DISA | broken

By mataair24

2M 131K 17.3K

END. "Gimana kalau kita kasih pelajaran dengan cara bawa ke bar? Kita kerjain, ajak minum, bawa kehotel, trus... More

•DISA MAULIDYA•
•ARKAN DAMAREL•
01||
02||
03||
04||
05||
06||
07||
08||
09||
10||
11||
12||
13||
14||
15||
16||
17||
18||
19||
20||
21||
22||
23||
24||
25||
26||
27||
28||
29||
30||
32||
33||
34||
35||
36||
37||
38||
39||
40||
41||
42||
43||
44||
45||
46||
47||
48||
49||
50||
51||
52||
53||
54||
55||
56||
57||
58||
EXTRA PART
⛔️SEQUEL⛔️
?¿

31||

29.4K 2K 292
By mataair24

"Cara terbaik untuk mengetahui seseorang mencintai mu atau tidak, cukup lakukan satu hal, jangan paksa dia untuk bertahan."
~
_____________________________________

Tok Tok!

"Iyaa bentarrr!!"

Sedari tadi suara ketukan pintu itu terus menggema tanpa henti nya. Disa yang berada di dapur itu langsung bergegas menuju pintu utama. Mencari tahu siapa pelaku yang menggedor pintu rumah nya ini dengan brutal.

Disa membuka pintu itu dan alhasil terpampang jelas seorang pria yang pasti nya Disa kenali wajah nya tengah berada tepat di hadapan Disa sekarang.

"Arkan mana?" Tanya nya dengan nada bicara yang sangat datar, tanpa ekspresi sedikit pun.

"Loh, bang Arta." Sedikit kaget memang saat melihat kehadiran abang ipar nya ini.

"Biasa aja ekspresi lo. Gak perlu kaget juga kali."

Disa terkekeh pelan. "Cuman kaget dikit kenapa tiba-tiba bisa ada disini."

"Gue cari Arkan." Ujar Arta to the point.

Disa ber oh ria. "Ohh, Kak Arkan baru aja keluar."

"Kemana?"

"Gak tau, dia selalu gak mau ngasih tau kalau setiap pergi keluar." Jawab Disa seadanya.

"Gak lo tanyain kali, makanya dia gak mau ngasih tau."

"Udah capek dan bisa dibilang berkali-kali gue nanyain dia setiap mau keluar. Tapi jawaban yang gue dapat malah diluar ekspektasi, dia malah nyentak dan marah-marah gak jelas."

"Kalau memang ada suatu hal penting sama dia. Telfon aja suruh balik." Usul Disa seraya menatap wajah lelaki ini.

"Lo aja yang telfon, bilang kalau gue disini." Putus Arta.

"Gak bisa, gue gak punya kontak dia."

Arta tertawa miris mendengar perkataan Disa barusan. "Suami istri, ketemu tiap hari, tapi gak ada kontak nya? Gimana cerita nya? Kaya orang asing aja."

Senyuman getir terukir di sudut bibir Disa. "Status doang yang terikat, tapi asli nya mah besikap asing satu sama lain. Abang tau sendiri lah gimana Kak Arkan."

"Sini hp lo."

"Hah?"

Jujur saja, Disa sedikit tersentak saat mendengar nya.

Arta berdecak. "Udah sini, pinjem dulu bentar."

"Ya t-tapi buat apa?"

"Ah lama deh!" Dengan gesit Arta merampas ponsel milik Disa yang berada disaku baju nya. Cukup mudah meraih ponsel wanita ini. Arta juga tak sabaran melihat Disa yang tak kunjung memberikan ponsel nya.

"Buat apa sih? Jangan macem-macem deh." Disa terus memantau pergerakan Arta. Sedikit sebal memang saat Arta merampas ponsel nya secara tiba-tiba.

"Udah diem! Bawel banget."

Arta terlihat fokus pada ponsel milik Disa. Jemari-jemari nya yang tampak menari dilayar ponsel itu. Begitu juga dengan Disa, ia terus memantau aksi Arta. Entah sesuatu apa yang akan Arta lakukan sama sekali Disa tak tahu.

"Nih."

Selang beberapa detik, Arta kembali menyodorkan ponsel itu kehadapan Disa. Disa meraihnya, buru-buru ia mengecek sesuatu apa yang telah Arta perbuat.

"Gue udah simpen nomor gue dan Arkan di hp lo. Jadi kalau lo butuh apa-apa, lo gampang hubungin gue ataupun Arkan. Kalau pun Arkan macem-macemin lo, lo bisa langsung hubungin gue." Perjelas Arta tanpa ekspresi sedikit pun.

Disa paham sekarang. "Makasih."

"Hm." Balas nya terdengar begitu dingin.

"Gue mau masuk."

"Oh iya, silahkan."

Disa bergeser sedikit bermaksud memberi ruang agar Arta bisa lewat dan masuk kedalam rumah ini. Dan Arta seenak nya menyelonong begitu saja masuk kedalam rumah ini.

Tanpa basa-basi sedikitpun, Arta langsung menghempaskan tubuh nya di sofa. Dan dengan gesit Arta langsung membuka hoodie yang ia kenakan dengan satu tarikan.

Detik itu juga reflek Disa memejamkan matanya erat. Menolehkan kepala nya kekiri bermaksud untuk menghindari aksi itu.

Melihat tingkah Disa yang seperti itu, sontak Arta mengerutkan dahi nya bingung. "Lo ngapain?"

"Kalau mau buka baju jangan sembarangan bisa?! Gak ada tata krama nya banget!"

Cukup, Arta tak kuat lagi menahan tawa nya. Alhasil Arta mengeluarkan tertawa kecil itu.

"Bukan nya merasa bersalah malah ketawa. Gak jelas banget!" Tak henti-hentinya Disa merutuki lelaki itu.

"Sekarang buka mata lo dan liat gue."

"Gak mau lah gila!"

"Liat dulu sini! Gue jamin kalau lo noleh pasti lo bakalan malu banget." Arta tetap santai seraya merentangkan tangan nya pada kepala kursi.

Disa membuang nafasnya kasar. Ia mencoba untuk mengontrol emosi nya. Alhasil Disa memutuskan membuka matanya. Menoleh secara perlahan tapi pasti ke arah Arta.

Dan ya!

Mata Disa mendelik sempurna. Perkataan Arta tadi sangat tepat sasaran. Disa benar-benar merasa malu sekarang.

"See?" Arta menaikkan satu alis nya.

Disa hanya bisa meneguk saliva nya kasar.

"Makanya jadi orang tu jangan ke pede an. Sok tau banget, sok suci lagi. Gue masih pake kaos daleman kali. Yakali cuman pake hoodie doang."

"Malu kan lo sekarang?" Arta menampilkan smirk nya.

"Gak, siapa bilang. Biasa aja tuh." Disa masih mencoba untuk tetap santai. Benar saja, Arta masih memakai baju dalaman.

Arta membasahi bibir bagian bawah nya. Menatap wajah Disa lekat-lekat. "Atau lo beneran mau liat punya gue, hm?

"Gak lah gila! Apa-apaan sih! Gak selera tau, gue juga udah punya suami."

Arta berdecih. "Punya Arkan gak ada apa-apa nya sama punya gue. Punya Arkan mah lewat. Mantepan juga punya gue. Abs nya juga mantepan punya gue lah. Gak mau nyoba elus, hm?" Arta mengulum senyum nya, berusaha menggoda wanita didekat nya ini.

"Apaan sih lo! Gak jelas banget! Kalau niat nya kesini buat ngomongin hal gak jelas kaya gini mending pergi deh! Gue jijik tau gak! Lo kira gue cewek apaan hah?!" Hardik Disa dengan kerutan kekesalan yang sudah terpampang jelas didahi nya.

Tertawa renyah berhasil Arta keluarkan. "Haha gue bercanda kali."

"Bercanda lo gak lucu! Gue gak suka!"

"Iya-iya maaf. Lagian gak bakalan mungkin lah gue kaya gitu. Mau ditaruh dimana muka gue? Bisa-bisa gue kehilangan harga diri."

"Udah dong bego, jangan cemberut gitu mukanya." Arta masih dapat melihat dengan sangat jelas raut wajah kekesalan wanita ini.

Arta membuang nafas nya kasar melihat Disa yang tampak mengacuhkan nya saat ini. Walaupun Arta termasuk kategori cowok yang tak banyak omong, ia tetap berusaha mencairkan suasana ini.

"Adek gue masih jahat ya sama lo? Masih suka ngebentak?"

"Masih." Singkat nya.

Arta berdecih seraya membuang pandangan nya kesembarang arah. "Kapan sih tu anak berubah nya."

"Gak tau, gak akan pernah berubah kaya nya. Sejauh ini belum ada tanda-tanda sisi lembut dan baik dia ke gue. Mungkin akan, tapi gak tau kapan."

"Kalau jalan fikiran lo kaya gitu, kenapa lo masih mau nikah sama dia dan terus-terusan bertahan sama dia. Lo sadar gak sih, dengan cara lo seperti ini sama aja lo nyiksa diri lo sendiri. Toh dengan lo nikah sama Arkan kehidupan lo juga gak lebih baik dari sebelum nya kan? Malah makin parah dan terpuruk."

"Ya mau gimana lagi, dia harus bertanggung jawab sama apa yang udah dia perbuat. Gak bisa seenak nya lepas gitu aja."

Arta memperbaiki posisi duduk nya menghadap Disa. Menatap fokus wajah wanita ini. "Disa, dengerin gue. Kalau sampai Arkan gak berubah dan sikap nya masih gitu-gitu aja, masih kasar dan suka jahatin lo. Gue harap lo harus ngambil keputusan dengan cara mengakhiri hubungan ini. Stop nyiksa diri lo sendiri, dengan cara ini sama aja lo ngebunuh diri lo secara perlahan."

"Kalau dalam masa dekat ini lo sempet nemuin laki-laki yang baik, tulus bahkan bener-bener sayang sama lo. Gue mohon terima aja, hidup bahagia sama dia. Tinggalin Arkan, jangan perduliin dia. Bangun lembaran baru sama cowok baik itu. Lupain masa lalu. Gue bakalan dukung lo, Disa."

"Gue tau betul kalau adek gue itu brengsek. Dan gue sebagai abang maluuu banget sama perbuatan yang udah dia lakuin ke lo. Maka dari itu gue terpaksa bilang gini ke lo. Lo itu orang baik Disa, dan Arkan manusia bajingan. Lo gak pantes bersatu sama dia. Dan lo pantes nyari laki-laki yang lebih baik dari Arkan. Yang baik dan pasti nya sayang sama lo. Bukan cowok bangsat kaya Arkan."

"Kalau lo udah gak kuat, lo boleh tinggalin dia Dis. Hidup sendirian dengan damai dan tenang. Jangan takut, mungkin gue bisa bantu lo dikit-dikit nanti nya. Sebagai wakil pertanggung jawaban Arkan karena gue disini sebagai abang nya Arkan."

"Percaya sama gue dan dengerin kata-kata gue barusan. Lo bebas milih jalan lo sendiri. Lepas dari Arkan dan tinggalin dia kalau lo udah gak kuat lagi dengan sikap arogan nya dia."

"Toh setelah bayi lo lahir nanti lo bakalan juga ditinggalin kan sama Arkan? Lebih baik hidup sendiri dengan damai. Dari pada harus hidup bareng Arkan yang bisa nya cuman nyakitin dan memperburuk suasana."

"Kenapa seakan-akan lo pengen banget gue pisah sama Kak Arkan. Apa jangan-jangan ini cara halus semata? Supaya gue bener-bener pergi dari kehidupan Kak Arkan. Terlebih keluarga lo yang gak suka banget sama gue. Dan otomatis lo juga gak suka kan sama gue? Maka dari itu lo gunain cara halus ini?" Lirih Disa menatap lekat mata Arta.

Arta berdecak. "Bukan itu maksud gue!"

"Adek gue itu brengsek Disa! Dan orang baik kaya lo gak pantes hidup sama bajingan yang gak tau diri! Plis gue mohon dengarin kata-kata gue. Demi kebaikan lo."

"Walaupun Arkan adek kandung gue. Bukan berarti gue harus ngebela dia. Dia salah! Dan orang yang salah gak bisa dibela dan dibenarkan. Gue bakalan mihak ke orang yang bener."

"Ayo jadi jahat Dis, ngapain jadi orang baik. Orang yang dibaikin malah gak tau diri. Jangan juga jadi orang yang lemah, bisa-bisa nya lo bakalan terus ditindas nanti nya."

"Percaya sama gue, cepat atau lambat bakalan ada orang yang bersykur banget milikin lo. Tapi gue rasa orang itu bukan Arkan. Bajingan kaya dia gak bakalan mungkin tau artinya bersyukur."

"Gak akan ada orang yang bisa bersyukur milikin gadis yang udah rusak kaya gue." Sela Disa dengan nada memelan.

"ADA!" Tegas Arta. "Pasti ada. Percaya sama gue, orang baik pasti bakalan ketemu orang baik juga."

Disa hanya bisa diam ditempat. Rasanya ia sudah kehabisan kata-kata sekarang. Disa tak berani menatap ke arah Arta yang tampak menggebu-gebu. Disa juga sempat berfikir apa yang dikatakan oleh Arta ada benar nya.

Arta membuang nafas nya kasar, berusaha merileks kan diri nya. "Hal apa yang pengen banget lo lakuin sekarang? Atau suatu hal apa yang lo minta sama Arkan tapi dia gak mau ngasih. Kasih tau gue sekarang, gue bakalan menuhin hal itu sebagai pengganti Arkan." Ujar nya tanpa memandang Disa.

Disa tampak berfikir sejenak, sedikit ragu rasanya mengutarakan hal ini pada Arta.

"Bilang aja." Desak Arta.

Disa meneguk saliva nya kasar. Lidah nya seakan-akan kelu mengucapkan hal ini. "Yang paling gue inginin cuman satu sebener nya. Kemarin gue minta untuk dibeliin susu ibu hamil sama Vitamin sama Kak Arkan. Tapi dia nya gak mau. Malah marah-marah dan bilang kalau gue nyusahin dia."

"Jujur cuman hal itu yang paling gue butuhin untuk saat ini. Lagi pun kalau gak karna terpaksa gue gak bakalan minta. Gue emang bener-bener gak punya uang, tabungan gue bener-bener habis." Tutur Disa pelan.

Sontak Arta memandang wajah Disa. "Hal simpel itu? Ada lagi?"

"Hm."

Arta berdecih dibuat nya. Mengingat adik nya yang benar-benar setega itu. "Cih, keterlaluan."

"Lo siap-siap, kita pergi beli sekarang."

Perkatan Arta barusan berhasil membuat Disa tersentak. Disa tak salah dengar kan?

"I-ini beneran?"

"Beneran, kapan gue pernah main-main sama omongan gue? Cepetan siap-siap!"

~o0o~

Arkan meraih sebuah kaleng yang merupakan minuman bersoda itu dari dalam lemari es ini. Jujur saja, sebenar nya niat Arkan mampir ke supermarket ini bukan untuk membeli minuman saja. Melainkan ada suatu hal keinginan lain yang akan ia penuhi.

Arkan menyusuri lorong rak belanjaan ini. Matanya tak henti-henti nya menelisik setiap rak, ia mengedarkan pandangan nya ingin mencari sekumpulan barang yang ingin ia dapatkan.

Tepat, Alhasil Arkan menemukan sesuatu itu. Arkan menghentikan langkah nya tepat di deretan rak susu ibu hamil. Mata nya menelisik luas berbagai macam varian dan berbagai macam bentuk susu ibu hamil yang terdapat di rak ini. Sehingga berhasil membuat Arkan yang tak tahu apa-apa menjadi kebingungan.

"Emang bener ini susu untuk ibu hamil?" Gumam nya dengan pandangan yang tak lepas menelisik kotak-kotak susu yang terdapat berbagai macam ukuran.

"Tapi bener deh kaya nya. Orang ada gambar ibu hamil nya gini." Tatapan Arkan terfokus pada suatu gambar wanita hamil disana.

"Buset banyak banget modelan nya. Yang mana satu anjir."

"Ada rasa coklat,"

"Vanilla,"

"Strowberry."

Arkan membaca dengan sangat teliti varian rasa yang tertera disana, sembari menunjuk bergantian menggunakan telunjuk nya.

Arkan mengusap-usap pelan dagu nya. "Dia suka nya varian apa ya?"

Arkan berjalan sedikit kekiri, bermaksud melihat-lihat lebih banyak. "Merk nya juga banyak. Jadi yang buat dia yang mana?"

"Aishh gue mana tau soal beginian! Orang bukan gue yang hamil."

Entah mengapa Arkan mendadak sebal ditempat.

"Cari apa mas? Barangkali ada yang bisa dibantu. Kelihatan nya kebingungan gitu."

Reflek Arkan menoleh ke arah kanan. Dan Arkan dapat melihat seorang wanita dengan pakaian seragam ala supermarket ini.

"Bisa bantu saya gak mbak?"

Pelayan itu mengangguk. "Bisa. Mas nya lagi cari apa?"

"Saya lagi cari susu ibu hamil."

Pelayan itu ber oh ria. "Ohh buat siapa mas?"

"Gak usah kepo bisa gak mbak?" Sinis Arkan.

"Buat istri nya yaa? Kirain masih lajang, eh rupanya udah suami orang. Nikah muda ya mas?"

"Mas nya ganteng, pasti bibit nya unggul nih."

Pelayan itu tak henti-henti nya menggoda Arkan. Dengan tatapan yang masih terfokus menatap wajah Arkan. Bukan nya bergegas mengerjakan pekerjaan nya. Pelayan itu malah asik senyum-senyum sendiri ditempat.

Arkan mengerang, ia berdecak sebal. "Kan udah dibilang gak usah kepo. Iya! Gue udah suami orang, mau apa lo hah?!"

"Eh enggak mas, tadi cari susu ibu hamil kan. Ini dia." Alih nya menunjukkan sekumpulan rak susu ibu hamil itu pada Arkan. Sedikit ngeri memang melihat Arkan yang mulai menyeramkan.

"Usia kandungan nya udah berapa bulan mas?"

Arkan berdecak, ia tampak berfikir sejenak. "Ck, berapa ya,"

"3 bulan deh kalau gak salah.

"Kalau untuk usia kandungan yang 3 bulan kebawah ini dia mas."

"Dan untuk varian rasa nya ini. Mas nya bisa pilih sendiri."

"Yang paling bagus yang mana?" Tanya Arkan dengan nada dingin andalan nya.

"Kalau untuk yang paling bagus dan bernutrisi ya merk yang ini." Lagi-lagi pelayan itu menunjukkan nya kehadapan Arkan.

"Yaudah, gue mau itu." Final nya.

"Varian nya mau yang mana mas?"

"Semua varian gue beli."

Final nya langsung berjalan begitu saja menuju kasir.

••••

Thankyou for reading
Jangan lupa untuk vote dan komen ya

Ah iya aku mau ingetin kalau ini cerita Disa ya, bukan cerita Arkan-Disa. Jadi isi nya lebih ke Disa. Mau dengan siapa pun Disa di ending nanti itu belum tau.

Jadi ada peluang ngeship xixixi

See u next~>>

Continue Reading

You'll Also Like

118K 5.8K 79
[FOLLOW DULU BIAR LEBIH NYAMAN DI BACA] [Baca dulu sampai part 10 siapa tau betah^•^] -Only You- "Kak, hidup itu pilihan...
1.1M 57.2K 48
"Pertama, rambut lo di cat. Kedua, seragam lo kekecilan. Ketiga, sepatu lo warna putih! Lo tau kan sekolah ini tuh ngelarang muridnya pake sepatu lai...
5.4K 372 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"
125K 6.3K 62
Semesta Series 1 ( Mountain ) Young Adult Bima Bumi Barameru, sesuai arti namanya Bumi yang berkuasa di gunung Merapi. Bima, terkenal sebagai penguas...