Pengantin Untuk Hantu ✅

By WFPublisher_Wisteria

161K 15.7K 420

Almara, wanita berusia 20 tahun yang hidup berdampingan dengan kekayaan. Namun semuanya berubah semenjak adik... More

Prolog
Bingung
Dunia Hantu
Buaya Darat
Partner Kerja
Terlupakan
Tamu Tak Diundang
Tentang Ruha dan Mura
Siapa Sres?
Sakit
Dirawat Suami
Pantai
Kenangan Lama
Percaya
Teror?
Aneh
Zerio?
Ada Apa Di Masa Lalu?
Mimpi Nyata
Sahabat Lama
Perlahan Terkuak
Memilih Pergi
Pembunuh
Salah Paham
Tawaran (Lagi)
Pengorbanan
Epilog

Kembali

4.5K 419 10
By WFPublisher_Wisteria

Part 26 | Kembali

Almara menatap telepon genggam di depannya. Tangannya beberapa kali terulur dan tertarik. Dia ragu harus menelpon atau tidak. Namun pada akhirnya dia mengambil telepon tersebut dan mulai menekan nomor.

Tak menunggu lama, telepon tersebut sudah tersambung. Terdengar sapaan dari telepon yang membuat Almara tersenyum.

"Ini gue, Almara."

"Serius?"

Almara menganggukkan kepalanya meskipun tidak ada yang akan melihatnya. Almara menelpon ketiga sahabatnya. Dia tahu jika disana ada tubuhnya, tapi untuk terakhir kalinya Almara ingin mengucapkan salam perpisahan.

"Kalian apa kabar disana? Gue kangen sama kalian." Ucap Almara sambil menahan air matanya yang ingin keluar.

"Apaan sih lo? Kita aja udah ketemu kemarin." Suara Cahya terdengar membuat Almara tersenyum miris. Itu bukan dirinya tapi banyak yang percaya jika itu dirinya.

"Tetep aja gue kangen."

"Jangan lupa ke rumah gue! Lo ingat kan kalau hari ini gue ulang tahun?"

Almara langsung menatap kalender di sampingnya. Benar saja hari itu Iven ulang tahun.

"Iya gue pasti datang." Ucap Almara. Dia memang berniat akan pergi ke dunia manusia untuk menyelesaikan semuanya.

"Oke kalau gitu! Sampai ketemu nanti malam!"

Tut..tut..

Almara keluar dari kamarnya dengan membawa telepon tersebut. Dia masuk ke dalam lift dan menekan tombol 1 dimana para pelayan rumah berada. Saat pintu lift terbuka, Almara berjalan keluar dan langsung disambut oleh para pelayan rumah.

Dia tersenyum menatap satu persatu pelayan yang selama ini baik kepadanya. Mereka semua peduli kepada Almara dan sering mengajak Almara bermain saat raut wajahnya sedih atau sekedar saat berkelahi dengan Ruha. Mereka benar-benar mengerti bagaimana perasaan Almara.

"Kamu mau kemana, Almara?" Tanya Niki saat menatap dress selutut warna lilac yang dipakai oleh Almara.

"Ah, aku mau ke dunia manusia." Almara meletakkan telepon genggam ke atas meja.

"Apa Ruha mengajakmu kerja lagi?" Tanya Driva sambil menatap Almara.

"Mau ketemu keluarga aku, bukan kerja. Ruha dimana?"

"Tadi dia keluar, tapi gak tahu mau kemana."

Almara mengerutkan dahinya. Kemana Ruha pergi tanpa memberitahu dirinya?

***

Almara kini sudah berada di depan rumah Iven. Dia sedikit heran karena rumah Iven terlihat sepi padahal biasanya saat ulang tahun rumahnya akan ramai. Tidak ingin membuang banyak waktu, Almara langsung masuk ke dalam. Tubuhnya tembus membuatnya tidak kesusahan untuk masuk ke dalam.

"Almara, kok lo lama banget?" Suara Hani membuat Almara terkejut. Dia berjalan ke samping dan mata Hani mengikutinya.

Tidak lama terdengar langkah kaki menuruni anak tangga. Iven dan Cahya berlari ke arahnya dan langsung memeluk Almara dengan erat diikuti oleh Hani. Almara mematung merasa terkejut dengan semuanya. Bukankah tubuhnya tidak bisa dilihat? Tapi kenapa ketiga sahabatnya bisa memeluk dirinya?

"Kalian bisa lihat gue?" Tanya Almara saat ketiga sahabatnya melepaskan pelukan mereka.

"Emangnya kenapa? Lo pikir diri lo hantu?" Tanya Cahya sambil mengerutkan dahinya.

Almara merasa ada yang tidak beres. Semuanya tidak masuk akal dan terjadi secara tiba-tiba. Almara kembali ke depan pintu dan mulai berjalan melewatinya.

Brukk

Sakit, satu kata yang terlintas dalam pikiran Almara saat tubuhnya menabrak pintu. Tidak mungkin, batinnya.

Almara beralih ke cermin dan betapa terkejutnya ia saat melihat dirinya sendiri di cermin. Dia nyata dan bisa dilihat.

"Ini beneran gue?" Tanya Almara tak percaya sambil menatap ketiga sahabatnya.

Iven, Cahya, dan Hani menganggukkan kepala bersamaan yang membuat Almara menangis. Kakinya melemas sehingga kini dia terduduk di lantai.

"Semuanya udah selesai, Alma. Semuanya udah kembali ke tempat semula."

"Ini pasti karena Ruha." Almara berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu, namun Iven menarik tangannya.

"Lo gak boleh kemana-mana." Ucap Iven sambil menatap Almara yang kini juga menatapnya.

"Gue mau nyari Ruha. Semua ini pasti karena dia!"

Iven menggelengkan kepalanya dan akan membawa Almara masuk ke kamarnya. Tapi Almara terus-terusan menolak.

"Ruha gak ngebolehin lo nyari dia!" Teriak Hani yang membuat Almara terdiam. Matanya kini beralih ke Hani yang sudah menangis.

"Dia berkorban buat lo, Almara. Dia.."

"Dia kenapa?!"

Hening sesaat dan diisi dengan isakan tangis dari Iven, Cahya, dan Hani. Almara benar-benar tidak mengerti kenapa sahabatnya seperti itu.

"Ruha kenapa? Kalian tahu kan dia ada dimana?" Tanya Almara sekali lagi sambil berjalan mendekati satu persatu sahabatnya.

Tanpa menjawab, Iven mengeluarkan handphone dan cincin dari saku bajunya. Dia memberikan handphone dan cincin itu kepada Almara.

Almara menatap kedua benda di tangannya. Semuanya milik Ruha baik handphone maupun cincin yang dulu tersemat di jari manisnya.

"Ruha minta lo buka galeri di hpnya."

"Jelasin dulu ke gue apa yang udah terjadi?"

Cahya membawa Almara untuk duduk di sofa diikuti oleh Iven dan Hani. Mereka bertiga kini sudah duduk di sofa dengan menjadikan Almara sebagai pusat perhatian.

"Ruha ngorbanin nyawanya buat melenyapkan makhluk jahat yang ada di tubuh lo. Dia juga datang ke kami buat minta bantuan. Dia minta kami ngasih hp sama cincin itu buat lo." Jelas Iven.

"Ngorbanin nyawanya? Dia dimana sekarang?" Hanya gelengan kepala yang menjadi jawaban ketiga sahabatnya.

Almara menekan dadanya yang terasa sakit. Air matanya tidak bisa keluar sehingga dadanya terasa sangat sesak. Apa yang didengarnya barusan berhasil membuat hatinya hancur. Bagaimana mungkin Ruha mengorbankan nyawa untuknya?

Almara membuka hp Ruha dan mencari galeri. Setelah dapat dia langsung membukanya dan mendapati satu video berdurasi 3 menit. Tanpa menunggu lagi, dia langsung membuka video tersebut.

"Hai, pengantin hantu." Sapa Ruha saat video tersebut terbuka.

"Almara, lo kenapa sih cantik banget? Dari dulu sampai sekarang lo gak pernah berubah. Gue jadi gak tega buat ngasih lo ke hantu lain." Kekehan kecil menjadi sebab air mata Almara berhasil turun.

Almara memukul dadanya berkali-kali yang terasa sesak. Ruha benar-benar membuat hatinya hancur.

"Makasih karena udah mau jadi pengantin gue. Makasih juga karena lo udah mau nemenin gue kerja selama ini. Gue cuma mau bilang sama lo.."

"Jangan pernah nyalahin diri lo sendiri. Di masa lalu sampai sekarang, lo gak pernah salah. Lo juga bukan pembunuh. Yang bunuh gue sama seluruh keluarga gue bukan lo, Almara. Gue tahu kalau saat itu tubuh lo diambil alih oleh Zerio."

Tangisan Almara semakin pilu. Dia menutup mulutnya dengan tangan. Menangis dalam diam sambil terus memperhatikan Ruha.

"Di masa sekarang pun lo gak salah. Gue ngorbanin nyawa gue emang karena kemauan gue sendiri, bukan karena lo. Jalani hidup lo dengan bahagia tanpa gue. Anggap aja gue angin yang datang menerpa wajah lo sebentar."

"Gue gak bisa bahagia tanpa lo." Gumam Almara.

"Gue cuma mau bilang sama lo kalau selama ini perasaan gue gak berubah buat lo. Gue sayang dan cinta sama lo lebih dari diri gue sendiri. Gue gak rugi kalau harus ngorbanin nyawa demi keselamatan lo."

"Lo salah! Lo rugi karena udah ngorbanin nyawa buat gue!"

Iven, Cahya, dan Hani yang mendengar itu semua juga menitikkan air mata. Mereka tidak tahu kisah Almara dan Ruha sepilu itu.

"Gue berharap hidup lo lebih bahagia tanpa gue. Cuma itu yang mau gue bilang sama lo."

"Maafin gue karena milih cara ini buat nyelamatin lo."

"Sekian dari gue untuk pengantin hantu yang tersayang."

Almara menangis dengan keras saat video tersebut habis. Ruha benar-benar meninggalkan dirinya tanpa menemuinya secara langsung. Dia bahkan tidak sempat melihat Ruha untuk terakhir kalinya.

Dia ingin melihat Ruha lagi. Ingin memukulnya karena telah berani pergi. Tidak, dia lebih ingin menghabiskan banyak waktu bersama Ruha.

"Ruha... Kenapa lo ninggalin gue?! Kenapa!" Teriak Almara yang membuat Hani langsung memeluknya.

"Tenang, Almara."

"Dia ninggalin gue! Gimana gue bisa jalani hidup bahagia tanpa dia? Gue gak bisa!"

Iven dan Cahya ikut memeluk Almara untuk menenangkannya. Mereka tahu bagaimana terlukanya hati Almara saat ditinggalkan oleh orang yang paling disayanginya.

"Kenapa lo tega ninggalin gue?"

Continue Reading

You'll Also Like

11K 1.5K 47
DANMEI TERJEMAHAN
562K 85.4K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
2.1M 250K 103
(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikh...
20.7K 2.1K 41
[COMPLETED] Dikucilkan, diberikan makian, bahkan tak sungkan beberapa orang justru telah mengejeknya tidak karuan tentang sosok Anya Alegreya, anak...