AMOUR

By hwepiy

4.1K 1.4K 5.8K

Terlahir sebagai anak kembar identik, bagaimana perasaanmu? Pasti bahagia karena bisa saling tukaran pakaian... More

1. Yang bertopeng
2. Shaka dan Dunianya
3. Hitam Putih
4. Peringatan Pertama
5. Sisi Yang Berbeda
6. Milik Azka
7. Bukan Sembarang Kejutan
8. Baper? Ya kali!
9. Mascrush
10. Closer
11. Oh shit!
12. Icha vs Keysha
13. Pertandingan Sengit
14. Selimut Bernyawa
15. Prioritas
16. Belajar Bareng
17. Gara-gara Foto
19. Jealousy
20. Esedensies
21. (Not) Strong Enough
22. Sibling Rivalry
23. One Fine Day
24. (Bukan) Shaka
25. Bak Kaset Rusak
26. Terjebak Dalam Labirin
27. Favourite Man
HAI EVERYONE!

18. He's annoying!

100 26 277
By hwepiy

❝Kalau dia memperlakukan kamu beda dengan orang lain, bukankah artinya dia punya sesuatu yang spesial buat kamu?❞–Amour

Positions–Ariana Grande♪

🦋Happy reading y'all🦋

Sudah sepuluh menit waktu yang dihabiskan Shaka untuk menatap layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya dengan seorang gadis cantik lengkap dengan senyum manisnya. Setelah mampir ke ruang OSIS, kini cowok itu tengah berada di warung Umi bersama ketiga temannya.

Shaka tengah duduk di bangku kayu panjang berwarna coklat. Tadi dia sempat memesan mie goreng untuk perutnya yang keroncongan. Sekarang ia sedang memikirkan sebuah caption untuk foto yang akan diunggah di akun Instagramnya.

Fokusnya buyar ketika Bumi menggebrak meja dan mengumpat tiba-tiba. Umpatan itu bahkan membuat umi si pemilik warung yang sedang menggoreng tempe juga terkejut.

"ANJ-Uhuk! Uhuk! SIAL ARGH!!!" maki cowok berkaos hitam polos itu sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Bumi sial! Gue kesedak mie nih gila lo ya," omel Sadam setelah meneguk air dingin botol.

"Shit!" Shaka mengumpat kecil ketika ia baru saja mendapat caption yang cocok malah hilang karena kaget dengan Bumi.

"Diem lo! Pulsa gue ke sedot nih gara-gara nyalain sambungan data seluler pas gak ada kuotanya. Miskin lagi dah gue, emang bangcat." Bumi menjambak rambutnya sendiri, melempar handphone berlogo apel digigit miliknya itu ke meja. Padahal baru aja dia beli pulsa dan sekarang pulsa itu lenyap begitu saja.

Aufa geleng. "Siapa suruh?!"

Bumi kembali duduk, memeriksa ponselnya yang tadi dilempar. Bisa kena omel orang tua kalau ponsel itu rusak. "Shak, hotspot!" pinta Bumi.

"Ogah," tolak Shaka mentah-mentah, malahan Shaka memeluk ponselnya karena takut tiba-tiba direbut Bumi.

"Kok lo pelit sih anjir? Udah miskin lo kayak gue hah? Ya udah gue minta ke Aufa aja."

"Gak ada ah." Aufa juga menolak membuat Bumi semakin kesal. Bukannya pelit sih, tapi seru aja liat cowok itu minta-minta.

Bumi akhirnya menyerah juga. Ia merajuk, menggigit gorengan tahu dengan sebal. Sadam menatapnya dengan raut wajah yang jijik ketika Bumi memajukan bibirnya, ngambek. "Dih, dih sok ngambek, ew," ledek Sadam.

"Oh iya Shak, lo tau hubungan Gavin sama Sekar apa?" Kini Aufa memulai pembicaraan dengan serius. Pertanyaan ini sebenarnya sudah lama ingin ia tanyakan, namun selalu lupa untuk bertanya.

Shaka geleng. Jelas ia tidak tau apa-apa. Bahkan bertanya dengan gadis itu soal Gavin saja tidak pernah. Tapi yang ia lakukan sejauh ini adalah menyelidikinya diam-diam meskipun jawabannya nihil alias tidak sama sekali ketemu. Ia sendiri pun heran kenapa setiap ketemu Gavin, gadis itu selalu takut.

Dari tempat duduknya, Shaka membungkukkan tubuhnya, kedua tangannya saling bertautan. Pandangannya lurus ke depan. "Gue gak mau nanya sekarang, biar dia aja yang cerita. Lagian gue bukan siapa-siapanya dia," tegas Shaka sesekali melirik kanan kirinya.

Sadam mengangguk paham. "Tapi keliatannya si bocah gak tau diri itu berbahaya buat Sekar."

Shaka menegakkan tubuh dan kaki kanan naik ke atas paha kirinya. Mengedikkan bahu pertanda tidak tahu.

"Lo pada masih mau bantu gue kan meski gak tau alasannya?" tanya Shaka kepada ke tiga cowok itu.

Mereka mengangguk dengan yakin. Shaka sudah terlalu sering membantu mereka dalam hal pelajaran. Contohnya seperti membagikan jawaban pr yang diperintah guru. Dan sekarang waktunya mereka membalas kebaikan cowok itu.

ᴬᵐᵒᵘʳ

Keesokannya setelah jam istirahat pukul sembilan, guru-guru memutuskan untuk memulangkan murid SMA Agra karena akan diadakannya rapat guru mengenai ujian semester nanti.

Namun tidak semua murid langsung pulang. Ada yang memanfaatkan waktu untuk mengadakan pertemuan ekskul, seperti ekskul basket dan cheerlead. Ada juga yang mengadakan rapat, seperti OSIS. Dan ada pula yang memutuskan untuk membereskan loker seperti Sekar.

Tadinya gadis itu ingin langsung pulang saja bersama Icha dan Naya. Namun karena kedua sahabatnya itu ada pertemuan ekskul, maka ia memutuskan untuk menunggu mereka sambil membereskan lokernya yang sedikit berantakan.

Ketika sedang asyik menata buku di loker, seorang pria mengenakan jersey basket berwarna putih oranye datang menghampirinya. Memberikan sebotol air dingin dengan secarik sticky note yang menempel di bagian tubuh botol.

"Ini buat lo. Diminum ya! Jangan bagi-bagi ke orang juga. Bye!" katanya setelah botol itu sudah berpindah tangan ke tangan Sekar, kemudian pergi begitu saja.

Sekar menatap botol itu. Mencabut sticky note yang mulai basah.

Keningnya bertaut. Bingung dengan tulisan yang tertera di kertas itu. Ia membulak-balik botol itu heran.

"Party? Maksudnya gimana nih?" tanyanya pada diri sendiri. Menepis rasa penasarannya dengan party, ia membuka penutup botol berbentuk bulat berwarna biru muda. Agak susah tapi akhirnya terbuka juga. Tenggorokannya yang dari tadi kering, lega juga. Sensasi dinginnya membuat tubuhnya terasa lebih segar.

Sekar menutup botol itu sesudah menenggak airnya hingga setengah botol. "Halah, gayanya nulis merasakan hadirnya cowok ganteng. Biasa aja tuh. Emang tuh cowok absurd bener dah." Ia senyam-senyum sendiri sambil menatap botol itu.

"HEH! NGAPAIN LO SENYUM-SENYUM KAYAK GITU?" Seseorang baru saja berteriak kepada dirinya. Itu Icha, datang bersama Naya di sebelahnya.

"Ng-nggak."

Icha tidak lagi memakai seragamnya. Gadis itu mengenakan jersey basket SMA Agra. Pasti Icha habis latihan basket. Begitu juga dengan Naya yang memakai kostum cheerlead berwarna hitam.

"Apaan tuh?" tanya Icha, melirik sticky note warna kuning yang berada di genggaman Sekar.

Naya merebut kertas itu dan membacanya keras-keras. Untung saja koridor tempat penyimpanan loker itu sedang sepi, kalau nggak pasti orang-orang akan risih dengan suara keras Naya. Mulut Naya terbuka lebar tak menyangka. "Ini dari Shaka? Serius? Ih kok so sweet gitu sih ngajakin party segala."

"Gak tau gue juga tiba-tiba Bumi ngasih air ini terus ternyata ada sticky note-nya, dia langsung pergi gitu aja," terang Sekar.

"Mending lo tanya deh, party kemana dan dalam rangka apa," usul Icha yang disetujui oleh wanita berkostum cheerlead.

Sekar menutup pintu lokernya dan menguncinya, tidak berminat membereskan barang-barangnya lagi karena dibuat penasaran oleh cowok absurd itu. Niat Icha dan Naya tadi menghampiri Sekar untuk mengajak gadis itu ikut bersama mereka. "Ke lapangan yuk, gue masih ekskul nih." Icha menarik tangan Sekar.

ᴬᵐᵒᵘʳ

Lapangan tentu saja ramai oleh anak-anak ekskul basket yang tengah berlatih. Sekar bersama Naya duduk di bangku tribun paling bawah. Sementara Icha melanjutkan latihannya lagi dengan anak basket yang perempuan.

Di pinggir lapangan seberang tribun ada Shaka yang tengah mengelap keringatnya dengan handuk kecil berwarna merah marun. Cowok itu menyadari hadirnya Sekar di seberang sana. Ia tersenyum kecil mengetahui di pangkuan Sekar ada botol air pemberiannya.

Tatapan keduanya bertemu. Shaka mengedipkan sebelah matanya ke arah Sekar. Dibalas dengan juluran lidah dari Sekar. Kemudian gadis itu menunjukkan jari tengahnya ke Shaka.

Naya yang menyadari itu tentu saja heran. Ia memukul jari Sekar yang bandel. "Heh, lo ngapain nge-fucek gitu anjir?"

Shaka di sana terkekeh dan malah menunjukkan sign love ala Korea ke arah gadis itu. Sekar yang melihat hal itu menyipitkan matanya dan bergumam, "Anjir."

Naya menyaksikan adegan itu, kemudian dengan suara cemprengnya ia berteriak heboh. "SEKAR!!! IIIHH!!! LO BERDUA KENAP-"

Sekar buru-buru menutup mulut Naya yang berisiknya melebihi toa sekolah. Aduh, jadi malu deh sama anak basket.

"Jangan malu-maluin gue dong, Nay!" seru Sekar setelah melepas bekapannya itu.

Naya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Kalian tuh kenapa sih kode-kodean begitu? Bikin gemes aja."

"Gemes apaan sih? Gak jelas gitu," cibir Sekar.

"Harusnya lo tuh salting dikasih sign love sama Shaka. Atau jangan-jangan emang udah salting ya?"

"Ye, nggak ya! Gue gak salting. Lagian ngapain juga kan salting." Sekar membela dirinya sendiri meski ragu tercetak jelas di wajahnya yang memerah itu.

"SHAKA! SEKAR SALAH TINGKAH NIH!" Kedua bola mata Sekar membulat sempurna ketika Naya berteriak yang bukan- bukan.

Karena malu dan tidak bisa mencegah perbuatan Naya, reflek Sekar mencubit lengan gadis itu. Tentu saja Naya meringis kesakitan dan segera menepis tangan Sekar. Orang-orang yang sedang sibuk main basket pun menatap dua gadis itu. Kemudian bergantian menatap Shaka yang tengah fokus ke ponselnya.

"CIE SEKAR!" olok mereka semua yang berada di lapangan.

Sekar nyengir menanggapi hal itu. Berdiri dan menarik Naya untuk pergi dari tempat itu. Ya ampun mau ditaruh dimana coba muka Sekar yang makin merah itu.

"Nay, demi Tuhan lo ngapain sih anjir teriak-teriak kayak tadi? Malu nih gue, parah banget lo ah," keluh Sekar ketika dirinya dan Naya sudah tidak lagi di lapangan.

Sebelum Naya menjawab, gadis itu memeriksa ponselnya yang berdering sebentar pertanda ada pesan masuk.

Shaka Baskara Ananta
▪️Acaranya di rumah kok
▪️Pakai baju apa aja yang penting jangan gaun
▪️See you at 7 pm
▪️By the way muka lo merah banget abis ngapain? HAHA

Sial. Shaka meledeknya. Cowok itu pasti tau muka Sekar merah efek dari salah tingkah gara-gara sign love dari Shaka. Ia juga merutuki Naya yang berteriak memperjelas dirinya salting hingga semua orang yang di lapangan tau. Tau begitu lebih baik tadi ia lanjut merapikan loker deh.

ᴬᵐᵒᵘʳ

Malam pukul tujuh, Sekar tengah melepas roll di poninya yang panjangnya sedagu. Kali ini ia ingin rambutnya dikucir, menyisakan poninya itu yang sudah diroll agar melengkung ke dalam.

"Ngaret banget sih, udah jam setengah delapan belum dateng juga," gumamnya setelah melihat jam dinding. Sekar sudah rapi. Malam ini ia memakai crop top putih dengan motif salur, dibalut dengan kemeja kotak-kotak lengan pendek berwarna beige yang nampak kebesaran di tubuhnya. Juga jeans kulot berwarna baby blue.

Tak lama kemudian ia mendapat chat dari orang yang ia tunggu. Pria itu sudah sampai di depan rumahnya. Buru-buru ia pamit ke Ibu yang berada di kamar dan turun ke bawah.

"Lama banget." Sekar melirik cowok itu sinis sambil memakai helm.

Malam ini pria itu mengenakan kemeja hitam polos berlengan panjang, dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka. Celana pendek abu-abu di atas lutut. Terlihat sangat simple dan seadanya, berbeda dengan Sekar yang terlihat sangat niat dalam memilih outfit.

"Abis boker. Mules banget perut gue, hehe," jawab Shaka yang dihadiahi pukulan di kepala dari Sekar.

"Kabarin dong kalau kayak gitu, huh dasar."

"Pakai baju lengan pendek gitu apa gak kedinginan?"

Sekar yang sudah nangkring di jok belakang Shaka pun menggeleng. "Kenapa emang kalo kedinginan? Emang lo mau pinjemin jaket lo ke gue?" Sekar sendiri tahu kalau pria itu tidak memakai jaket, tapi bisa aja kan Shaka menaruh jaketnya di bagasi motor.

Sekar tebak pasti cowok itu mengangguk iya. Tapi ternyata ....

"Nggak juga sih," jawab cowok itu.

Dengan garang, gadis itu mendorong punggung Shaka hingga sang empu meringis. "Kenapa gak mau? Tega bener lo sama gue," keluh Sekar. Dia juga gak berharap banget sih bakalan dikasih pinjam jaket cowok itu.

"Maaf tapi gue orangnya pelit. Ikan hiu bawa berkat, yuk kita berangkat."

Shaka menyalakan mesin motornya dan langsung tancap gas. Membelah jalanan Ibukota yang ramai kendaraan berplat B. Lima belas menit waktu yang mereka butuhkan untuk sampai di rumah Sadam. Sampai di sana, Shaka memasukkan motornya ke dalam garasi dan mengajak gadis yang bersamanya untuk ikut masuk.

Rumahnya tidak terlalu besar juga kecil. Berlantai dua dan interior design-nya pun minimalis. Ketika masuk melalui pintu yang terhubung dengan garasi, suasana nampak sepi dan tenang, bahkan tidak ada orang. Ternyata acaranya di halaman belakang.

Untuk bisa sampai ke halaman belakang, harus melewati pintu kaca dahulu yang menjadi pembatas antara rumah bagian dalam dan luar. Keluar dari pintu kaca, ada meja persegi panjang putih yang terbuat dari rotan. Di atas meja itu ada banyak sekali makanan untuk party.

Tidak lupa kolam renang yang membentang. Di sisi kanan kolam ada gazebo juga yang memanjang mengikuti bentuk kolam renang dan terdapat kursi-kursi rotan di sana. Lampu-lampu taman yang berwarna kuning menghiasi.

Sekar salah kalau berpikir ia adalah satu-satunya perempuan di sini. Nyatanya ada satu gadis lain yang sudah datang dari tadi. Gadis dengan crop top rajut hijaunya menghampiri Sekar.

"ICHA?!" pekik Sekar kepalang bahagia ternyata ada Icha di sana. Tadinya udah khawatir banget pasti bakalan jadi awkward karena dia satu-satunya perempuan. Ternyata ada Icha juga.

Dua gadis itu berpelukan. Shaka membiarkan mereka bercengkrama, sementara ia menghampiri teman-teman cowoknya yang berada di gazebo. "Gila sih, lo di sini juga?" tanya Sekar usai acara berpelukan.

Icha mengangguk. Menunjuk Aufa dengan dagunya, cowok itu sedang mengatur volume musik dari speaker. Setelah latihan basket tadi, Aufa mengajak Icha untuk ikut ke party malam ini.

"Naya mana?" tanya Sekar, celingak-celinguk mencari keberadaan gadis itu. Biasanya kalau ada Icha pasti ada Naya.

"Tadi sih dia diajakin sama Bumi, tapi ternyata malam ini dia mau nemenin maminya belanja bulanan," jelas Icha setelah meneguk air soda berwarna merah.

"Malam Sekar," sapa si tuan rumah.

"Malam, oh iya ini ada acara apaan?"

"Gak ada acara apa-apa kok. Cuma party kecil-kecilan kesukaan anak-anak." Setelah itu Sadam pamit pergi ke dalam rumahnya untuk urusan sesuatu.

Shaka menghampirinya lagi, di tangannya tergenggam gelas kaca dengan air soda warna merah. Shaka memberi kode kepada Icha lewat kedua matanya untuk meninggalkan mereka berdua. Icha paham dan akhirnya pergi.

Mata Sekar tengah menelusuri tiap sudut halaman itu, sampai tidak sadar kalau kehadiran Icha sudah tergantikan dengan Shaka. Dehaman dari cowok itu menyadarkannya.

Shaka meneguk air soda di gelasnya itu sebentar, tangan kirinya dimasukkan ke dalam kantong celana. "Gue ada pertanyaan buat lo."

Kedua alis Sekar mengangkat. Sebelum Shaka melontarkan pertanyaannya, teriakan dari teman-teman cowok itu menginterupsi. "JANGAN MAU KAR!"

"KAR MENDING LO KE SINI DEH."

"SEKAR CEPET KE SINI NANTI LO NYESEL DENGERIN DIA."

"KAR INI ADA SOSIS BAKAR, AYO KE SINI AJA."

Berisik sekali. Sekar sendiri jadi bingung kenapa mereka seperti itu, Icha yang berada di samping Aufa juga tertawa sampai terbahak-bahak.

"Berisik banget ye anjir. Kayak mau ngapain aja. Diem deh atau gue kasih pertanyaan lagi nih," ancam Shaka pada mereka semua yang tengah berada di gazebo. Bumi dan Sadam cekikikan.

Sekar kembali memperhatikan Shaka. "Kenapa?"

Pria itu berdeham sebentar kemudian bertanya, "Tadi kita naik motor dari rumah lo ke sini jaraknya 7 km dalam waktu 15 menit. Kira-kira berapa kecepatan motor gue tadi?"

Sekar membulatkan kedua matanya. Mengerjapkan mata beberapa kali. Bisa-bisanya tuh cowok ngasih soal dadakan. Dikira ini lagi kuis di kelas apa ya. Jujur saja, Sekar gak bisa jawab. Baru beberapa minggu di kelas IPA, ia masih beradaptasi dengan pelajaran baru yang ada di jurusan itu. Terutama fisika dan kimia.

"YAH KAN GUE BILANG JUGA APA???!!"

"PARAH LO SHAK! KITA LAGI PARTY YA ANJIR."

"OTAK LO NGEBUL TUH KAR HAHAHAHA."

Shaka cengengesan. Ia juga memberi pertanyaan itu kepada teman-temannya sebelum ke Sekar. Makanya tadi mereka berisik nyuruh-nyuruh Sekar biar menjauh dari Shaka.

Belajar di kelas aja masih suka bingung dan gak ngerti, ini dikasih soal dadakan. Apa gak meledak tuh otak? Sekar bersedekap. Memandang lurus kolam renang itu, mengerucutkan bibirnya. "Gak tau ah."

"Masa gak bisa sih," cicit Shaka kepada gadis itu.

"Otak gue menciut duluan denger soalnya, ada yang lebih gampang gak?" Sekar menatap nanar cowok itu.

"Itu gampang."

"Ya ... itu buat lo."

"Lo gak boleh nyerah dulu sebelum nyoba. Gak boleh bilang gak bisa, itu cuma mindset lo aja. Coba ubah pola pikirnya jadi bisa. Yakin deh, pasti bisa." Shaka meletakkan gelasnya ke atas meja yang tak jauh dari posisinya berdiri.

Sebelum pergi, Shaka berkata lagi, "Dicoba cari jawabannya ya. Gue tunggu."

ᴬᵐᵒᵘʳ

"Bantuin gue dong, nyari jawaban," rengek Sekar kepada Icha yang tengah menikmati sosis bakar. Gadis itu dari tadi bergelayutan di tangan Icha.

"Gue aja sama matematika udah pusing, apalagi ini fisika, hehe. Sorry gak bisa bantu." jawab Icha, mengusap lengan Sekar.

Sekar menatap cowok berbadan tegap yang mengajaknya ke rumah Sadam. Shaka sedang sibuk membakar sosis bersama Aufa. Dalam hatinya merutuki cowok itu, jadi dia diajak ke rumah Sadam buat dikasih soal fisika dadakan gitu?

Kalau tau begitu, ia tolak aja tuh ajakan Shaka buat ikut party. Kekesalannya bertambah ketika melihat cowok itu tertawa terpingkal-pingkal seperti tidak ada beban. Sementara di tempatnya, Sekar sedang memikirkan jawaban fisika tadi.

Bumi datang menghampiri Icha dan Sekar. Ia menyodorkan sosis yang sudah dibakar beralas piring ceper berwarna putih.

"Buat siapa?" tanya Icha.

Bumi memberikan piring itu ke arah Sekar yang masih bergelayutan di tangan Icha. "Makan dulu nih, biar pintarnya Shaka nular ke lo. Soalnya yang bakar sosis ini si Shaka." Bumi duduk di samping Sekar yang tengah menatap piring di tangannya.

Tanpa ada minat memakannya, gadis itu meletakkan piring putih tadi di meja. "Oh iya Mi, gue mau nanya dong. Shaka kenapa begitu ya ke gue?" tanya Sekar setelah ia memikirkan perilaku cowok itu akhir-akhir ini.

Bumi malah balik bertanya, "Begitu gimana?"

"Dia ...." Sekar menggantung kalimatnya membuat rasa penasaran hadir dalam diri Icha juga Bumi. Dalam diri gadis itu, sebenarnya ia sedang menimbang-nimbang untuk melanjutkan pertanyaan ini atau tidak. Ia takut disangka kepedean juga. Tapi kalau nggak ditanyain, malah jadi penasaran.

"He's treat me like a queen." Sekar mengakhiri kalimatnya dengan senyum getir.

‼️To be continued ‼️

Ada yang mau bantu Sekar jawab
pertanyaan Shaka?😇

N E X T ?

🦋 See yew babe 🦋

Continue Reading

You'll Also Like

878K 86.6K 48
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.2M 266K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
707K 55.5K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
6.1M 262K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...