Let Me Be Your Healer, Mr. Na...

By vioneee12

137K 17.9K 1.2K

"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI) More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
31
32
Special Part (1)
Special Part (2)
Special Part (3)
Another Special Part (1)
Another Special Part (2)
Another Special Part (3)
Another Special Part (4)
Another Special Part (5)
NEW STORY : JUNG JAEHYUN
RECOVERY | Lee Haechan

26

3.1K 436 54
By vioneee12

Yuna berjalan dengan sedikit terhuyung menuju dapur, kepalanya terasa sangat berat dikarenakan hanya mempunyai waktu empat jam untuk tidur.

Acara lokakarya selama dua hari penuh dengan para penulis dan juga staf editor ke luar kota membuat tenaga Yuna hampir habis.

Tadi malam, mungkin lebih tepatnya ia baru pulang dini hari, tiba dirumah pukul 3 dini hari, dan ia tidak dapat merasakan apapun lagi, sampai dirumah, ia langsung masuk kedalam kamar dan tidur.

Samar-samar, ia mendengar suara orang memasak didapur.

Siapa? Dirumah ini hanya ada dirinya dan suaminya, Yuta.

Apakah Yuta yang sedang memasak? Tidak mungkin, kan?

Yuna berhenti sejenak, ia mengumpulkan nyawanya, dan meski rasa pening yang juga tidak hilang, ia tetap melanjutkan perjalanan ke dapur yang terasa begitu panjang.

"Kau baik-baik saja?"

Yuna menyipitkan matanya, siapa sosok lelaki yang sedang memakai celemek itu?

"Apa begitu parah sampai kau juga kehilangan penglihatanmu?" lanjut suara yang begitu familiar itu dengan sarkas.

He, memang Yuta ternyata. 

Yuna hanya tersenyum kikuk, sepertinya kesadarannya belum pulih sepenuhnya.

Yuna sedikit tersentak karena terkejut saat kedua pipinya disentuh oleh tangan Yuta yang terasa dingin itu.

"Apa aku harus memberimu ciuman agar energimu kembali?"

Yuna refleks membuka matanya lebar-lebar, jantungnya tiba-tiba berpacu cepat, dan kemudian ia menggeleng sebagai jawaban.

Begitulah, Nakamoto Yuta memang suka berulah akhir-akhir ini, ia selalu menggoda Yuna yang tentu saja sangat berbahaya untuk kesehatan jantung istrinya itu.

"Menggeleng maka kuanggap 'iya',"

Yuta menyeringan kecil dan mulai mendekatkan wajahnya.

Yuna menahan Yuta agar tidak mendekat.

Bahaya, ini masih pagi!

"K-kalau begitu aku akan mengangguk,"

"Mengangguk juga berarti 'iya'," setelah mengucapkannya, Yuta langsung mencium Yuna, hanya sebuah kecupan ringan, kemudian ia tersenyum puas meninggalkan Yuna yang mematung ditempat.

"Hei, dimana kau meletakkan garam?"

Yuna menunjuk sebuah lemari kecil yang berada sedikit diatas Yuta.

Yuna terdiam sejenak melihat Yuta.

"EH?! KAU MEMASAK?!"

Yuta mendengus, apa Yuna baru sadar?

"Hm."

Yuna menghampiri Yuta, "K-kenapa? Kau kelaparan, ya? Kau pasti lapar dan karena aku bangun terlambat, maafkan aku."

Yuta tidak menjawab, lelaki itu sibuk mengaduk sesuatu.

Ia terlihat membuat nasi goreng kimchi.

"Yuta, kau tidak marah, kan?" tanya Yuna khawatir karena Yuta hanya mendiamkannya dengan wajah seperti itu.

"Diam, dan beritahu dengan jujur bagaimana rasanya."

Yuta menyendokan nasi goreng itu dan memberikannya pada Yuna.

Dan reaksi Yuna membuat Yuta merasa puas.

"Omo! Ini enak sekali! Aku tidak bohong, loh. Dan sepertinya ini lebih enak dari buatanku, hiks." ucap Yuna heboh sendiri. "Aku tidak tahu kalau kau pandai memasak,"

"Aku sudah lama sekali tidak melakukannya, mungkin terakhir saat SMP,"

"Sungguh? Tapi bagaimana bisa seenak ini?"

"Entahlah, insting saja. Lagipula ini cukup mudah,"

Yuna mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum manis.

"Eum, ta-tapi kau tidak marah-"

"Bicara sekali lagi dan kau akan dapat akibatnya."

...

Malamnya.

Yuta keluar dari kamar mandi, dan ia mendengar suara Yuna, istrinya itu sedang duduk disofa ruang tengah, karena penasaran, ia memilih menghampiri Yuna yang sedang terdengar sibuk berbincang dengan seseorang ditelepon.

Wajah cantik itu terlihat begitu serius, Yuna tampak larut dengan pembicaraannya ditelepon.

Yuna yang menyadari ada Yuta didekatnya, ia menoleh dan memberikan senyum sekilasnya, bermaksud menyapa, kemudian kembali melanjutkan pembicaraannya ditelepon.

Sudah hampir sepuluh menit dan akhirnya Yuna menghela nafas lega, telepon itu sudah berakhir.

"Ada masalah?"

Yuna mengangguk pelan, "Sedikit, karena pergantian ketua editornya,  jadi ada konsep yang harus dirubah,"

Yuna segera mengalihkan pandangannya setelah menoleh untuk melihat Yuta, lelaki itu hanya memakai kaos tipis hitam tanpa lengan, jenis muscle tank, dan lebih parahnya, Yuta masih membiarkan rambutnya tetap basah.

Dan sekarang, lelaki itu duduk tepat disampingnya.

"Apa Kenta juga ikut lokakarya kemarin?"  tanya Yuta tiba-tiba.

Yuna menggeleng, "D-dia sedang ke luar negeri."

Yuta tidak merespon lagi, yang dilakukannya sekarang adalah mengambil remote dan menyalakan televisi, kemudian kembali ke posisi duduknya.

Lelaki tampan itu tampak serius memindah-mindah program televisi, mencari sesuatu yang ingin ditontonnya.

Dan ia tersenyum puas setelah menemukannya.

Pertandingan sepak bola.

"Apa kau pernah bermain bola lagi? Baru-baru ini?"

Yuta menggeleng, "Tidak, tidak ada waktu."

"Padahal aku suka sekali melihatmu bertanding dulu,"

"Melihatku?"

Yuna mengangguk antusias. "Dulu, setiap tim sekolah kita ada pertandingan, aku selalu ikut menonton, aku suka sekali melihatmu, kau selalu jadi yang paling keren diantara yang lain!"

Yuta mengangguk singkat saja menanggapi ucapan Yuna, namun saat Yuna mengalihkan pandangannya, ikut fokus menonton televisi.

Saat itulah Yuta tersenyum.

Ini berlebihan, tapi Yuna yang begitu antusias memujinya itu membuatnya hampir gila.

Dan saat Yuna ingin beranjak berdiri, Yuta refleks menahan tangannya.

Bahkan Yuta sendiri tidak sadar kalau ia melakukannya.

Entahlah, semenjak ia mencoba meyakinkan diri tentang perasaannya terhadap Yuna, ia semakin tidak suka jika Yuna sedikit saja jauh darinya.

"K-kenapa? Aku hanya ingin ke kam-"

"Kau tidak merindukanku?"

Eh?

Yuna mengerjapkan matanya beberapa kali, dan mencoba memastikan apa pendengarannya tidak bermasalah.

Yuta bertanya seperti itu dengan sangat tiba-tiba.

Dan Yuta menyadari kebodohannya, ia langsung melepaskan tangan Yuna.

"Maaf, refleks." ucapnya seraya membuang muka.

Yuna terdiam sebentar, kemudian perlahan ia tersenyum, Yuna kembali duduk seperti semula.

Ia melirik Yuta yang seolah tidak peduli dengan ia yang kembali duduk disampingnya itu.

Apa lelaki itu sedang merajuk sekarang?

Yuna mengecup sekilas pipi suaminya itu.

"Kalau boleh jujur, aku sangat merindukanmu, Yuta."

Yuta tidak mengatakan apapun, ia masih mempertahankan wajah datarnya.

Namun kemudian ia menoleh, menatap Yuna.

"Sungguh tidak ada Kenta dalam lokakarya itu?"

Kenapa menanyakan Kenta lagi?

Yuna mengangguk, "Tidak ada."

"Bagus."

Yuna mengangguk lagi, "Aku ingin ke kamar du-"

"Disini saja,"

"Aku ingin mandi,"

"Ini masih pukul delapan, nanti saja."

"Tapi kau sudah mandi, aku belum. Aku juga  ingin mandi,"

"Kalau begitu artinya kau tidak merindukanku,"

"Huh?"

Yuta merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia kelepasan mengucapkan kalimat menggelikan itu?

Tapi Yuta tetaplah Yuta, semalu apapun, ia tetap bisa mempertahankan ekspresi datarnya.

Sementara Yuna, diantara kebingungan dan sedikit geli, ia memilih mengurungkan niatnya untuk mandi itu.

"Yuta," panggilnya.

"Hm,"

"A-aku sebenarnya malu menanyakan ini, tapi.."

"Apa?"

"Apa kau juga merindukanku?"

Tidak, rasanya Yuna ingin menghilang saja sekarang.

Ini karena Yuta yang seperti itu lebih dahulu, makanya ia sendiri tidak bisa menahan diri untuk tahu juga tentang bagaimana perasaan Yuta saat dia pergi.

"T-tidak usah dijawab! L-lupakan saja."

Yuta memang tidak menjawab, dan yang ia lakukan sekarang hanyalah diam dan menatap wajah Yuna yang sudah memerah itu.

Melihat tingkah Yuna yang kelabakan sendiri karena menahan malu.

Yuna melihat ponselnya bergetar, setidaknya untuk mengalihkan fokus, ia membuka ponselnya itu.

Sebuah pesan, dan Yuna sedikit terkejut membacanya.

"Kau tahu, aku lebih suka menjawab dengan tindakan,"

Ucapan Yuta membuat Yuna refleks menoleh, ia tidak mengerti.

"M-maksudnya?"

Yuta hanya tersenyum misterius, kemudian ia menarik Yuna agar lebih mendekat.

"Kau akan mengerti,"

Dan Yuta mencium Yuna setelah mengatakan itu.

Yuna yang sedikit panik mencoba menjauhkan tubuh Yuta, namun lelaki itu tidak mau berpindah sedikitpun.

Ada hal penting yang harus ia beritahu!

Yuta yang sedikit kesal karena Yuna terus memukul pelan bahunya, akhirnya berhenti dan menjauhkan wajahnya.

"Apa?"

"I-itu.. Itu... A-anu..."

Yuta menggeram pelan, Yuna ini benar-benar menguji kesabarannya.

Tidak mau menunggu lagi, Yuta kembali meraih Yuna.

Dan...

"MOMOKA DAT- OMO! MY EYES!!"

Yuta refleks berdiri dan membelakakan matanya melihat sosok kakaknya yang tiba-tiba datang.

"Apa-apaan?!!"

"Ma-maaf, aku sudah berusaha memberitahumu," cicit Yuna pelan, hampir tidak terdengar.

To Be Continued.

Hehe, ending yang sangat anu, bukan?

Jangan lupa vote + commentnya seperti biasa, ya? Ilysm!

Thankyou

and

See You

-vioneee12







































































Continue Reading

You'll Also Like

174K 16.3K 46
❝kita adalah dua hal yang saling terjerembab dalam satu bagian tentang suatu kesamaan, yaitu perasaan❞ Start : 1 April 2020 Finish : 19 June 2020
500K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
86.2K 8.2K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
37.9K 6.3K 39
ㅡa story that you can't guess. [ bahasa | end ] ❝maaf apa?❞ ❝maaf...❞ start : 20200519 end : 20210425 © all rights reserved ordinary by wintergardens...