BELAMOUR 3.0

By Min_iren

9.5K 1K 9.8K

Bila daksamu terlampau tenat, atma diselimuti masygul muluk-muluk, singgahlah pada tempat yang menurutmu pali... More

Foreword
Letters To A Sacred Soul
Dezamăgire
Woebegone
Continue de t'attendre
Magnolia's Penumbra
Floricide - Smell of the Death from Asphodel
Sacrifice
Trailer
Eccedentesiast - Hides pain behind a smile
Psithurism
Caraphernelia
Lypámai
Absquatulate
엑스트라

Endlose Sehnsucht

428 56 678
By Min_iren

Seorang wanita tengah memandangi rintikan air hujan yang mulai membasahi tanah pekarangan. Ia terdiam termenung duduk di kursi teras rumahnya, terlihat ia sangat merindukan orang yang sangat ia cintai.

Ia dibuyarkan oleh jemari kecil yang menepuk lembut bahunya, ia menoleh dan mendapati buah hatinya yang berusia kisaran lima tahunan itu tersenyum manis ke arahnya.

"Ada apa Jungnam-ah?" Jung Nami, wanita itu bertanya kepada putranya yang terlihat sangat bahagia sembari memegangi mainan robot di tangan kanannya.

"Eomma, aku senang sekali mendapat kiriman mainan dari appa." Soraknya penuh kegembiraan, Nami tersenyum lembut lalu mengelus pucuk kepala putranya itu.

"Eomma sangat senang, jika kau menyukai semua mainan itu." Setelah itu, Jungnam menarik tangan Nami membawanya untuk masuk ke dalam rumah.

"Eomma, ayo masuk! Di luar hujan, nanti Eomma sakit." Nami tersenyum sembari menuruti kemauan sang buah hati. Sesampainya di dalam rumah, Nami mendengar deringan yang berasal dari ponsel yang ada di kamarnya.

Dengan segera ia menuju kamarnya dan melihat siapa yang sedang meneleponnya. Saat Nami melihat nama yang tertera di layar ponsel itu, Nami mengembangkan senyuman bahagianya.

"Yeobo! Kau dari mana saja, dari kemarin malam aku menghubungimu dan nomormu tidak aktif," teriaknya yang hanya mendapat balasan senyum polos Jeon Jungkook, suaminya yang menyelesaikan Kontrak kerjanya di Jepang. Jungkook sudah menetap di sana selama tiga tahun, dan sudah hampir satu tahun tak pulang ke Korea, Nami tak ikut ke Jepang karena saat menikah Nami masih belum menyelesaikan kuliah.

"Mianhae Yeobo, aku sudah bilang padamu dua hari yang lalu kalau aku akan melakukan penelitian akhirku di sebuah kota kecil yang ada di Nagasaki, dan aku baru pulang tadi pagi. Maafkan aku baru bisa menghubungimu, karena di sana tak ada sinyal sama sekali."

"Terserahlah, aku tak peduli." Tanpa Nami ketahui , di seberang sana Jungkook tengah berusaha mengusap air mata kerinduannya itu. Dan menahan diri agar tak menangis saat menelepon keluarganya.

"Yeobo, bagaimana kabar anak kita? Aku dengar dia sudah masuk sekolah?" tanya Jungkook dengan penasaran, ia sangat merindukan putra kesayangannya itu karena hampir satu tahun ia tak pulang, dan hanya melihat perkembangan putranya lewat panggilan video yang ia lakukan dengan Nami.

"Tanyakan sendiri padanya, kenapa kau tidak melakukan panggilan video? Apa kau tak merindukan wajah cantikku ini, hm?" gerutu Nami dengan sedikit kesal, di seberang sana Jungkook sedang terkekeh membayangkan wajah kesal Nami yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Baiklah , sebentar Yeobo. Aku ada di luar apartmen, aku akan masuk dulu ke apartment." Jungkook berbohong, nyatanya ia sudah di dalam kamar apartment-nya, ia mengusap air matanya yang berhasil lolos melewati kelopak matanya.

Setelah mengusap air matanya, dengan segera ia melakukan panggilan video pada Nami. Ia tersenyum menampilkan dua gigi kelincinya, dilihatnya Nami yang sedang menangis sesenggukan yang sudah berada di samping putranya.

Ia juga melihat Jungnam memeluk lengan Nami dengan erat.

"Jungnam-ah, kenapa Eomma-mu menangis?" tanyanya berpura-pura tak tahu penyebab menangisnya sang istri. Ia melihat mata Jungnam yang juga mulai berkaca-kaca.

"Appa! Kami merindukanmu, cepatlah pulang!" teriak Jungnam diiringi dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya.

"Hei hei! Kalian jangan menangis, janganlah bersedih nanti kalian juga akan membuat Appa menangis!" Jungkook yang sedari tadi menahan tangisnya akhirnya tak dapat menahannya lagi.

"Hei , Jeon Jungkook! Aku tak mau tahu kau harus pulang, di sini kami sangat-sangat merindukanmu, dan awas saja kalau kau macam-macam di sana," ucap Nami sambil tak hentinya menangis.

"Appa, jangan cari Eomma baru lagi, ya! Di sini Eomma selalu menangis setelah menelepon Appa dan mengatakan kalau takut Appa mencari yang lain karena Appa terlalu tampan," ucap Jungnam sesenggukan, sesekali ia juga mengusap ingus yang keluar dari hidungnya.

"Hei, jangan percaya apa yang dikatakan Jungnam," elak Nami.

"Tenang saja, Yeobo, aku tak akan pernah menduakanmu. Aku selalu mencintaimu dan juga buah hati kita." Jungkook terkekeh melihat Nami dan juga Jungnam yang menangis entah kenapa hal itu membuat Jungkook sangat bahagia sekaligus tak sabar untuk segera pulang.

Itulah rutinitas yang setiap hari mereka lakukan, Jungkook akan selalu menelepon Nami di malam hari bahkan saat Nami tidur Jungkook menemaninya meskipun hanya melalui panggilan video.

Di suatu pagi, Nami menjalani rutinitas paginya seperti biasa. Sehabis membuatkan Jungnam sarapan , ia juga mengantar Jungnam pergi ke sekolah ia menitipkan Jungnam pada gurunya di sekolah jika ia belum datang menjemput Jungnam pulang.

Setelah itu, ia pergi ke toko roti kecil miliknya. Ia membuka toko tersebut, tak lama kemudian dua karyawannya datang menyapa Nami. Ia mulai membersihkan tokonya dan menata beberapa roti yang sudah ia siapkan untuk dijual.

Toko roti , yang bernama 'te amo' itu cukup popular di masyarakat karena tempatnya cukup indah, nyaman dan kualitas rotinya sudah tak diragukan lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, ia berpamitan sebentar pada dua karyawannya untuk menjemput Jungnam.

Dengan segera, ia menuju sekolah Jungnam menggunakan mobil Kia Seltos putih miliknya.

Sesampainya di sekolah Jungnam, ia sedikit terkejut karena melihat seorang pria asing yang sedang duduk dan berbincang di samping putranya. Dengan segera ia turun dan berjalan ke arah keduanya.

"Jungnam-ah, ayo pulang." Nami menarik lengan Jungnam , dia memandangi pria itu dengan penuh tanda tanya.

"Maaf, Anda siapa?" tanya Nami sembari mengernyitkan dahinya.

"Perkenalkan saya Kim Taehyung, saya guru baru di sekolah putra Anda. Dan saya juga menggantikan Guru Shin yang hari ini berhalangan hadir, Guru Shin juga berkata pada saya untuk menemani Jeon Jungnam hingga orang tuanya menjemput," jelasnya pada Nami.

"Baiklah, terima kasih atas bantuannya Taehyung-ssi. Saya Jeon Nami ibunya Jungnam."

Setelah perkenalan singkat itu, Nami dan putranya pergi ke toko roti tempat Nami bekerja. Nami kembali bekerja membuat beberapa roti untuk dijual.

Di Jepang tempat Jungkook berada ia disibukkan dengan penelitian akhirnya. Ia membaca berbagai macam buku untuk referensi di sebuah perpustakaan umum.

Dia dihampiri oleh seseorang yang tiba-tiba duduk tepat di sampingnya.

"Jungkook-ah, kenapa kau selalu mengabaikan pesanku? Kenapa kau setelah bekerja jarang berkumpul bersama teman-temanmu, hm?" Jungkook hanya melirik sekilas wanita yang berceloteh itu, lalu ia kembali fokus pada buku yang dibacanya.

"Jungkook-ah? Kau mendengarku?" Jungkook yang mulai risi dengan kehadiran wanita itu menutup buku bacaannya dengan keras. Lalu meninggalkan wanita itu dengan wajah kesalnya.

Jungkook berjalan santai sembari mengirimi pesan teks kepada Nami, namun sepertinya Nami sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jungkook berjalan menuju sebuah perusahaan real estate tempat ia bekerja.

Dari kejauhan ia melihat rekan kerjanya datang menghampiri Jungkook.

"Hai, Jeon Jungkook. Aku dengar akan ada pemagang baru yang datang hari ini?" ucap salah satu teman Jungkook yang bernama Yozuke.

"Benarkah?"

"Iya benar, katanya dia seorang wanita yang sangat cantik. Katanya dia dari Korea Selatan sama sepertimu," jelas Yozuke, Jungkook hanya meng-oh-kan ucapan Yozuke toh menurutnya info itu tidak penting baginya.

Jungkook telah sampai di meja kerjanya yang berada di divisi marketing, dia memulai pekerjaannya dengan penuh semangat. Dia tersenyum manis memandangi foto Nami beserta anaknya yang ia taruh di sebuah bingkai dan ia letakan di atas meja kerjanya.

Selang beberapa menit, kepala divisinya datang diikuti dengan seorang gadis muda di belakangnya.

"Teman-teman mohon perhatiannya sebentar," teriak kepala divisi itu sehingga semua atensi beralih menatapnya dan juga gadis cantik di belakangnya.

"Di Divisi ini kita kehadiran pemagang baru, dia berasal dari Korea Selatan. Nona, perkenalkan dirimu."

"Hai, perkenalkan nama saya Min Seukyung. Saya pemagang baru, saya masih berkuliah di Universitas Tokyo semester enam. Mohon bantuannya," ucapnya dengan penuh semangat.

"Baiklah, Nona kau bisa ambil meja kerja di sebelah Jeon Jungkook," pinta Kepala Divisi sambil menunjuk meja kerja kosong di samping Jungkook.

"Terima kasih." Seukyung berjalan ke arah meja kerja sambil menyapa beberapa karyawan yang ada di sana.

Sebelum duduk tak lupa ia juga menyapa Jungkook dengan ramah.

"Mohon bantuannya." Ia tersenyum seramah mungkin pada Jungkook.

"Iya." Jungkook juga tersenyum ramah pada Seukyung.

Mereka pun sekarang fokus pada pekerjaannya masing-masing, sesekali Seukyung bertanya kepada Jungkook saat tak mengerti suatu hal. Lalu, tanpa mereka sadari jam sudah menunjukkan waktu makan siang

Seukyung diajak beberapa karyawan wanita untuk makan di kantin kantor, namun ia menolak karena dia harus mengerjakan pekerjaannya karena nanti sore dia akan ada kelas.

"Jungkook-ssi, ku dengar kau orang Korea juga?"

"Ehm," jawab Jungkook tanpa mengalihkan perhatiannya pada layar komputer.

"Ini waktu makan siang, kenapa kau tak ke kantin?"

"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat, karena sore ini aku ada meeting." Jungkook masih terfokus pada layar monitor yang ada di depannya.

"Jungkook-ssi, ini untuk mengganjal perutmu." Seukyung menyodorkan sebuah onigiri dan sekotak susu cokelat pada Jungkook.

"Lebih baik kau makan sendiri Seukyung-ssi, aku membawa bekal sendiri," tolaknya disertai senyuman di wajah Jungkook.

"Baiklah, bagaimana kalau kita makan bersama di sini? Aku juga membawa bekalku."

Jungkook menghela napas dengan berat, ia melihat ke arah ponsel ada sebuah panggilan video dari istrinya. Dengan senyuman yang terlihat begitu bahagia ia mengangkat panggilan tersebut.

Seukyung melihat siapa yang menelpon Jungkook, ia mencoba melirik sekilas.

"Dia sangat cantik." Jungkook menoleh ke arah Seukyung.

"Iya, dia memang cantik karena dia istriku," tutur Jungkook pada Seukyung, di seberang sana Nami berteriak keras.

"Jeon Jungkook! Aku mendengar suara wanita, siapa itu?! Awas saja kalau kau macam-macam!" Jungkook tersenyum , lalu mengarahkan kameranya pada Seukyung.

"Perkenalkan dia Seukyung, dia dari Kore--" Sebelum sempat Jungkook memperkenalkan Seukyung tiba-tiba Nami kembali berteriak.

"Kyaaaa! Seukyung-ah!"

"Eonni!" balas Seukyung, hal itu membuat Jungkook mengernyitkan dahinya kebingungan.

"Wahh! Sudah lama ya semenjak aku lulus kuliah tak pernah melihatmu lagi, ternyata kau di Jepang."

"Aku juga sangat merindukanmu, kita sudah lost contact selama beberapa tahun."

Seukyung merupakan mantan adik tingkat dari Nami, yang sudah sangat akrab seperti adiknya sendiri. Namun, dua tahun lalu mereka lost contact karena rusaknya ponsel Nami.

Di suatu pagi, Jungnam terbangun dari tidurnya. Ia berjalan santai menuju arah dapur, ia melihat sekitar dan tak mendapati sosok ibunya di dapur itu.

"Eomma?" Jungnam kebingungan mencari sosok ibunya yang menghilang tanpa izinnya. Jungnam melihat ke kamar ibunya, tas dan ponsel Nami masih berada di kamar tandanya Nami tidaklah pergi ke mana pun.

Lalu, betapa terkejutnya Jungnam saat ia melihat sosok ibunya yang sudah berlumuran darah di gudang belakang rumah. Nami terkulai lemas mengeluarkan banyak darah dari perutnya.

"Eommaaa!" Jungnam dengan segera berlari keluar rumahnya dan berusaha mencari pertolongan, ia berlarian sambil berteriak panik meminta tolong. Lalu, dari kejauhan Taehyung yang kebetulan mobilnya melewati depan rumah Nami pun turun dan mencoba menenangkan Jungnam.

"Hei tenanglah, ada apa, Nak?"

"Seonsaengnim, tolong ibuku dia berdarah!" Jungnam menarik kencang lengan Taehyung dan membawanya menuju tempat kejadian.

Betapa terkejutnya Taehyung melihat sejumlah luka tusuk yang ada di perut Nami yang sekarang sudah tergeletak tak sadarkan diri. Dengan cepat Taehyung menelepon petugas medis untuk segera mendatangi rumah ini.

Taehyung juga mencoba menenangkan Jungnam yang sangat terlihat histeris dengan apa yang telah menimpa ibunya ini. Tak lama kemudian petugas medis datang dan segera memberi pertolongan pertama pada Nami dan membawanya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit para petugas medis segera membawa Nami ke ruang UGD, Jungnam masih berteriak histeris dalam pelukan Kim Taehyung.

"Eomma ... tidak! Jangan Tinggalkan aku!" Taehyung menenangkan Jungnam dengan pelukannya.

"Sudah, eomma-mu aman di sana. Lebih baik kita berdoa saja, ya?" ucap Taehyung sambil menepuk-nepuk punggung Jungnam.

"Apa yang harus kukatakan pada appa? Ssaem, aku gagal melindungi eomma." Tangisan Jungnam kembali pecah, Taehyung dengan sabar menenangkan bocah itu hingga akhirnya tertidur pulas dalam dekapan Taehyung.

Taehyung dan Jungnam berada di salah satu kamar rumah sakit, tempat di mana Nami di rawat. Kata dokter, Nami telah berhasil melewati masa kritisnya dan sekarang masih belum sadarkan diri.

Jungnam yang sudah terbangun dari tidurnya duduk di samping ranjang tempat Nami berbaring. Ia menggenggam jemari Nami dengan erat.

Taehyung menelepon nomor Jungkook yang ada dalam ponsel Nami.

"Yeoboseyo?"

"Nde? Bukankah ini nomor telpon Nami? Siapa kamu?" Jungkook heran mendengar suara pria asing yang memegang ponsel milik istrinya ini.

"Maaf, ada sesuatu yang menimpa istrimu. Aku tau kau pasti sangat terkejut mendengar ini, jadi kumohon tenanglah dia sudah ditangani di rumah sakit."

"A-apa? A-apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku tenang jika terjadi sesuatu dengan istriku? Katakan ada apa berengsek?!" Jungkook terlihat sangat marah dan terkejut, setelah mendengar penjelasan dari mulut Taehyung.

"Mohon tenanglah, polisi sedang menyelidiki tentang kasus ini. Aku juga sudah menghubungi ibu dan ayah mertua Anda, mereka akan segera ke sini." Sambungan telepon pun terputus, Jungkook menutup teleponnya.

Dua hari telah berlalu, Jungkook belum mendengar kabar perihal keadaan Nami. Ia terlihat sangat kacau dan tak fokus dalam bekerja.

"Jungkook-ssi, lebih baik kau beristirahat saja atau kau izin saja kepada atasan untuk kembali ke Korea. Aku juga turut bersedih hati mendengar sesuatu yang buruk telah menimpa Nami eonni," ujar Seukyung prihatin.

"Baiklah, aku hari ini akan pulang lebih awal." Setelah itu Jungkook meminta izin kepada atasannya untuk izin pulang lebih awal, karena ia merasa sangat kacau dan perlu istirahat.

Sesampainya di apartment, Ia bergegas untuk membeli tiket pesawat secara online lewat Laptopnya. Ia juga menelepon nomor Nami namun tak pernah tersambung.

"Kenapa dia tak mengangkatnya?" Jungkook terlihat sangat panik dan khawatir.

Selang beberapa menit, ponselnya berdering. Ada sebuah panggilan video masuk dari nomor asing, dengan segera ia mengangkat panggilan tersebut.

"Yeobo?"

Jungkook terlihat sangat bahagia melihat seseorang yang sangat-sangat ia rindukan itu.

"Nami, kau kemana saja aku sangat merindukanmu. Kau tau betapa kacaunya aku di sini, tenang saja Nami aku akan segera pulang secepatnya." Jungkook menangis melihat keadaan istrinya yang sangat pucat pada panggilan video itu.

"Hei, Jeon Jungkook. Kenapa kau cengeng sekali, hm? Aku tak apa, aku sudah sadar dan lihatlah aku tak sendirian di sini." Nami memperlihatkan di ruangan rumah sakit ia bersama kedua orang tuanya, Jungnam dan satu orang asing yang belum pernah ia lihat.

"Nami, itu siapa?" Tunjuknya pada Taehyung yang sedang duduk di samping ibu mertuanya.

"Dia guru baru di sekolahan Jungnam, dia juga yang membantuku di sini. Dia juga sedang menyelidiki motif penusukan yang dilakukan orang misterius itu padaku." Jelas Nami pada Jungkook, Jungkook terlihat sedikit kesal seharusnya dia yang saat ini di sana di samping Nami.

"Yeobo, aku akan segera pulang ke sana aku sangat merindukanmu."

Nami tersenyum lemah mendengar ucapan Jungkook.

"Aku tak apa Jung. Taehyung ingin berbicara sebentar denganmu." Kemudian ponsel itu berpindah tangan pada Taehyung.

"Annyeonghaseyo Jungkook-ssi," sapa Taehyung, lalu terlihat Taehyung keluar dari kamar Nami.

"A-apa yang sebenarnya terjadi, kumohon ceritakan padaku?" ucap Jungkook tak sabar.

"Begini, maafkan saya baru bisa menghubungi Anda sekarang. Oh iya ini adalah nomor ponsel milik saya, karena ponsel Nami-ssi sedang diselidiki oleh kepolisian."

"Tolong jelaskan semuanya dengan jelas padaku, apa itu semacam perampokan?" tanya Jungkook pada Taehyung.

"Menurut polisi, motif penusukan itu bukan didasari oleh perampokan. Polisi melihat CCTV sekitar, dan kebetulan sekali CCTV itu sedang dalam perbaikan. Lalu, polisi me--" Jungkook memotong penjelasan Taehyung.

"Tunggu!" Taehyung mengernyit heran.

"Kau terlihat tak asing?" Jungkook menyadari, bahwa Taehyung terlihat sangat familier baginya. Taehyung menyeringai, setelah Jungkook sadar bahwa dia bukanlah orang baru baginya.

"K-kau? Kim Taehyung? Putra Kim Moonsuk?" Jungkook terlihat sangat terkejut, Kim Moonsuk adalah penyebab meninggalnya kedua orang tua Jungkook. Jungkook telah berhasil membalaskan kedua orang tuanya, dengan menjebloskan Kim Moonsuk ke dalam jeruji besi.

"Haha, kau sudah ingat, ya? Jeon Jungkook-ssi, aku akan membuatmu semakin menderita. Sama halnya dengan yang kau lakukan padaku dulu."

"Sialan! Berengsek kau! Jangan kau sentuh Nami dan Jungnam!" Taehyung menyunggingkan smirk-nya.

"Haha, kau tahu Jungkook-ssi. Akulah yang menusuk Nami, aku menyelinap masuk ke rumah dan menusuknya. Dan itu sangat menyenangkan haha."

"Kim Taehyung! Keparat kau!" Taehyung memutuskan sambungan panggilan video tersebut, Jungkook semakin khawatir. Ia memutuskan untuk kembali ke Korea malam ini juga.

Sialnya, Kedua orang tua Nami pamit dan menitipkan Nami beserta Jungnam pada Taehyung. Taehyung kembali merencanakan hal buruk pada Nami hanya untuk membuat Jungkook menderita.

Sedangkan, Jungkook mencoba menelepon teman-temannya yang ada di Korea untuk meminta pertolongan. Percuma saja pikir Jungkook jika menelepon polisi, karena Taehyung adalah orang yang sangat licik dan pintar memanipulasi seseorang.

"Ck, sialan. Kubunuh kau Kim Taehyung!" Jungkook berlari di Bandara dan segera menaiki pesawat yang akan membawanya ke Korea.

Di rumah sakit tempat Nami dirawat terlihat Taehyung mendatangi ruangan perawat dan membisikkan sesuatu pada salah satu perawat di sana, tampak raut ketakutan tercipta dalam wajah sang perawat. Namun, perawat itu terlihat mengangguk mematuhi perintah Taehyung.

Di kamar, Nami sedang berbincang singkat dengan putranya.

"Jungnam-ah, kemana perginya Taehyung?" Nami bertanya pada buah hatinya karena tak melihat kehadiran Taehyung di sekitarnya.

"Taehyung-ssaem pulang sebentar ke rumahnya, Eomma." Nami mengangguk mendengar penuturan putranya.

Tak beberapa lama kemudian seorang perawat datang, dan meminta izin untuk mengganti cairan infus milik Nami. Jungnam pamit akan bermain ke taman belakang rumah sakit, ia berjalan dengan ceria.

Selesai mengganti cairan infus, perawat itu menyuntikan sesuatu yang mencurigakan ke dalam selang infus milik Nami.

"Apa yang kau suntikan pada selang itu?" Nami terlihat curiga dengan gelagat perawat itu.

"Itu hanya vitamin." Perawat itu terlihat terburu-buru pergi meninggalkan Nami yang menatapnya dengan tajam.

Jungkook telah tiba di Incheon Airport, ia bergegas mencari taksi dan segera menuju rumah sakit tempat Nami Di rawat. Sesampainya di rumah sakit, ia memaksa pada resepsionis rumah sakit untuk menunjukkan kamar tempat istrinya dirawat.

Setelah mengetahui tempat Nami di rawat, betapa terkejutnya Jungkook telah melihat perawat dan juga dokter berlarian ke arah kamar Nami.

"A-ada apa ini?" Jungkook terlihat sangat kebingungan ia juga melihat Ibu mertuanya memeluk Jungnam yang menangis meraung-raung memanggil-manggil ibunya.

"Eomma, Jungnam? Apa yang terjadi?" Jungnam memeluk ayahnya dengan erat.

"A-appa! Eomma ... Eomma meninggal.."

Sekejap jantung Jungkook merasa berhenti, ia merasa dunianya sangat gelap dan hancur. Ia mematung, setelah mendengar ucapan sang buah hati, bahkan ia tak bisa menangis.

"Ha ...." Dia hanya bisa menarik napasnya dengan berat lalu tersenyum kecut. Ia menerobos masuk ke dalam ruangan Nami, para dokter sudah menyerah dan menetapkan waktu kematian Nami.

Dengan berjalan gontai, Jungkook mendekat ke ranjang Nami. Ia membuka penutup jenazah, lalu melihat istri yang selama ini sangat ia rindukan telah terbujur kaku.

"Kau tahu aku sangat merindukanmu. Kita sudah lama tak bertemu, tapi kenapa kau terburu-buru pergi meninggalkanku, hm? Apa kau tak merindukanku?" Jungkook memeluk erat mayat Nami, ia mencium bibir Nami Sekilas.

"Aku merindukanmu ...." Air mata mulai memenuhi kelopak mata Jungkook.

"Aku merindukanmu, hidup ini terlalu singkat. Aku harap di kehidupan selanjutnya kita bisa bertemu lagi, aku akan terus mencintaimu di kehidupan-kehidupan selanjutnya dan seterusnya aku akan selalu merindukanmu." Jungkook menangis tersedu-sedu.

Jungkook mengusap air matanya dengan kasar, ia berjalan keluar rumah sakit menghiraukan teriakan putranya, Ia pergi menuju rumah Taehyung.

Sesampainya di rumah Taehyung, Jungkook berteriak pada pemilik rumah itu.

"Selamat datang, Jeon--"

Tanpa basa basi, Jungkook menembaki Taehyung secara membabi-buta. Hingga membuat Taehyung tewas seketika.

Tak selang beberapa lama terdengar suara sirine mobil polisi datang, para polisi itu pun menangkap Jungkook yang sedang mematung mencoba mencerna semua kejadian ini.

-The End-



Terima kasih banyaaakkk, buat semua author dan temen-temen yang ngedukung aku dalam membuat karya ini, maafkan juga jika karya ini banyak sekali kekurangan. Terimakasih banyak juga buat readers yang udah nyempetin diri buat baca belamour 1, 2 dan 3. Love you , borahae guys :*



























🧚seryzcyan🧚

Continue Reading

You'll Also Like

113K 10.3K 46
No Deskripsi. Langsung baca aja Taekook Vkook Bxb 🔞🔞 *** Start : 15 Januari 2024 End : -
37.2K 3.9K 22
DOSA TANGGUNG SENDIRI!!! CERITA INI HANYA FIKTIF TIDAK ADA SANGKUT PAUT NYA DENGAN CERITA ASLI. Area B×B & G×G & B×G!!! Berbijaklah dalam memilih bac...
120K 379 12
Cerita Istri majikan yang kepincut pegaiwainya.
1M 64.5K 39
SLOW UPDATE [END] Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata le...