XABIRU [END]

By SiskaWdr10

49.3K 3.8K 599

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... More

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
06.Dia iblis pembunuh!
07.Jagoan sedang sakit
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
14.Si biang kerok menang
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
22.Satu-satu nanti cape Ra
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
32.Dua pemeran yang buruk
33.Selamanya tetap pelanggar
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
37.Biru, you are not alone.
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
45.Penikmat alur tengah
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

34.Dari si pemberi luka

571 54 13
By SiskaWdr10

34.Dari si pemberi luka

Beberapa hari setelah masa sakau itu terlewati tubuh Xabiru kembali sehat, ia bahkan bisa kembali bekerja di bengkel. Gesiha berkali-kali mendesis geli saat pelanggan yang datang untuk service kebanyakan wanita, jelas hanya untuk cuci mata melihat wajah Xabiru.

Berjejer lima sampai delapan wanita, khidmat memperhatikan Xabiru menggantikan kampas rem. Asli, bukan senang Xabiru malah merasa dihantui oleh tatapan mereka.

"Kayanya dari awal cuma gue yang gak paham lo ganteng dari sisi mana?" tanya Geisha saat keduanya istirahat.

Muka keduanya jelas cemong. "Dompet," gurau Xabiru. Gesiha mengikat rambut sambil tertawa.

"Dari kelas 1 tanggapan gue ke lo cuma si anak tengik yang matanya ijo," ucap Geisha jujur.

Xabiru terkekeh. Duduk bersantai di kursi yang tersedia sambil meminum bears band.

"Ru?" Xabiru menoleh dengan alis bertaut. Geisha terkekeh dan menggeleng ragu.

"Cerita aja," balas Xabiru paham. Geisha menggaruk tengkuknya.

"Bokap gue blangsak jadi lepas tanggung jawab, sebelumnya gue selalu mikir punya bokap banyak duit itu enak, yeaaah ... enak sebelum kenal lo. Dan tau cerita tuan Alex Smith Ricardo," paparnya dengan tatapan geram.

Mendengarnya Xabiru tertawa hambar, memposisikan duduknya condong ke arah Geisha. "Daddy gue mungkin gagal jadi suami yang baik gess tapi dia berhasil jadi ayah yang bisa ngedidik anak-anaknya jadi anak yang punya mental baja, tanggung jawab dan nggak pernah takut sama apapun yang harus dihadapi," ucap Xabiru, nadanya serius. "Terlepas dari brengseknya daddy emang bener-bener keren gess. Umur tiga tahunan gue udah diajarin megang pistol, masuk ke umur lima tahun gue diajak berburu ke hutan, hidup berbaur dengan alam tanpa teknologi gadget atau smartphone dan sejenisnya, daddy mau gue bisa nikmatin masa kecil se-keren mungkin karna masa itu nggak akan terulang lagi. Berburunya gak main-main, ke hutan belantara yang disana bisa aja ada hewan buas. Daddy ngajarin gue banyak hal, belajar bedain air sungai mana yang beracun sama enggak, nentuin arah jalan lewat bintang di langit malem, ngetapelin buah-buahan, berenang di air dalem, ngambil ikan sungai pake busur panah dan hal seru lainnya. Itu padahal umur gue masih enem tujuh tahunan. Bagi kebanyakan orang tua lain selalu bilang 'aduh itu bahaya' dan daddy bakalan jawab 'justru hal berbahaya itu menantang, akan berhasil mendidik dengan matang' ah daddy gue laki-laki yang gak banyak omong kalau ngedidik, lebih suka langsung turun praktek." Geisha yang mendengarkan terkagum-kagum. Membayangkan seseru apa masa kecil Xabiru.

"Lebih keren saat gue diajak muterin sel tahanan, kaya---study tour gila? polisinya temen daddy, sukarela nyeritain khasus para tahanan ke gue. Daddy bilang itu buat bahan pembelajaran. Dulu sesibuk-sibuknya tugas kantor dia pasti nyempetin ngajak gue berpetualang, makannya gue selalu nunggu daddy pulang di depan pintu."

"Gess...."

Geisha yang menyimak takzim tak kedip tersadar. "Eh kenapa, ru?"

"Itu dulu tapi," lanjut Xabiru sendu. Geisha tertawa kecil dan mengangguk.

"Tanggung jawabnya terbukti sampe sekarang, dari kecil Xaviera mau jadi chef, dan dari kecil sampe sekarang---- semua biaya pendidikan ditanggung daddy, padahal hubungan kita udah gak sebaik dulu. Xaviera malah sampe gak mau ketemu daddy, 'orang yang ngebiyayain semuanya' dia masih takut, keputusan itu fine-fine aja, daddy ngehargain dengan nerima. Dia nggak akan nemuin Xaviera sampai Xaviera sendiri yang minta."

"Serius lo, udah berapa lama?" Xabiru bergumam untuk mengingat.

"Udah jalan tujuh tahunan lebih ga ketemu, walau ga pernah ketemu gue tau daddy masih peduli sama Xaviera, banget malah. Tanpa sepengetahuannya daddy selalu ngawasin Xaviera lewat para anak buahnya, minta semua data aktivitas Xaviera tanpa ketauan sedikitpun." Geisha menegak air di aqua, keningnya berkerut.

"Lo tau dari mana?"

"Hari itu gue ke ruangan daddy dan nggak sengaja nemu di laci foto aktivitas Xaviera yang lagi ngobrol sama temen-temennya, gue paham gess daddy kangen anak perempuannya yang dulu selalu dia jadiin putri kerajaan. Ditambah dulu juga awal-awal Xaviera jadi maba di Amsterdam anak itu pernah cerita ke gue, ruko deket apartemennya banyak cowok yang godain dia, bikin dia risih. Dia cerita sambil nangis-nangis ke gue karna takut, kumpulan cowok itu nyeremin----eh kebesokannya ruko itu di beli seseorang. Yaa siapa lagi kalau bukan daddy yang ngelakuin itu demi anak perempuannya ngerasa aman? Xaviera langsung ricuh bilang itu keajaiban Tuhan, ngaco deh pokonya. Dia gak pernah sadar dibelakangnya selalu ada anak buah daddy yang mantau," cerita Xabiru membuat Geisha menelan ludah. Alex meskipun bajingan masih memegang penuh rasa tanggung jawabnya sebagai ayah.

"Seyakin itu?" tanya Geisha, bisa saja itu benar keajaiban Tuhan.

Kepala Xabiru mengangguk mantap. "Prayoga yang bilang ke gue."

"Prayoga? oh bapak-bapak yang sering sebut lo tuan muda Xabiru itu?" alis Geisha naik turun menggoda. Wajah Xabiru langsung masam, beda dengan Geisha yang puas tertawa.

Menyenggol bahu Xabiru. "Bercanda tuan muda." Demi apapun muak sekali Xabiru dipanggil seperti itu.

Decakan terdengar. "Geli."

"Gue nggak bohong bokap lo emang keren dalam hal ngedidik, anak sekecil lo dulu udah dia tumbuhi rasa keberanian tingkat tinggi yang bikin lo sekarang jadi laki-laki gentleman, padahal ru gue mikirnya masa kecil anak-anak orang kaya gak jauh dari handphone, tab, komputer atau barang-barang teknologi mutakhir lainnya deh, ya elah katauan dah gue suka nonton sinetron?" kini Xabiru yang tertawa.

"Itu gess alasan gue mau kaya daddy dulu, saat kecil daddy tuh di mata gue bener-beber keren lah kaya super hero di Marvel, waktu terus berjalan sampai semuanya berubah. Sekarang, keren? gue harus mikir ribuan kali buat ngasih pujian itu ke daddy," kata diakhir terdengar lirih diucapkan. Geisha segera memberikan senyum penenang.

"Cukup kenang yang manis-manis aja, yang gak enak lelang di shope," guraunya. Xabiru terkekeh.

"Untuk beberapa saat tanggapan Xaviera sama gue daddy itu orang jahat karna ngebunuh mommy tapi kita gak pernah tau kalau itu bentuk rasa pelampiasannya yang nggak pernah bajingan di masa muda."

Apa yang Xabiru maksud? Geisha sungguhan tidak paham. Mimik wajah bingungnya membuat Xabiru melanjutkan ucapan. "Ya gitu gess, silsilah keluarga gue didikannya dari dulu keras. Termasuk daddy gue, grandpa ambisius dan nuntut banyak hal ke daddy. Selalu harus nomer satu dalam segala bidang, kalau nggak...."

"Kalau nggak?"

"Daddy bakalan dicambuk berulang kali, jadi mau gak mau gimanapun caranya dari kecil daddy harus jadi nomer satu. Hidupnya terikat aturan, segala hal harus dikuasai, grandpa nggak pernah ngerti perasaannya daddy, selalu bilang itu demi kebaikan. Masa mudanya, monoton. Duduk 8 jam buat baca buku-buku tebel tentang aspek menyangkut saham, dan sisanya buat tidur. Daddy gak pernah ngerasain masa muda seru-seruan kaya gue, nongkrong sana-sini, wara-wiri nggak jelas. Nafas aja kayanya pengap. Jadi saat grandpa lepas tanggung jawab daddy baru bisa jadi bajingan, nikmatin cewek sana-sini, mabok atau ngerokok sebanyaknya lah, udah nggak ada yang ngatur. Hal itu yang bikin gue ... oke gue ngalah, kalau dia mau cewek gue? ambil. Dia mau bebas tanpa punya anak beban kaya gue? gue minggat. Gue nggak semata-mata karna kasihan gess tapi itung-itung berusaha bikin daddy seneng buat dapetin apa yang gak pernah dia rasa dihidupnya," papar Xabiru membuat hati Geisha sedikit tersentuh.

Setelah semua sakit yang Alex beri Xabiru malah membalas dengan beribu kebaikan. "Tapi ru ... daddy lo nggak akan pernah anggap itu rasa sayang, dia malah anggap itu bentuk rasa benci lo."

Hembusan nafas panjang keluar dari mulut Xabiru. "Ya emang, gue tau itu dari awal gess. Di mata daddy gue cuma anak umur 18 tahun yang nikmatin masa muda dengan ngerusak masa depan, ngabisin waktu gak jelas buat ketawa sama temen-temen."

Geisha tertawa hambar. "Wah anjing sih, padahal lo nongkrong sana-sini buat nutupin luka yang dia kasih, jahat banget ya Ru hidup?" ucap Geisha getir. "Semua anak Atalas juga satu pemikiran sama daddy lo, mereka gak tau satu biang kerok ini bisa sepeduli itu sama orang yang udah khianatinya berulang kali?" mata Geisha memerah, selama dekat dengan Xabiru ia jadi paham seberapa banyak beban yang Xabiru tanggung.

Xabiru berdehem merasa suasana berubah melow. "Cemong banget gess pipi lo," kata Xabiru mengalihkan obrolan.

Tawa Geisha langsung menggelegar, menatap menggoda pada Xabiru. "Usapin doang tuan muda Xabiru."

*******

Bisa dikatakan otomotif mungkin fashion hidup seoarang Xabiru, karena ia benar-benar menikmati kerja di bengkel yang sama dengan Geisha, menyibukan diri untuk bisa lupa dengan masa lalu.

Seoarang gadis berponi di keningnya mendekati Xabiru dengan kerling mata minta diperhatikan. "Eh lo namanya biru ya? lagi service mobil gue kan? tolong dong yang bener-bener sedetail mungkin, jangan sampai remnya macet-macet lagi, gue udah tiga kali kesini lho gara-gara remnya masih belum bener."

Tangan Xabiru meyibak rambut yang menutupi pelupuk mata. "Iya," balas Xabiru lugas tanpa menoleh. Ia sibuk tengah mengganti kopling.

Tidak diperhatikan membuat gadis berponi tersebut merapikan ulang rambutnya. "Eh gue boleh minta nomer lo nggak? takutnya mobil gue kenapa-napa lagi jadi bisa langsung hubungin lo."

Klasik sekali cara modusnya, Geisha dan para anak-anak yang lain diam-diam menahan tawa. "Boleh," ujar Xabiru sambil menepuk-nepuk tangannya.

Si gadis tersenyum kegirangan. "Sebutin, berapa?"

Mendongkak, menatap datar gadis di depannya. Menyebutkan jelas. "Makasih biru," katanya bersemangat.

Xabiru mengangguk sambil melirik  jenaka pada Geisha yang menatapnya horor.

Tugas selesai, mobil yang tadi berjejer karena rusak beres mereka perbaiki. Mencuci tangan lalu mengambil jatah makan.

"Kalau besok tu cewek dateng lagi teriak kaya yang sebelumnya gue siram oli muka lo!" ancam Geisha pada Xabiru yang santai menguyah makanannya.

"Lo jangan galak-galak sama panglaris gess," sahut Dimas membuat yang lain tertawa. Dimas anak laki-laki seusia mereka juga.

Angga mengangguk setuju. "Semenjak ada biru ni bengkel rame bener, tiap hari pasti yang datang lebih dari lima sampe enem mobil."

"Mana kendalanya kadang kaga ada, sengaja datang mau mantengin muka ganteng si biru, lah kita-kita yang bingung apa yang mau dibenerin?" celetuk Raka. Kembali ramai oleh tawa.

"IYA! TAPI SI BIRU SUKA NGASIH NOMER SATPAM SEKOLAH!" kesal Geisha menatap galak pada Xabiru yang ditertawakan.

Raka menepak bangga bahu Xabiru. "Bagus man, cakep mah kudu jual mahal."

Suasana jenaka di bengkel sangat tidak kontras dengan suasana dingin di dalam mobil laki-laki berahang tegas yang memperhatikan mereka dengan tatapan sarkastik. Penuh dengki.

"Sejak kapan anak itu bekerja disana?" suara beratnya bertanya datar.

Prayoga yang duduk di kursi kemudi menjawab cepat. "Sudah hampir satu bulan lebih, tuan."

Kilat mata Alex semakin gelap, berdecih pelan. "Urus semuanya," perintah Alex yang tidak bisa dibantah.

"Bak, tuan."

******

Evelin membuka kupluk dan syalnya, melihat kesana-kemari untuk memastikan tidak ada anak buah Alex yang membuntuti. Ia bernafas lega saat telah dirasa aman. Melirik pada wajah datar Xabiru yang duduk di depan.

Menghembuskan nafas panjang sebelum buka mulut. "Sebelumnya aku minta maaf biru, maaf atas segala hal yang udah bikin kamu sakit."

Xabiru tidak bergeming.

"Aku rasa kamu butuh penjelasan aku, jadi tolong-----"

"To the point bisa?" perintah Xabiru ketus. Evelin mengangguk-ngangguk.

"Ya biru, iya aku pernah jual diri. Aku takut sama ayahmu makannya hari itu aku pergunain kamu buat tuduhan," ucap Evelin dengan wajah sedih. Xabiru berdecih rendah. "Aku janji bakalan bilang itu suatu saat ke ayahmu, kasih aku waktu ya?" pinta Evelin memohon.

"Apa yang engga buat lo?" Xabiru terkekeh kecut setelah mengatakan itu.

"Maaf biru, kamu boleh hina aku sepuasnya. Tapi plis denger penjelasan aku."

Xabiru terdiam sambil memandang lamat-lamat wajah Evelin, memecingkan mata mencari apakah ada ide busuk yang ia rencakan lagi.

"Nggak ada rencana apapun ru. Saat denger kamu milih mutusin hubungan ayah dan anak di malam itu aku bener-bener ngerasa bersalah, tiap malem kepikiran. Jadi aku mutusin buat bilang yang sebenernya sama kamu." Evelin mengatakan dengan tatapan serius.

Sedikit ragu namun akhirnya Xabiru mengangguk, setuju. "Saat awal kamu kenalin aku ke ayah mu aku nggak tau kalau ayah mu tertarik liat aku, sikap dia biasa-biasa aja. Sampe hari ke berikutnya aku ngerasa tatapan ayah mu beda ru, aku milih diem. Berpikir mungkin itu perasaan aku aja? tapi ru ... ayahmu datang ke apartemen aku saat ulang tahun ke 17, dia kasih aku kado gaun pengantin dan ngajak nikah."

Walau wajah Xabiru terlihat tenang menyimak hatinya berdetak kencang. "Jelas aku anggap itu cuma bercanda, tapi tanggapan aku seketika hangus saat ayah mu kasih aku surat-surat dokumen tentang panti asuhan dimana aku berasal, dia ngancem kalau aku nolak panti asuhan bakalan diseret, dia beli. Nantinya nasib anak-anak disana gimana, ru? aku terjebak, nggak tau harus gimana. Di sisi lain aku nolak karena sayang sama kamu dan di sisi lain aku terima karena peduli sama anak-anak panti, mereka keluarga aku ru," lirih Evelin dengan air muka yang sulit Xabiru pahami.

Penjelasan Evelin mudah saja Xabiru percaya, Alex dengan uangnya itu selalu bertindak semena-mena.

"Bagus ngarangnya, udah?" ketus Xabiru pura-pura tidak percaya.

Evelin menundukan sedikit kepala. "Aku tau kamu bakalan bilang itu. Nggak papa, aku nggak maksa kamu percaya. Selama ini kita saling nutupin satu sama lain ru, dan aku rasa ada saatnya kita harus saling terbuka. Aku nggak berharap lebih hubungan kita bakalan baik-baik aja, itu hak kamu buat benci sama aku, tujuan utama aku bilang cuma untuk nyari rasa lega di hati." Xabiru membuang tatapannya ke langit caffe.

Radar meja mereka lenggang beberapa detik.

"Ru? bahagia sama Rai ya, aku ikut seneng kamu bisa dapetin pasangan yang jauh lebih baik dari aku."

********

Kupu-kupu hitam terus berpusing-pusing memutari lampu ruang tengah Sarah. Tiga anaknya di bawah berseru-seru menyemangati Ibu mereka untuk mengusir kupu-kupu tersebut. Xabiru yang baru pulang terlonjak.

"Kenapa pula harus diusir?" tanya Xabiru, berjalan ke meja makan untuk meminum air.

Sarah, Ibu multitalenta yang tidak pernah menyerah mengusir kupu-kupu menggunkan gagang sapu. "Kata teman-teman kantor ku kupu-kupu hitam yang datang ke rumah akan memberikan petaka."

Alis Xabiru mengeryit. "Sejak kapan aunty percaya mitos?" Sarah tertawa, sejak bercerai ia jadi banyak berghibah dengan teman kantornya, menghilangkan penat.

Senja berganti langit malam, Xabiru bergegas mandi. Menambahkan shampo pada kepala sambil memijit-mijitnya perlahan.

Tanpa diminta kepalanya mengingat foto-foto yang Prayoga berikan tadi sore, foto yang menunjukan Alex mendatangi panti asuhan Evelin.

Evelin tidak jahat, daddy-nya yang egois. Sampai kapan Alex akan terus memberikan luka pada Xabiru?

Luka yang bahkan sebelumnya tidak pernah sembuh.

*******

Aku asli Sunda, mitos kupu2 item kalau di kampung ku lumrah bgt, bakalan 'ada bencana' kata nenek ku. Ya sama lah kaya dicerita ini, sabar tunggu ya! 2/1 bab lagi kita sampe di konflik🖤

[Biar ga tegang liatin fto biru dulu deh, kapan lagi kan? ni anak susah bgt disuruh fto😡💙]


Continue Reading

You'll Also Like

1M 16.4K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
6.6K 689 53
DO NOT Plagiarize MY STORY. *** "Hidup itu tentang bagaimana caranya agar kuat sendirian." - Nara Arxlyna Anastasia- Menceritakan tentang gadis yang...
2.9K 874 24
MASUKIN KE PERPUS KALIAN YA BIAR NGGA KETINGGALAN UPDATE! •0• "Lo udah tau tentang gue sekarang lo milik gue, Queen" "Nggak! Lo gila! Lo psychopath!"...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...