Candy

By QueenNakey

130K 27.9K 5.3K

"Lo tahu, Di? Gue nggak pernah suka sama yang manis-manis, sebelum akhirnya gue ketemu sama lo, sumpah deh." ... More

Sinopsis
1. Kembali ke Sekolah
2. Kantor Polisi
3. Manipulatif
4. G & D
5. Hari Olahraga Mereka
6. Kengerian Nabila
8. Jason Masih Tidak Menyukainya
9. Seekor Anjing
10. Yang Paling Membutuhkannya
11. Bertemu Dengan Emili
12. Kekhawatiran

7. Neurotik

7.9K 1.9K 228
By QueenNakey

Setelah semua murid kembali ke lapangan, Arman kembali meminta mereka semua berbaris. Keributan yang dibuat Fandi dan Nabila benar-benar membuat Arman tidak senang. Walau dia guru baru dan masih muda, tentu saja dia juga memiliki harga dirinya sendiri. Saat melihat murid-murid itu melakukan hal tidak sopan di tengah jam kelas, dia tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan keningnya marah.

"Siapa nama kamu?" tunjuk Arman pada Fandi. 

Fandi yang ditanyai nyengir sambil menjawab, "Jack, Pak!"

Gugun di sisinya ikut menyahut, "Kalau nama saya Rose!"

"Hm, eternal couple kalian ternyata, tinggal dilelepin di laut aja." Gio nyeletuk di belakang kepala dua orang itu.

Orang-orang mulai tertawa.

Arman semakin jengkel, "Diam! Kalau kalian terus membuat masalah, kalian akan saya hukum. Semuanya."

Tawa itu perlahan berangsur berhenti. Semua orang memasang ekspresi tegang. Gio mencibir diam-diam. Ini adalah arogansi guru baru. Yang tidak tahu banyak hal tentang murid-muridnya sendiri dan menunjukkan taring ke mana-mana.

Gio hanya berpikir kalau guru-guru banyak yang masih cukup berani mengomeli dirinya sendiri, tapi tidak ada guru yang bersedia bermasalah dengan Fandi. Walau terlihat sangat ramah, Fandi ini sebenarnya tipe orang yang cukup pendendam.

Gio mendengar dari Diana, kalau selama duduk di sekolah, ada 3 guru yang pernah bermasalah dengan Fandi dan maksimal seminggu kemudian akan mengundurkan diri. Fandi tidak pernah berkata apa-apa, saat dimarahi, dia hanya akan tersenyum dan mengangguk patuh.

Tapi Fandi memiliki banyak 'teman' di luar sekolah. Preman-preman di jalan bahkan banyak yang takluk dan menurut padanya.

"Katakan nama kamu dengan benar!" Arman menatap Fandi tidak sabar.

Fandi tersenyum lembut yang justru terlihat menakutkan untuk beberapa orang, "Nama saya Fandi, Pak."

"Kalau saya sih, Gunawan. Tapi saya sering dipanggil Gugun."

"Nggak ada yang tanya nama kamu."

Gugun cemberut saat dipelototi Arman. Walau begitu dia tetap diam. 

"Kenapa kamu menjahili teman kamu di jalan?"

"Ya kalo saya hamilin dia di jalan, apa kita nggak bakalan langsung diarak warga?"

Tawa itu kembali ramai. Fandi benar-benar terlalu berani.

"Saya bicara serius dengan kamu!"

"Saya masih sekolah, Pak. Kalo mau diseriusin mendingan Bapak ngelamar langsung aja ke Bapak saya." 

Arman sangat ingin menampolnya. Anak ini terlalu tidak tahu aturan dan kurang ajar. Dia akan mengatakan sesuatu lagi tapi seorang guru di kejauhan berlari mendekatinya, dia menatap guru itu. Membiarkan pria paruh baya berbisik di telinganya.

Arman tercengang.

Dia melihat anak yang sejak tadi dia omeli, dan kini sudah berdiri di sisi Nabila sambil menarik-narik kuncir rambutnya. Nabila marah. Dia menampar tangan Fandi. Fandi terkekeh namun dia masih menarik kuncirannya.

"Lo itu jangan gangguin gue mulu bisa nggak?!" teriak Nabila marah.

"Enggak!"

"Setan lo emang!"

Fandi tertawa bahagia. 

Diana yang mengamatinya memasukkan permen ke dalam mulutnya, berbisik pada Gio, "Fandi ini jangan-jangan masokis."

"Sakit jiwa dia emang." Gio mengangguk setuju. Seolah tidak puas, Gio menambahkan, "Fandi ini seorang neurotik. Psikopat."

Diana meliriknya sambil diam-dim bergumam dalam hati ; pantes kalimat itu keluar dari mulut lo?

Arman mengamati Fandi lagi lalu mengembuskan napas pelan. Walau dia ingin mendisiplinkannya, tapi rekan seprofesinya sudah memperingatkan Arman untuk tidak melakukan hal-hal yang berlebihan demi kebaikannya sendiri.

Pada akhirnya ... Arman memutuskan melepaskan masalah ini. Walau begitu dia tetap harus menjaga wibawanya, "Fandi, kembali ke barisan kamu. Jangan membuat masalah."

Faktanya, Fandi cukup penurut selama dia ditegur. Dia kembali ke barisannya lagi dan berdiri bersebelahan dengan Gugun.

***

Selesai jam olahraga, Gio membawa Diana pergi ke infirmary. Badan Diana terasa hangat, kedua pipi putihnya kemerahan. Dia juga terus berkeringat dingin. Diana duduk di ranjang, Gio memanggil perawat untuk memeriksanya.

Perawat hanya mengatakan Diana mengalami serangan panas dan akan baik-baik saja setelah mendinginkan tubuhnya.

Diana berbaring di ranjang. Dia menoleh, menatap Gio lalu tersenyum kecil, "Gue baik-baik aja. Jangan khawatir."

Gio mengeluh, "Gue jelas khawatir. Cuma kepanasan sebentar aja lo langsung sakit. Lo harus lebih sering olahraga ringan, jangan lupa berjemur walau bentar."

Diana mengangguk setuju.

"Ngomong-ngomong, gue inget kejadian beberapa bulan lalu." Diana tersenyum lagi, "pas gue janjian sama Glenn di Dufan, tapi Nanda ngubah tempat ketemunya, gue nunggu Glenn seharian, ujanan. Tapi yang datang justru elo."

Gio juga mengingat kejadian itu. Saat itu Gio masih sangat bingung. Dia sangat posesif dan ingin memonopoli Diana sepenuhnya, tapi dia tidak tahu kalau dia sebenarnya sudah jatuh cinta padanya.

Gio hanya merasa Diana sudah menjadi hak miliknya dan orang lain tidak boleh merebut. Kalau bukan karena Diana yang pertama kali meminta Gio untuk jatuh cinta padanya, Gio mungkin tidak akan pernah sadar.

Perasaan Gio saat itu begitu rumit.

"Kalo aja waktu itu bukan campur tangan Nanda, gue sekarang pasti udah jadian sama Glenn."

Gio sangat marah, "Lo masih mikirin si kacamata itu?!"

"Bukan itu maksud gue." Diana mendesah, "seolah-olah ... gimana ya gue bilangnya? Udah jadi jalannya bagi gue buat ngeliat lo dengan pandangan yang berbeda. Kek udah takdir gitu."

"Apa yang aneh soal itu?" Gio mencibir. Tersenyum meremehkan, "alasannya simple banget."

"Simple?"

"Ya, karena gue protagonisnya."

Diana tidak bisa berkata-kata. Sebelum akhirnya dia terkekeh dan menjawab, "Ya ya ya. Lo itu protagonisnya. Protagonis yang udah nyelametin keindahan."

"Walau lo nggak ada indah-indahnya." 

Diana memukul kepala Gio dengan bantal, lalu berbalik tidak mau melihatnya lagi. Gio hanya menyeringai, lalu mengusapi kepala kekasihnya pelan.

Gio selalu merasa ... di dalam hidup ini, dia tidak memiliki banyak hal. Sejak awal segalanya seolah bukan miliknya.

Sejak kecil, orang tuanya selalu memprioritaskan Giraka. Tidak peduli apa pun yang Gio lakukan, dia tidak pernah dipandang, dia justru diasingkan, dibuang.

Semua orang selalu membandingkan Gio dengan almarhum kakaknya. Memuji Giraka yang baik dan patuh setinggi langit sementara Gio yang urakan dan berantakan dicela dan dihina.

Seperti hitam dan putih. Kontras mereka terlalu jauh, Gio awalnya tidak mau. Mereka terlahir dari orang tua yang sama, jadi kenapa diperlakukan berbeda?

Hanya karena Raka sakit-sakitan, hanya karena Gio jauh lebih kuat darinya. Segala yang baik selalu diberikan pada Giraka, Gio hanya akan mendapatkan hal-hal yang sisa.

Bahkan ... cinta dan kasih sayang orang tuanya tidak pernah setara. Seolah kelahiran Gio hanyalah kecelakaan yang tidak diharapkan saja.

Bahkan ... Diana pun pada awalnya adalah kekasih Giraka. Gio tidak akan pernah mengenalnya tanpa perantara email-email sang Kakak.

"Di ... gue itu penjahat dalam hidup lo, kan?" Gio berkata pelan.

Diana awalnya tidak mau merespons. Dia masih kesal, tapi pada akhirnya dia menoleh, menatap Gio dengan sorot redup dan menjawab, "Lo itu penjahat dalam hidup semua orang, bukan gue aja."

Gio mengukir sunggingan rendah.

"Tapi nggak pa pa." Diana berpaling lagi, "nggak ada orang yang bakalan disebut baik kalau bukan karena kontras dari orang-orang yang disebut jahat. Di mata gue ... lo yang sekarang baik-baik aja."

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
1.4M 123K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
560K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
527K 19.8K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...