Am I Antagonist?

By luckybbgrl

2.6M 380K 21.2K

Ara adalah gadis penikmat novel yang selalu terbawa perasaan dengan apa saja yang ia baca. Sebuah novel berju... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
bukan update! (revisi)
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh tiga
tiga puluh empat
tiga puluh lima
tiga puluh enam
tiga puluh tujuh
Tiga Puluh Delapan
tiga puluh sembilan
empat puluh
empat puluh satu
empat puluh dua
empat puluh tiga
empat puluh empat
empat puluh lima
empat puluh enam
empat puluh tujuh
empat puluh delapan
empat puluh sembilan
lima puluh
lima puluh satu

tiga puluh dua

44K 6.3K 309
By luckybbgrl

Hari itu, akhirnya Rea pulang dijemput Pak Imam. Bara yang semula ingin mengantarkan gadis itu pulang hanya membantu menuntunnya ke mobil yang dibawa Pak Imam masuk ke area sekolah dan diparkir di halaman depan UKS.

Hari Seninnya, lomba flashmob diadakan. Satu persatu setiap kelas menampilkan flashmob mereka urut sesuai nomernya, sedangkan kelas yang belum waktunya tampil bisa menonton di pinggir lapangan utama.

Kelas XI IPS 1 mendapat nomer urutan ke 7 untuk seluruh lomba perayaan ulang tahun sekolahnya. Tasya yang mencari video flashmob untuk kelasnya berakhir menjadi korban dan menjadi instruktur-nya sempat mengamuk, tapi akhirnya ia pasrah karena memang ia sudah hafal duluan. Rea waktu itu tidak mengikuti flashmob dikarenakan kakinya yang masih cedera.

Bara waktu itu sempat ingin tidak ikut lomba flashmob juga dengan alasan perutnya sakit. Tapi sayangnya, anak satu kelas tahu bahwa cowok itu berbohong dan memaksanya agar tetap ikut. Tentu saja Bara kesal, rencananya untuk menemani atau lebih tepatnya berduaan dengan Rea gagal.

Hari Selasa dan Rabunya, babak final lomba sport kecuali flashmob. Kelas XI IPS 1 kalah lomba futsal putri, dikarenakan saat pertandingan penyisihan waktu itu tidak dilanjutkan dan berakhir membuat kelas XII IPA 5 menang.

Beruntumgnya, meski tidak menang di lomba futsal putri. Kelas XI IPA 1 memenangkan lomba basket, tim basket kelas yang berisi para tokoh utama itu menyabet juara satu. Sesuai dengan apa yang tertulis dalam novelnya.

Rea yang kakinya masih dibebal dengan perban elastis, hanya menonton ditemani Savita dan Vanya. Hubungan ketiganya tetap akrab seperti biasanya. Meski awalnya Vanya sedikit merasa terasingkan, tapi akhirnya gadis itu sadar bahwa waktu itu ia yang keterlaluan pada Rea.

Bagaimana tidak?

Ia teman yang bisa dibilang akrab dengan Rea, tapi ia sebentar pun tidak menjenguk gadis itu di UKS. Ia malah sibuk dengan perasaan terasingnya sendiri.

Untungnya, Rea adalah teman yang baik. Gadis itu bahkan yang mendekatinya lagi dan sama sekali tidak membahas hal tersebut. Bahkan ketika Vanya meminta maaf, Rea menjawab dengan santai seolah itu bukan masalah besar. Katanya, setiap orang pasti punya waktu dimana mereka lupa, jadi wajar.

Tapi, ia bukannya lupa. Ia hanya egois karena hanya memikirkan perasaannya yang kacau waktu itu.

Setiap malam Rea juga masih latihan untuk pensi mereka di rumah Vano ditemani Savita. Selama itu pula, Bara selalu mengantar dan menjemputnya kemanapun tanpa diminta menggunakan mobil mengingat kaki gadis itu yang masih cedera. Begitupun hari ini, hari Kamis. Hari dimana lomba-lomba non-sport diadakan, termasuk lomba fashion show dan pentas seni. 

Rea telah memakai setelan baju berwarna gelap layaknya vokalis lagu rock. Kaos hitam dengan sablonan bergambar bibir berwarna merah yang tengah menjilat permen dimasukan ke dalam celana jeans berwarna gradasi biru tua kemudian dibalut jaket kulit hitam.

Gadis itu juga memakai sepatu kulit berhak 7 sentimeter, rambutnya dicatok keriting gantung yang kemudian ia gerai. Make up-nya juga tidak berlebihan, cenderung natural hanya saja bibirnya memakai lipstick berwarna nude gelap yang terlihat mencolok.

Tak beda jauh dengan Rea, keempat cowok anggota band kelas XI IPS 1 itu memakai pakaian serba gelap juga, mereka sudah mirip dengan band pop-rock pada umumnya. Kelimanya saat ini tengah berada di kelas, sembari menunggu lomba pensi dimulai.

Agam dan Vanya yang merupakan perwakilan lomba fashion show, hari ini juga datang dengan setelan yang matching, sesuai dengan novel menggunakan kostum profesi pekerja kantoran. Outfit mereka sangat serasi, mengambil warna hitam putih yang terlihat elegan dan pas di tubuh keduanya.

Lomba fashion show dan pensi sama-sama diadakan di panggung yang telah disiapkan dalam aula SMA Binar Mulia. Sedangkan lomba poster dan story telling, dilakukan di ruang kesenian dan laboratorium Bahasa Inggris.

Acara di hari kamis itu, seperti biasa dibuka dengan MC yang memandu acara. Memulai acara dengan pembukaan dan perkenalan singkat mengenai juri-juri yang telah duduk di bangkunya masing-masing sebelum acara inti dimulai dengan lomba fashion show yang dilaksanakan duluan.

Agam dan Vanya memang terlihat lebih akrab dari sebelumnya, tapi tidak bisa dipungkiri, suasana canggung terlihat sangat kentara di antara mereka. Agam yang dingin tidak pernah mau memulai pembicaraan terlebih dahulu, ia bahkan hanya menjawab seadanya ketika Vanya mengajaknya bicara.

Tapi hari ini, Vanya yang tidak pernah sekalipun tampil di hadapan banyak orang apalagi dalam konteks mengikuti lomba fashion show gugup. Ia sibuk menghela nafas untuk mengatasi gugupnya, dan tidak mengajak bicara Agam seperti biasanya.

Agam menoleh menatap Vanya yang berdiri di sampingnya saat mendengar helaan nafas gadis itu. "Lo gugup?" Vanya sedikit terperanjat mendengar Agam yang mengajak bicara dirinya duluan. Gadis itu menoleh dan menatap Agam sesantai mungkin.

"Ah, enggak kok," Vanya menjawab sambil tersenyum menatap cowok itu sekilas sebelum kembali menunduk dan mengulum bibirnya. Ia jadi harus berbohong dan menahan diri untuk tidak menghela nafas lagi karena takut itu mengganggu Agam.

Agam tidak bodoh, ia tahu gadis itu berbohong. Cowok itu menghela nafas sambil membuang mukanya ke arah berlawanan dengan tempat dimana Vanya berdiri.

"Udah gak usah gugup, ada gue," ucap cowok itu sambil merangkul pundak Vanya sekilas. Vanya yang mendapat perlakuan itu membulatkan matanya kaget bahkan sampai menahan nafasnya sebentar.

Gadis itu menahan senyumnya menyadari Agam yang peduli padanya. Hatinya menghangat apalagi saat mengingat kembali kalimat yang dilontarkan cowok itu untuk menenangkannya.

Ada Agam di sampingnya.

Di dalam ruang kelas XI IPS 1, Rea duduk ditemani Savita yang sedari tadi menanyakan hal yang sama perihal kakinya yang memakai sepatu berhak 7 sentimeter.

"Kaki lo beneran gak papa make sepatu tinggi kayak gitu?" Rea menghela nafasnya mendengar pertanyaan Savita yang diulang lagi.

"Sav, itu pertanyaan yang sama ke-17 lo selama sejam. Gue tegasin untuk terakhir kalinya ya," Rea menatap Savita dengan tatapan malas berganti menjadi tajam di akhir kalimat. "Gue, kaki gue, dan seluruh organ tubuh gue baik-baik aja," lanjut gadis itu dengan gemas.

"Lagian lo tau sendiri baru gue pake anjir ni sepatu, dan dari tadi gue duduk doang di samping lo," Rea membuang mukanya malas. Savita yang mendapat jawaban seperti itu dari Rea hanya menghela nafas pasrah.

"Yaudah, tapi ntar lo di atas panggung jangan atraksi. Awas aja kalo kaki lo tambah parah," Savita mengancam dengan menunjuk-nunjuk wajah gadis itu. Rea yang wajahnya ditunjuk-tunjuk memutar matanya jengah, tangannya memegang telunjuk Savita yang berada di hadapannya dan menurunkannya.

"Iya iya, paling jalan doang."

"Bagus," Savita mengangguk-angguk kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, berniat mencari keberadaan pacarnya. Tapi matanya malah menangkap Bara yang tengah menatapnya, keningnya berkerut ketika menyadari mata cowok itu bergerak cepat ke arah kanan seolah tengah memberi kode padanya.

Bara yang melihat Savita tidak paham dengan isyaratnya, mengulangi lirikan matanya ke arah Vano cepat. Ia memberi isyarat pada gadis itu untuk pergi dari sana dan menghampiri Vano, beruntung Savita langsung bangkit dari duduknya setelah ia memberinya 2 kali isyarat.

"Eh Re, gue ke Vano dulu ya," tanpa menunggu jawaban Rea, Savita langsung melangkah mendekat ke arah Rea. Gadis itu sempat mendelik ke arah Bara saat keduanya masih saling tatap, memberi peringatan pada cowok itu agar tidak macam-macam pada Rea.

Rea memperhatikan Savita yang berjalan menjauh, karena tidak ingin bosan sendirian ia meraih handphone-nya yang berada di atas meja.

"Kaki lo beneran gak papa?" Bara bertanya sembari duduk di bangku yang berada di depan Rea, cowok itu duduk dengan posisi menghadap ke arah Rea. Rea yang mendengarnya mendongak menatap Bara.

"Gak papa kok," jawabnya sembari mematikan handphone-nya dan menaruhnya kembali di meja.

"Nanti jangan banyak tingkah di atas panggung. Diem aja," Rea mengerutkan keningnya mendengar perkataan Bara, bibirnya naik sebelah mencoba menahan senyumnya agar tidak terlalu lebar.

"Ya mana bisa?"

Tidak bisa, menahan senyumnya hanya usaha yang sia-sia. Ujung-ujungnya ia tetap tersenyum lebar.

"Ya bisalah," Bara menjawab dengan santai.

"Gak bisa. Kayak katanya Ricard waktu itu, mana bisa nyanyi pop-rock diem aja. Kurang menarik tau," Rea menjawab sembari menyipitkan mata di akhir kalimatnya.

"Yaudah jalan aja, tapi jangan yang lain," bibir Rea melengkung ke bawah mendengar perkataan cowok itu yang sedikit terasa menggelitik untuknya. Kepala Bara menunduk untuk melihat ke arah kaki kanan gadis itu yang terbalut sepatu. "Lo tetep pake perban elastis, kan?" tanyanya saat kepalanya kembali mendongak, menatap gadis itu dengan kedua alis terangkat.

Rea refleks ikutan menunduk melihat kakinya, "Pake kok," jawab Rea sambil mengangguk.

"Udahlah, lo sama Savita sama aja tau gak? Dibilangin gue gak papa ya gak papa. Lo tenang aja, gue gak banyak tingkah waktu tampil nanti," Rea langsung berdiri dari duduknya, membuat Bara juga langsung berdiri melihatnya. Rea menatap Bara bingung karena gerakan spontannya.

"Lo ngapain?" tanya Rea bingung. Bara yang mendengarnya ikutan bingung.

"Ya, gak papa. Takut lo gak bisa jalan," jawabnya sambil menunjuk kaki Rea yang sebenarnya nampak baik-baik saja sebelum akhirnya ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Rea tertawa pelan mendengar jawaban Bara yang terdengar sangat lebay itu. Ia hanya cedera, bukan diamputasi.

To be continue...

•••••

halo gais!!
maaf lagi karena pendek. lusi paksain up meskipun pendek soalnya mau ngasih info aja kok. semoga besok bisa lebih panjang yaaa

infonya cuma
lusi udah ada bikin gc di tele, nanti bakal lusi kasih link di bio profile lusi yaa..

trs juga lusi mau jawab beberapa pertanyaan di part kemarin

jawaban dari kenapa Agam sama Nathan tingkat pd nya tinggi bukan karena ganteng ya🤣
tapi karena, semua tokoh di novel itu ngerasa dirinya yang pemeran utama. makanya ngerasa pada unggul gitu jadinya pd banget
buat kalian yg nonton drama korea 'Extra-ordinary You' pasti tau maksudnya, sebelas dua belas kayak disitu karena ya terinspirasi dari sana jugaa

jawaban soal itu lusi belum tau pasti ya. soalnya lusi rencana fokus namatin ini di wp dulu baru fokus ke rencana terbit kalo emang jadi. soalnya lusi juga masih agak ragu kalo mau nerbitin cerita ini

jawabannya, tenang aja ya. Vanya enggak bakal jadi jahat kok, dia cuma rada kecewa aja karena dia kayak diasingin gitu. namanya manusia, kalo digituin sama temennya yang cuma dua kan juga pasti ngerasa gitu

jawabannya, iya mereka saudara tiri. tapi karena sama-sama dibutakan oleh rasa ingin balas dendam, dua-duanya ya kayak tutup mata gitu gak merduliin mereka saudara tiri. tujuan mereka cuma saling nyakitin aja

terima kasih atas pertanyaannya🤗

makasih juga buat vote, komen, semangat, doa, dan dukungan kalian. lusi sangat sangat menghargainya🤗

Continue Reading

You'll Also Like

232K 19.6K 25
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana memiliki sifat rendah hati dan ramah. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki...
784K 2.7K 11
🔞 cerita ini mengandung adegan dewasa
476K 1.8K 7
kumpulan cerita dewasa berbagai tema
540K 35K 62
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...