XABIRU [END]

By SiskaWdr10

48.8K 3.7K 597

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... More

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
06.Dia iblis pembunuh!
07.Jagoan sedang sakit
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
14.Si biang kerok menang
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
22.Satu-satu nanti cape Ra
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
32.Dua pemeran yang buruk
33.Selamanya tetap pelanggar
34.Dari si pemberi luka
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
45.Penikmat alur tengah
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

37.Biru, you are not alone.

707 65 6
By SiskaWdr10

Lagi2 ku saranin puter dulu lagu di atas deh, aduh last child tuh setiap liriknya selalu ngena bgt, aku kalau ngetik sambil denger lagu mereka.

"Seiring saat keringnya air mata tak mampu menahan pedih yang tak ada habisnya. Hanya diri sendiri yang tak mungkin orang lain akan mengerti." -Last Child-

37.Biru, you are not alone.

Gorden yang terbuka membuat cahaya mentari menyinari wajah, siluet terang menyilaukan penglihatan Xabiru yang mulai membuka bola mata. Udara pagi ini terasa sejuk menerpa wajah. Kesadaran perlahan mulai terkendali.

Semalam usai mengatakan yang sejujurnya pada Sarah ia pingsan akibat kewalahan, daya tahan tubuhnya menurun. Butuh selang infus agar bisa kembali sehat, itu kenapa sekarang dirinya ada di ruangan rumah sakit. Sarah juga semalam memaksa Xabiru untuk operasi, mengingat itu jantungnya langsung berpacu cepat, segera berontak.

Aksi berontak Xabiru terurung saat melihat wajah cemerlang Rai yang meringkuk di sebelahnya, menjadikan tangan Xabiru sebagai bantal. Tidur Rai mulai terusik oleh pergerakan tubuh Xabiru.

Urusan ini semakin serius karena semua sudah tahu, senyum hangat dari Rai sebagai pembuka obrolan membuat Xabiru mematung. Bahkan ketika sudah tahu Xabiru berbohong besar Rai masih mau menerimanya kembali.

"Ra?"

"Kenapa biru?" persis sekali, Rai yang ini adalah Rai yang sama sebelum Xabiru berbohong.

"Maaf, Ra."

"Eh biru, Ra semalem liat-liat buku model kebaya sama jas gitu lho dari eyang," ucap Rai coba biasa saja, mengalihkan topik pahit yang akan keluar dari mulut Xabiru. "Nih liat---"

Suara serak Xabiru menyela. "Ra, maaf."

"Kita pake yang warna biru tua nanti, mau nggak biru? samaan sama Ra," ucap Rai memperlihatkan yang ia pilih.

Wajah ceria Rai sangat berbanding terbalik dengan Xabiru yang penuh sesal. Lemah.

"Ra gue bohongin lo."

"Mau gak biru?" suara Rai mulai sedikit bergetar.

"Maaf Ra, gue nggak bisa jamin bahagia lo lagi."

"Oh biru nggak mau couple sama Ra?" tanya Rai cemberut tapi matanya memerah. "YA UDAH SANA SAMA GESS!"

"Ra maaf ya, Ra?"

"Nggak papa kalau nggak mau warna biru, terus mau warna apa?" Rai masih tegas enggan membahas hal kemarin-kemarin.

Bibir pucat Xabiru tersenyum simpul. "Ra pake apapun cantik, selamat lulus Ra."

Rai mengangguk-ngangguk sumringah. "Jadi mau ganti warna apa kita?"

"Ra sama Nara, Juna, Zergan dan Calvin. Gue liat lo dari atas nanti," ucap Xabiru parau.

"Nih ya menurut Ra, kulit biru kan putih jadi warna gelap pun cocok. Warna item aja ya?" Rai tepuk tangan sambil tersenyum, senyum yang amat Xabiru benci.

"Ra janji sama gue jangan simpen harapan apapun lagi ke gue, dulu emang gue percaya nggak ada yang bisa bikin lo bahagia selain gue, ternyata itu keliru yang fatal Ra. Bahagianya setiap orang bukan tanggung jawab orang lain tapi tanggung jawab diri sendiri, lo nanti kalau gue pergi harus bisa cari bahagia sendiri. Bahagia yang nggak harus bergantung sama seseorang karena skenario tuhan nggak akan bisa ditebak," nasihat Xabiru yang membuat air mata Rai tergenang di ujung mata.

"Ya kalau skenario tuhan nggak bisa ditebak kenapa biru paling sok tau kalau umur biru nggak akan bertahan lama, hah?!"

"Karna gue mau nyerah."

"PAYAH! BIRU PAYAH TAU GAK!" sentak Rai. "Sekarang ada Rai, biru! senyum Rai bakalan terus terpancar supaya biru bertahan, atau biru mau apa? bilang biru."

"Sakit, Ra." terdengar begitu pelan, Rai mengusap air matanya. "Gue nggak mau bohong lagi sama lo, sakit Ra sakit."

"Asal biru mau dioperasi semua sakit hilang, dan ... dan...." tangan Rai menepak-nepak kencang dadanya. "DAN RAI YANG BAKALAN JAMIN NGGAK ADA SATUPUN ORANG YANG NYAKITIN BIRU LAGI!" lalu tangan Rai menggenggam erat satu tangan Xabiru yang begitu dingin. "Ra nggak bercanda biru, Ra bakalan patahin tulang orang yang jahat sama biru. Nanti kan biru sehat kita pukulin sama-sama, ah---atau ancaman jitu biru, BAKAR RUMAHNYA!"

Rai selalu seperti ini, pemberani. Semangat Xabiru yang menurun kembali berdatangan Lekung senyum tercetak di bibirnya, ia bergumam pelan. "Warna biru? yeaah nanti kita pake di hari wisuda."

Tangan Rai terkepal ke atas, ber-yess bahagia. "Bertahan ya biru? kalau bukan demi Ra seengganya demi mommy di atas yang mau liat anak laki-lakinya bisa bahagia."

Mommy adalah kelemahan sekaligus kekuatan terbesar dalam hidup Xabiru. Untuk kali ini ia kembali coba bertahan.

Setelahnya Rai mengoceh panjang lebar, bercerita ini, itu segala hal yang ia lalui tanpa Xabiru kemarin. Netra hijau yang bersinar hangat milik Xabiru terus memperhatikan Rai, tidak mau beralih sedetikpun.

Rai terdiam beberapa saat kala sadar cara Xabiru memperhatikannya membuat ia mati kutu. "Ra aneh ya biru? jujur Ra pake lipstik yang punya teh Selin, bukan liptin yang biasa Ra pake," ujar Rai tersenyum kikuk.

Gelagat Rai yang salah tingkah membuat Xabiru menggeleng geli. "Lo jelek banget Ra," guraunya membuat bibir Rai melengkung, senyum. Sikap menyebelaknya sudah kembali pulih.

"Ya emang, cuma Juna yang bilang Ra cantik," balas Rai sambil memeletkan lidah.

"ENAK AJA!" amuk Xabiru. Rai tertawa puas.

"Dua hari lagi bakalan diumumin yang keterima jalur snmptn, biru tau kan?" tanya Rai setelah tawa mereda.

Kepala Xabiru mengangguk. "Tau. Gue tau semua, nilai lo di sekolah bakal paling gede dan kampus yang lo mau bakalan nerima lo. Percaya sama gue lo bakalan jadi jaksa yang mahal, mahal dalam artian nggak akan menumpulkan keadilan, juga lo pasti jadi aktivis terkeren satu kampus yang dengan berani menyuarakan pendapat smart lo."

"Yayayaya, nggak salah. Pacarnya Rai apa sih yang nggak tau?" Sial, pipi Xabiru memerah. "Biru sendiri cita-citanya apa?"

"Ja---"

"Nggak-nggak, jangan bilang mau jadi super man lagi!" omel Rai sambil melotot galak. Ya, sebelumnya memang itu jawban dari Xabiru.

Yang diomeli tertawa, mengerutkan kening macam orang serius berpikir. "Eh jadi apa sih itu Ra, yang itu."

Rai menyilangkan tangannya di dada dengan mata memecing. "Yang mana?"

"Yang itu, eh apa sih gue lupa?"

"Yang otomotif?"

"Bukan Ra."

"Yang apa?"

"Yang itu Ra, duduk di sebelah lo depannya penghulu?" goda Xabiru. Rai membuang pandangannya ke langit kamar, mirip kepiting rebus pipinya sekarang. "Aduh Ra kok nggak jawab? yang itu lho Ra, masangin cincin di jari---"

"DIEM DEH?!!" amuk Rai galak, ia sejujurnya tengah tersipu. Selalu saja Xabiru berhasil membuatnya jatuh cinta lewat lelucon.

********

Sepulangnya Rai, Zergan dan Calvin datang membesuk. Membawa buah tangan, Zergan simpan di nakas.

Suasana akward mulai menyelimuti, Zergan duduk di sebelah kiri sedangkan Calvin di kanan. Sarah tengah menjemput ketiga anaknya di sekolah, hari Minggu saja sekolah TK mahal itu ada kegiatan.

"Gimana ru, udah mendingan?" Calvin lebih dulu bertanya.

"Udah, thanks nyempetin datang," balas Xabiru. Ia juga merasa canggung.

Zergan diam, memandang tubuh Xabiru yang semakin mengurus, ringkih.

Seperkian menit hanya terjadi saling diam tanpa kontak mata satu sama lain, ini jelas bukan mereka bertiga yang selalu canda, riang, tawa.

Calvin yang menundukan kepala kembali bersura. "Ru maaf."

"Hah?" sahutan Xabiru pelan, sedikit terkejut.

"Maaf ngebiarin lo sakit sendirian," lirih Calvin memilukan. "Gue sama Zergan keluarga lo, ru."

"Keluarga yang gagal," lanjutnya. Xabiru bisa melihat Calvin mengusap-ngusap matanya yang tertutup rambut.

Xabiru menelan saliva di mulut. "Lo berdua nggak pernah gagal, gue yang minta maaf nutup-nutupin semuanya."

"Bertemen sama lo bertaun-taun masih aja gue nggak ngerti watak lo, harusnya kemarin gue sama Zergan tanya baik-baik, bukan ngotot, lo jelas orang yang nggak mau disusahin," papar Calvin. "Maafin gue sama Zergan ru, maaf telat sadar."

"Vin udah lah?" Xabiru telah membuat semuanya merasa bersalah akibat rencana yang ia buat. "Gue udah nggak papa lagian."

"Kalau inget saat liat lo pucet, badan geter dan susah banget nafas rasa sesal gue makin gede ru, gue selalu bayangin mungkin lo gitu tanpa kita berdua, mati-matian sakit sendiri? gue sama Zergan apa gunanya ru?" tanya Calvin tersedu-sedu.

Zergan semakin diam seribu bahasa.

"Maaf, ru," tambah Calvin tidak berani menatap mata Xabiru.

Celana levies di bagian paha yang Calvin kenakan terlihat basah kena tetesan air mata. "Dari sebelum cere dulu bokap nyokap gue selalu ribut, tempat pelarian gue ke rumah Zergan sama lo, ngebahas hal-hal gak jelas yang penting bikin gue ketawa bahagia. Ngelupain kacaunya di rumah. Dari lo berdua gue bener-bener bisa ngerasain keluarga yang nggak pernah gue rasa utuh."

"Ngajarin arti banyak hal tentang hidup, pertemanan, keluarga, ketulusan. Sampe gue paham kalau keluarga itu nggak melulu tentang ikatan darah tapi ikatan yang punya pemikiran satu arah. Cuma ke lo berdua gue berani cerita banyak hal, berani jadi diri sendiri dan berani kalau gue harus nangis sekalipun. Kita yang selalu berandai-andai mau jadi orang kaya sambil mabok, kita yang selalu lari di kejar pak Wendi sambil ketawa-ketawi, kita yang selalu jaga satu sama lain dan kita-kita lainnya yang selalu bareng nggak akan bisa gue dapetin dimanapun lagi. Dan saat lo nutupin luka sendiri rasanya gue di khianati ru, kenapa kita nggak bisa bareng juga nanggung sakit lo? gue marah ru marah, sangking marahnya sampe gue ngerasa ini salah di gue yang masih banyak kurangnya jadi keluarga lo. Maaf ru, maaf," ucap Calvin. Isakannya dapat Xabiru dengar.

Mata Zergan mulai memanas, selama berteman baru kali ini mereka di tempatkan posisi sedih mendalam. Zergan bukan orang yang banyak omong, ia mungkin terlihat baik-baik saja di luar tetapi rusak di dalam.

"Bilang kalau gue lebay atau apapun, dari kemarin gue belum makan, cuma ngelamun mikirin lo, mikirin gimana caranya kasih tau ke lo kalau gue sama Zergan sayang tulus ke lo sebagai keluarga, ngerakit kata-kata semaleman yang akhirnya gue cuma bisa nangis sambil mukul-mukul diri sendiri," imbuh Calvin begitu tulus. Mendongkak, mata yang memiliki kantung hitam pekat itu memberanikan menatap mata Xabiru.

"Ru janji sembuh ya? jangan ninggalin gue sama Zergan ru," pinta Calvin parau. "Lo mau nikah duluan kan sama Rai? gue sama Zergan nanti yang nyiapin semua."

Xabiru terkekeh kecil, mengangguk. "Makasih jing, lo tuh dari dulu gue pengen peluk aja Vin."

Calvin mengusap air matanya berkata, "najis, homo."

"Nikah apaan? nanti dulu gue mau nikmatin masa muda bareng lo berdua, sampe lulus. Bantu gue ya? bantu gue bertahan, makasih selama ini udah jadi temen yang paling mau gue susahin, gan, Vin. Kalau nanti gue gagal bertahan gue bakal---"

"Nggak anjing ru? apaan si lo," ketus Zergan galak.

"Siapa yang ngira udah operasi gue bakal baik-baik aja? kan semua kapan aja bisa mati gan, gue bakalan minta sama Tuhan kasih kehidupan yang baik dari segela hal baik buat lo berdua," lanjut Xabiru serak. Calvin kembali menunduk.

"Jangan ngalong bae, gue nunggunya di surga," gurau Xabiru membuat keduanya melotot galak.

Calvin meronggoh saku celananya. "Nih ru kalau lo mau aib gue, gue kirim semua ke lo. Asal lo bahagia."

Ia menunjukan foto dirinya sendiri yang tengah menangis, mangap, manyun dan gaya lainnya yang sungguh menggelikan. Calvin paling tahu Xabiru suka dengan foto aib.

"Lo semalem nangis sambil selfie?" Zergan keheranan melihatnya.

"Emang kenapa si gan," sewot Calvin. Xabiru tertawa.

"Gak etis tolol, orang nangis sambil denger musik galau, lo nangis sambil bikin aib sendiri," cetus Zergan kesal.

"Yaudah sih gan nggak dosa ini," kata Calvin sibuk memperlihatkan foto-fotonya. "Ini tuh bentuk cinta mati forover togethger gue ke Biru."

"Tau lo gan, gue nanti hidup bahagia sama Calvin di jerman membangun rumah tangga sakinah mawadah warohmah, jangan iri dengki lo," sahut Xabiru yang juga tidak kalah gilanya.

"Najis jabang bayi," celetuk Zergan sambil bergidig jijik. Dalam hati Zergan amat senang semuanya sudah kembali seperti semula.

Sama halnya seperti Rai, dua kamerad ini juga bercerita panjang lebar tentang semua hal yang mereka lewati tanpa satu sama lain, sekali dua kali Zergan menyeletuk dan Calvin yang selonjoran tertawa.

"Ya goblog biasa aja napa?" omel Zergan sinis.

Xabiru tertawa geli juga. "Good ide itu Vin, si Zergan ngedate pake baju partai biar Triona ilfeel, lah oke sih dari pada digalakin, lo kaya gak tau mulut Zergan aja, maen halus aja ya gan?"

"Bego, dinner atau nyoblos jing?" sahut Calvin geli.

"Risi banget gue, mepet-mepet aja kaya ulet keked, yaudah gue pinjem baju partai bapak gue aja, mampus nggak mau kenal gue lagi tu cewek," ucap Zergan membuat Calvin makin lemas tertawa sambil tepuk tangan, heboh.

Seluruh tbuh Xabiru bahkan bergetar akibat tawa, membayangkan betapa malunya Triona harus jalan dengan Zergan yang sengaja memakai baju partai. Triona mantan gebetan Xabiru itu yang apa-apa selalu di buat status demi fomous dipermalukan oleh si galak Zergan.

Calvin menyeka ujung mata. "Gitu bae mah nggak punya cewek lo, gan."

Bukan hanya ini, dulu sempat ada yang mengejar-ngejar Zergan dan dia sengaja ajak si cewek itu nobar di bioskop, setelah di dalam bioskop dengan sengaja Zergan membuka nasi padang yang ia beli, makan dengan lahap, mati kutu si cewek menahan malu.

"Kan gue pilih-pilih, minimal kaya Rai," katanya melirik Xabiru.

"Yeuh ege, disuruh milih malah minta dikubur," kata Calvin, perihal Rai Xabiru sedikitpun enggan berbagi.

"Rai nggak mau sama tukang ngadu ayam, gan," balas Xabiru dengan wajah serius.

Tangan Zergan ancang-ancang mendamprat Xabiru. "Itu bapak gue dih?"

Tawa Calvin menggelegar, sesudahnya mengambil buah tangan di nakas, karna memang apa yang tadi ia ucapakan tidak bohong. "Ru lo nanti malem disini?"

"Lo nyuruh gue cepet mati atau begimana?" tanya balik Xabiru. Calvin menyegir, sadar salah ucap.

"Waktu nenek gue batu ginjal, kan di rawat di RS juga, malem ke tiga gue yang suruh nemenin tuh," papar Calvin berecerita sambil mulutnya sibuk menguyah buah pir. "Gue demi dah takut bae sama hawa rumah sakit, malemnya gue niat sholat isya anjir ketar-ketir inget film makmum, yang setannya ada di belakang kita. Ngide dah gue sholat deketan ke dinding supaya nggak ada setan, eh tau-taunya pas rukuk gue nyungsep ke depan."

Dua orang yang menyimak tertawa, kencang sekali bunyinya. Puas seolah hidup mereka sungguhan bahagia.

"Pakbeledug tea bunyinya," kata Calvin tidak bohong, memegang kening. "Benjol pala gue taik? Nenek gue terkencing-kencing di celana pas liat."

Di sela-sela tawa Zergan terus memaki kebodohan Calvin. "Asli nggak kepikiran nyungsep gue?" heran Calvin atas kebodohan diri sendiri.

"Kalau gue sih udah gak heran, lo dongonya udah parah banget nggak bisa ketolong," canda Xabiru diakhiri kekehan.

Zergan setuju. "Lo tuh kadang suka mau kelipak diri sendiri nggak sih Vin? deminya ge ikhlas gue wakilin lo kelipak, sini mau berapa kali?"

Baru mau menyergah buah pir Calvin jatuh, tanpa berpikir apapun ia ambil dan makan ulang. "Dongo dih, udah jatoh juga?" omel Zergan.

"Et emang napa sih gan belum lima menit ini," jawaban orang Indonesia sepertinya kebanyakan selalu begini.

"Cacingan goblog," kata Zergan dengan penuh penekanan. Xabiru tertawa.

"Zergan tuh sebenernya galak-galak sayang tea napa Vin sama kita?" sengaja Xabiru menggoda Zergan.

"Gue udah tau sih itu mah," kata Calvin percaya diri melirik Zergan yang menepiskan bibir.

"Amit."

Tawa yang susul-menyusul dengan bantahan Zergan terhenti saat pintu terbuka, menampilkan wanita cantik dengan barang bawaan yang banyak di tangan kanan dan kirinya. Ia berjalan mendekat sambil membuka kacama hitamnya.

"OMG SIAL SEKALI HARUS BERTEMU DUA BATAGOR DIBERI NYAWA?" ejeknya, menyimpan bawaan di meja sofa.

Bibir Zergan yang sudah monyong-monyong akan membalas terurung oleh gerakan jari Xaviera yang ia arahkan ke bibir mereka berdua. "I punya oleh-oleh buat you berdua, jangan panggil i bulepotan!" kecamnya, mengibskasn rambut lalu berjalan mengambil satu kantung tas belanja.

Sumringah wajah kedunya mendapatkan oleh-oleh, wajah Zergan kembali kusut saat melihat isi di dalam. "Dih?"

Berbeda dengan Calvin yang masih memancarkan aura bahagia. "Yang bener aja lo le, kita bertiga laki masa warna pink?" cibir Zergan judes.

"Bersyukur gan, et kita mah gimana ge cakep ya Ru?" Xabiru menganggguk sambil tersenyum geli.

"Najis?" Zergan heran kenapa ia betah berteman dengan Calvin.

"Zergan you pake dong!" perintah Xaviera berdesis galak.

"Siapa juga yang mau pake?" pertanyaan sinis Zergan hangus begitu saja saat dengan mudahnya kaos polos lengan pendek berwarna pink muda itu Calvin pakai di tempat, ia sedikit angkat lalu talikan di tengah-tengah sampai pusar perutnya terlihat seksi.

"Dih? kaya docil, udah sono open BO di oyo," kata Zergan tidak suka. Xaviera tertawa pun dengan Xabiru yang mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi.

Tabiat Zergan yang galak, Calvin yang percaya diri tinggi dan Xabiru yang konyol sudah seutuhnya kembali. Xaviera amat bersyukur Tuhan memberikan dua teman terbaik untuk adiknya.

*******

Petuah dari Xaviera yang diimbuhi Sarah membuat Xabiru tidak memiliki celah untuk menolak, ia bersedia operasi di Singapura besok lusa. Penanganan intensif disana akan jauh lebih baik juga mereka memikiki alat-alat operasi yang memadai, Alex yang akan mengurus semua. Dia selalu ingin yang terbaik.

Xaviera menyelimuti tubuh Xabiru sampai dada, duduk di sebelahnya sambil tersenyum. "Selamat tidur," ucapnya pelan.

Dibalas senyuman meledek oleh Xabiru agar suasana tidak canggung. "Tidur kau jelek!" omel Xaviera memelototi.

"Ada yang ingin kau ceritakan?" Xabiru bertanya sebab dari siang tadi tatapan Xaviera terlihat kosong walau bibirnya mengulum senyum.

"Nothing," balas Xaviera semenyakinkan mungkin. Alis Xabiru terangkat satu, masih ragu. "Besok-besok saja, ini sudah malam. Lagi pula ceritaku tidak begitu penting."

Malam ini yang berjaga hanya Xaviera, dua temannya akan ujian, harus bangun pagi dan tidur cukup. Sarah tidak bisa, Syafira tengah sakit.

Jam di dinding menunjukan pukul satu malam. Xaviera tidak bisa tidur. Lamat-lamat garis wajah tampan Xabiru di tatap sendu oleh sang Kakak, tangganya menggegam erat tangan dingin Xabiru, hanya itu yang bisa ia lakukan. Rasa takut kehilangan masih begitu membakas.

"Biru ... banyak sekali yang ingin aku ceritakan, yang ingin ku pinta, ku ucapkan, ku harapkan dengan mu, tapi pada akhirnya hanya satu yang paling ku inginkan dari mu," kata Xaviera serak, gurat wajah ceria tadi siang hilang total, yang ada hanya wajah pucat pasi ketakutan. Ia berbicara pada Xabiru yang tertidur, Xaviera tidak berani menangis di depan Xabiru.

"Jangan pergi, ku mohon. Jangan tinggalkan aku seperti mommy," tangan Xabiru yang begitu dekat dengan bibir Xaviera dapat merasakan tetesan bulir kristal yang membasahi. "Berjuta kali sudah ku bilang aku hanya memiliki mu di bumi. Hanya kau biru."

"Kau tahu selama di pesawat apa yang ku lakukan? menangisimu sambil khusu berdo'a pada Tuhan, jangan ambil biru Tuhan jangan ambil adik ku. Apapun yang kau mau ambil asal jangan biru, tidak peduli mau paras cantik, harta atau nyawa sekalipun ambil saja asal jangan biru, izinkan dirinya merasakan hidup bahagia, dengan begitu kepergian ku pasti jauh lebih bahagia," lirih Xaviera terisak semakin pilu.

"Untuk kehilangan mu semanis apapun perpisahannya aku tetap tidak akan rela, biru ... jika kau pergi apa lagi alasan aku hidup? bermiliar-miliar uang dari daddy untuk pemulihan mental tidak ada apa-apanya dibanding saat aku jatuh dalam pelukanmu. Pelukanmu yang membuat ku selalu bertahan, selalu tenang, selalu merasa semua baik-baik saja, tutur kata dan sikap-sikap sederhana dari mu yang membuat mental ku kian hari mulai membaik, semua orang tidak akan paham, bahkan daddy sekalipun tidak paham jika kau luar biasa berpengaruhnya untuk ku," ungkapnya jujur. "Saat kau merasa pengecut karena gagal menolong mommy dulu detik itu juga rasanya aku ingin berteriak di telinga mu, berkata lantang jika kau hebat biru, kau berhasil jadi anak laki-lakinya mommy. Aku tahu betul saat kecil kita sama-sama ketakutan, sama-sama terluka juga sama-sama sakit melihat mommy harus terus disiksa oleh daddy tapi dengan keberanian besar kau tersenyum untuk ku, memeluk ku yang menangis deras sambil berkata 'tidak apa-apa Xaviera, nanti semua pasti membaik' dasar pembohong!" Xaviera mengusap air matanya. "Lantas tengah malam diam-diam kau menangis di kamar mandi, sangat pelan agar aku tidak mendengar. Dari kecil biru, dari kecil kau selalu seperti ini."

"Maka jika sudah dewasa kau masih disakiti daddy aku bersumpah akan membalas lebih dari yang dia beri padamu, tidak boleh ada yang menyakiti perisaiku, pelindungku, pengaruh terbesar dalam hidup ku. Bertahan lah untuk ku, ku mohon biru," isakan Xaviera semakin menjadi-jadi, hidungnya mulai kendat. Sesak tiada akhir terus menghantui.

Padahal semalaman penuh di pesawat ia menangis, masih belum cukup.

Genggaman tangan semakin dieratkan. Suara seraknya berucap sangat pelan. "Kau bukan pengecut, you are my hero."

Mata yang terpejam itu sedikit berair, terbuka lemah. "Yeaaah, aku tahu itu."

Xaviera mendongkak, terperajat ternyata Xabiru hanya berpura-pura tidur. "Aku selalu jadi jagoan untuk mu," lanjut Xabiru, mengusap lembut pipi sang Kakak. "Kau tahu? aku benci sekali melihat mu menangis, kantung matamu menghitam dengan hidung yang merah macam tomat. Hei, jelek sekali?"

Ejekan yang selalu Xaviera suka, ia tersenyum dengan air mata yang mengalir. "Biar saja, malam ini aku ingin menangis sepuasnya di depan mu, akan ku tunjukan seberapa sayangnya aku pada mu. Air mata ku bahkan bisa untuk kau gunakan mandi," cerocos Xaviera, galaknya mulai kembali.

Mendengar itu Xabiru terkekeh geli. "Cengeng."

"Masa bodo!" tanpa dosanya Xaviera bangkit dan ikut berbaring di sebelah Xabiru, memeluknya sangat erat, mengecup berulang-ulang pipi Xabiru yang coba menghindar.

"Hentikan viera, jika suster tiba-tiba datang bagaimana?" omel Xabiru pada tabiat Kakaknya.

Segukan dari Xaviera bekas menangis masih dapat Xabiru dengar. "Peduli amat," katanya enteng lalu menyusut ingus menggunkan baju Xabiru yang meringis pening.

Telinga Xaviera ia tempelkan ke jantung Xabiru. "Ya awas saja jantung jika kau berhenti bekerja, berhadapan langsung dengan ku!" kecam Xaviera pada jantung Xabiru, Xaviera tetaplah si galak milik biru.

Hari ini banyak sekali pelajaran yang bisa Xabiru ambil, tentang besarnya kasih sayang orang terdekat, besarnya ledakan dari kebohongan dan tangisan yang tetap ada untuk perpisahan yang akan menyambut.

*******

[Ini biru waktu kecil, sebelah kamar mommy]

[Ini udah gede, pulang dipukulin dari bengkel mang Aceng]

Peluk jauh biru!💙💙💙

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 284K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
97.1K 7.8K 31
"Kehadiran Lo cuma bikin gue semakin menderita."-Caka "Oke mulai sekarang aku akan pergi dari kehidupan Kakak."-Lauren ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ Up setiap ada wa...
76.3K 6.5K 65
[Masuk Kategori "Populer" dan "Paling Digemari Komunitas"] Dari cinta, lewat semesta, untuk kita. Singkat saja. Ini kisah tentang Pradikta, Agritha...
22.1K 2.5K 20
"𝐬𝐮𝐬𝐚𝐡 𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮, 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐤𝐞𝐝𝐚𝐫 𝐥𝐢𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐧𝐲𝐮𝐦 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮."...