? Apa kau butuh pertolonganku?" tanya Kaisar sambil memegang keningku.
Lagi-lagi aku manggilnya Papa tanpa sadar ketika Kaisar Edgar ada di dekatku. Tapi, yang aku panggil bukan Kaisar Edgar. Aku ingin memanggil ayahku.
"Periksa dia, badannya kenapa panas sekali?"
Setelahnya ku lihat wajah yang waktu itu mendekatiku, ia yang aku tebak sang dokter. Dokter itu mulai memeriksaku lagi. Cahaya putih mulai mengelilingiku, aku mulai merasa tenang.
"Yang Mulia, saya memang sudah menyembuhkan penyakit Putri Zinnia. Tapi.. saya tidak tahu mengapa suhu badan Putri Zinnia tidak turun-turun. Saya menduga bahwa ini karena Putri yang selalu gelisah. Saya akan mencoba mengobati panasnya lagi, jika masih tidak turun saya akan memakaikan obat yang diminum dibanding obat yang dimasukkan melalui sihir. Hanya saja.. masalah rasa gelisah Putri, saya tidak bisa membantu. Apa nona Lily tahu sesuatu soal ini?" ucap sang dokter.
Aku terkena penyakit? Penyakit apa??Ku kira ini demam biasa.
"Sebenarnya, beberapa hari setelah Putri Zinnia bermain dengan Kaisar Edgar, Putri jadi lebih pendiam. Putri pun jadi banyak tertidur padahal biasanya tidak begitu. Saya tidak tahu mengapa. Kemudian 2 hari yang lalu, saya temukan badan Putri panas," jelas Lily.
"Apa ada kejadian lain sebelum Zinnia ditemukan panas?" tanya Kaisar Edgar.
"Saya yakin, tetapi setelah diobati, para pangeran dan putri berkunjung seperti biasa ke sini," jawab Lily.
"Penyakit awal Putri Zinnia bisa saja hanya panas biasa, tetapi akhirnya bertambah parah dengan penyakit dibawa oleh salah satu pangeran yang baru kembali. Tapi, saya tidak menemukan petunjuk tentang kegelisahan yang dirasakannya," ucap dokter itu.
Apa? Penyakit yang dibawa salah satu pangeran?
Rupanya aku terkena penyakit yang dibawa mereka setelah menyelesaikan tugas. Tapi anehnya hanya aku yang terkena penyakit itu. Juan dan Eric terlihat baik-baik saja ketika kemarin mengunjungiku. Seharusnya saat itu mereka berdua sakit. Selain itu, seharusnya Syina juga sakit karena dekat-dekat dengan mereka.
Hah.. Pikiranku sedang kacau karena masalah pindah dunia ini, dan sekarang aku sakit?? Rasanya aku ingin pulang saja secepatnya! Pulang ke duniaku.
Entah kenapa aku merasa gelisah kembali. Otakku terasa seperti benang kusut.
Tiba-tiba Kaisar Edgar menggendongku, menyandarkanku di bahunya. Dia dengan kaku mengelus-elus pundakku. Entah kenapa rasanya nyaman sekali.
E-eh? Mengapa tiba-tiba?
Aku mencoba menatap wajahnya. Tanpa sadar aku menatap ke arah pipi kiri Kaisar. Ternyata luka beberapa hari yang lalu sudah hilang. Aku mengulurkan tanganku dan menyentuh pipinya.
"Ada apa?" tanya Kaisar Edgar.
Ternyata lukanya hilang, tanpa bekas. Apa luka itu memang cepet sembuh? Mungkin diobati menggunakan sihir cahaya putih juga?
Walaupun sudah sembuh, aku masih merasa bersalah. Aku berpikir bagaimana caranya meminta maaf pada Kaisar Edgar.
Apa aku ga bisa bilang 'maaf'?
Aku pun mencobanya. "Na, na, Pa, pa" hanya itu suara yang keluar dari bibirku.
Akh! Bagaimana ini?
"Apa kau menghawatirkan luka itu? Lukanya sudah sembuh, itu bukan apa-apa bagiku," ucap Kaisar Edgar.
Kaisar Edgar berbicara seakan-akan tahu apa yang aku khawatirkan. Apa Kaisar punya kekuatan khusus? Ekspresi wajahku terlalu kentara? Atau kaisar Edgar hanya ingin mengajakku mengobrol sama seperti yang biasa dilakukan oleh Lily?
Tapi apapun alasannya, rasanya sekarang ada sesuatu yang hilang dari hatiku. Aku merasa ringan. Setelahnya, aku menyenderkan kepalaku di pundak Kaisar Edgar. Aku memeluknya, memeluknya dengan erat.
Aku benar-benar bertindak seperti anak kecil. Sebenarnya, ada apa denganku?
Papa, maaf karena sudah melukaimu. Maaf.
Akhirnya, di gendongan Kaisar Edgar, aku kembali terlelap.
__________________________________
Jika kamu suka ceritanya, jangan lupa klik tanda bintang ⭐ ya ^_^
[Diupload oleh Sisi Shalla 07-08-2021] -> [Direvisi 29 Januari 2022]
.
❗hai, readers 😊 , curhat mode on~ ><
Kali ini aku ingin mengapresiasi orang2 yang memberi dukungan buatku ❤ di bawah ini yang paling berkesan bagi aku sendiri:
Aku suka banget sama kata2 mereka ❤. Juga kalian semua baik itu di chat maupun di comment yang udah selalu ngasih support dan semangatin aku. You're my sunshine :3
Para penulis, khususnya aku, lebih menghargai usaha pembaca yang memberikan semangat seperti ini (seperti komen, vote, pesan pribadi, nambahin cerita ke reading list). Ketimbang yang inginnya hanya "mengambil/take" dari penulis, tapi ga mau "memberi/give" kepada penulis.
Note: pembaca setia aku menghargai kalian juga, kalian secara ga langsung mendukung dan secara tak terlihat 😂 ❤. Tapi tetep, dukungan kalian dengan cara lain ditunggu ya~ 😘
Khususnya untuk pembaca yang udah pernah nulis cerita mungkin ngerti susahnya nulis, susahnya pertahanin semangat, susahnya cari ide, susahnya bagi waktu ketika kita juga punya kesibukan lain selain cerita kita. Bagi pembaca yang belum pernah bikin cerita banyak juga kok yang paham itu ❤. Tapi nyatanya masih ada aja yang belum/ga mau mahamin itu :')
Jujur aja walau readers bukan sumber semangat utama buat aku, tapi kalo ada respon negatif/kurang sopan, kurang mikirin perasaan penulis, dsb. aku jadi kadang ngerasa malees banget nulis ceritanya. Karena aku mikir aku gamau cerita aku dibaca sama orang kaya gitu. Kalo bisa pengennya share cerita ke yang menghargai -bukan hanya cerita ini tapi aku juga- aja. 😩
Jadi, di sini, aku mau ngajak kita untuk sama2 belajar menghargai dan mendukung penulis cerita yang kita baca ❤, seperti ss dukungan yang udah aku perlihatin sebelumnya di atas :') luar biasa 🌸
Yakinlah, kebiasaan baik akan membawa hal2 baik untuk kita 🌸😊, tapi.. begitupun sebaliknya yang buruk akan membawa keburukan buat kita💀
Yup, segitu dulu sapaanku buat para reader 😁. Sampai jumpa di BAGIAN 14~