𝐓𝐇𝐄 𝐔𝐍𝐖𝐀𝐍𝐓𝐄𝐃 𝐄𝐂�...

By plethcra

81.5K 8.5K 6.4K

❝ 𝑖𝑡 𝑖𝑠 𝑏𝑜𝑡ℎ 𝑎 𝑏𝑙𝑒𝑠𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑑 𝑐𝑢𝑟𝑠𝑒 𝑡𝑜 𝑓𝑒𝑒𝑙 𝑒𝑣𝑒𝑟𝑦𝑡ℎ𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑜 𝑣𝑒𝑟𝑦 𝑑�... More

𝓣𝓱𝓮 𝓑𝓮𝓰𝓲𝓷𝓷𝓲𝓷𝓰
𝓣𝓱𝓮 𝓝𝓲𝓰𝓱𝓽𝓶𝓪𝓻𝓮
𝓣𝓱𝓮 𝓟𝓮𝓷𝓼𝓲𝓿𝓮
𝓣𝓱𝓮 𝓣𝓮𝓼𝓽𝓪𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂
𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓲𝓫𝓻𝓪𝓻𝔂
𝓣𝓱𝓮 𝓜𝓲𝓼𝓼𝓲𝓸𝓷
𝓣𝓱𝓮 𝓒𝓱𝓻𝓲𝓼𝓶𝓪𝓼𝓽 𝓟𝓪𝓻𝓽𝔂
𝓣𝓱𝓮 𝓥𝓲𝓪𝓵
𝓣𝓱𝓮 𝓐𝓼𝓽𝓻𝓸𝓷𝓸𝓶𝔂 𝓣𝓸𝔀𝓮𝓻
𝓣𝓱𝓮 𝓐𝓼𝓼𝓪𝓼𝓲𝓷𝓪𝓽𝓲𝓸𝓷
𝓣𝓱𝓮 𝓒𝓸𝓷𝓯𝓾𝓼𝓲𝓸𝓷
𝓣𝓱𝓮 𝓔𝓷𝓭 𝓸𝓯 𝓣𝓱𝓮 𝓑𝓮𝓰𝓲𝓷𝓷𝓲𝓷𝓰 [𝘱𝘢𝘳𝘵.1&2]
𝓣𝓱𝓮 𝓡𝓮𝓿𝓮𝓻𝓼𝓮
𝓣𝓱𝓮(𝓲𝓻) 𝓔𝓷𝓭(𝓲𝓷𝓰)

𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝓻𝓴 𝓜𝓪𝓻𝓴

3.8K 507 231
By plethcra

*ೃ༄ 𝓣𝓱𝓮 𝓤𝓷𝔀𝓪𝓷𝓽𝓮𝓭 𝓔𝓬𝓵𝓲𝓹𝓼𝓮 .ೃ࿐

𝐄𝐩𝐬. 𝟎𝟔

Why would you ever kiss me?
I'm not even half as pretty,
You gave her your sweater, it's just polyester,
But you like her better,
Wish I were He- /rmione/ -ather.
























SEMENJAK LUCIUS MALFOY ditahan di Azkaban, suasana Malfoy Manor kian suram. Seperti tak ada lagi kehidupan di dalamnya. Bagai istana terbengkalai.

[name] rasa keadaan telah berubah. Draco semakin acuh, Narcissa hanya bicara seperlunya, belum lagi dengan kehadiran Bellatrix yang kini menetap di Manor nya.

Sebenarnya, [name] rindu pada sang Nenek, Madeline. Sudah lama ia tak mengunjungi Manor Eclipse yang kini hanya ditinggali oleh Madeline dan Anke, peri rumah khusus keluarga Eclipse.

Disetiap harinya, [name] selalu menemani Narcissa. Tujuannya agar ibu mertuanya itu tak merasa kesepian dan setidaknya merasa sedikit terhibur. Bellatrix mana pernah memberi Narcissa perhatian dan senyuman, bukan?

Berita bahwa Sang Pangeran Kegelapan yang akan berkunjung ke Malfoy Manor sampai ke telinga [name]. Bellatrix yang menyampaikannya kepada seluruh penghuni Manor sekitar enam hari yang lalu.

Hal itu membuat Narcissa, Draco, dan terlebih lagi [name] menjadi was-was. Entah tujuan beliau datang untuk apa, tapi, Sang Pangeran Kegelapan bisa datang kapan saja dan sekehendaknya. Mereka harus bersiap untuk itu.

Tok tok tok.

"Draco, [name]. Ini Mother."

Tak lama, pintu kamar pun terbuka.

Melihat raut wajah tegang ibunya, Draco bertanya. "What's wrong, Mother?"

"Dimana [name]?" Narcissa bertanya balik. Pasalnya, [name] lah yang biasanya selalu sigap membukakan pintu setiap kali Narcissa mengetuk pintu kamar mereka.

"Dia sedang mandi." Draco melirik sekilas pintu kamar mandi didalam kamarnya.

Narcissa sedikit mengangguk tanda ia paham. Tak lama, ia menghela nafas, menatap putra tunggalnya serius.

"Pangeran Kegelapan. Dia ada dibawah."

Narcissa menjeda kalimatnya. "Dia memanggilmu, nak."

Hal yang tak ingin terwujud pun nyatanya terwujud sudah. Sang Pangeran Kegelapan telah tiba di Malfoy Manor. Dan pernyataan bahwa Sang Pangeran Kegelapan yang memanggilnya membuat Draco menjadi semakin tegang.

Pada akhirnya ibu dan anak itu turun ke lantai bawah. Bisa dilihat sosok Bellatrix Lestrange dan ... Sang Pangeran Kegelapan, Voldemort, tengah berdiri menunggu mereka di ruang tengah.

"Ah, Draco. Kemarilah." sambutnya dengan nada yang khas.

Dengan kaku dan sedikit menunduk, Draco berjalan menghadap kepada Sang Pangeran Kegelapan.

"Aku datang kemari untuk menemuimu." tuturnya, namun terdengar mengerikan.

Tak lama, ia kembali berujar. "Lucius ayahmu telah gagal menjalankan tugas dari ku."

"Maka dari itu, aku, Sang Pangeran Kegelapan, memberi tugas mulia untukmu."

Di sisi lain, [name] keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan piyama tidurnya. Ia mendapati bahwa kini kamarnya sepi. Padahal, terakhir kali [name] lihat ada Draco disini.

Janggalnya, pintu kamar terbuka lebar. Perasaannya jadi tak enak. Maka dari itu, [name] keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah hendak mencari entah Draco, Narcissa maupun Bellatrix.

"Bunuh Dumbledore untukku, maka aku akan mengampuni keluargamu."

Tengah menuruni anak tangga, seketika langkah [name] terhenti.

"Namun jika kau gagal seperti ayahmu, Draco... nyawa mu dan keluargamu jadi taruhannya."

Tubuh [name] jadi membeku. Bukan hanya kehadiran Voldemort yang membuat [name] tercengung, namun juga keberadaan Draco yang berhadapan langsung dengan Sang Pangeran Kegelapan dan terlebih lagi, perkataan yang dia katakan pada Draco tadi ---hal inilah yang paling membuat [name] bagai disambar petir.

'A-apa maksudnya bunuh... Dumbledore?'

Menyadari ada sosok tak dikenal berdiri di anak tangga, Voldemort mengalihkan padangan dari Draco dan menatapnya.

"Siapakah gadis itu?"






















✧༺ 🌕 ༻✧






















'Aku bersedia.'

Sebuah kalimat simpel yang semakin memperburuk atmosfir Malfoy Manor dan seisinya.

Brak!

"SHIT!"

Brak!

"Draco!" Dengan suara bergemetar dan mata sembab, [name] menghampiri Draco, mencegah tangannya agar berhenti memukuli lemari baju.

Namun, tenaga Draco lebih kuat. Ia menepisnya dan kembali mendaratkan kepalan tangannya pada lemari baju.

Brak!

"Draco, berhenti! Jangan menyakiti dirinu sendiri," [name] kembali terisak setelah beberapa menit yang lalu tangisannya berhenti.

Alih-alih berhenti, Draco malah beralih mengusap kasar lengan kirinya seraya mengerang frustasi.

"Draco, please, no!"

Lagi-lagi, [name] berusaha mencegah tangan kanan Draco yang terus menyakiti lengan kirinya sendiri.

"Draco, stop!"

"Menyingkir!" Draco menepis lengan [name] kasar.

Meski begitu, [name] tak kehabisan cara untuk membuat Draco berhenti. Ia punya ide.

"Draco, Mother akan semakin bersedih kalau kau seperti ini."

Narcissa sudah sangat terpukul dan pikirannya terbebani akibat kejadian buruk tadi. Draco sebagai putranya tentu tak ingin menambah pikiran ibunya lagi hanya karena sikapnya yang seperti ini. Dengan itu, Draco termenung, meski sedikit.

Merasakan tangan Draco tak lagi mengeras, [name] menghela nafas lega. Berhasil. Meski Draco dinilai buruk di mata orang-orang, namun ia sangat mementingkan keluarganya, well, meski tidak pada [name].

"Draco, kau tidak sendiri," tutur [name] pelan.

[name] menyingkap lengan panjang piyama kirinya. Sedikit tersenyum miris kala melihat tattoo tengkorak dan ular yang tertera di lengan kirinya persis seperti milik Draco.

"Kau bersamaku disini. Kita bisa melakukan ini bersama sama,"

Padahal, dirinya sendiri sama hancurnya.

'Ah, istrimu juga mungkin bisa membantu.'






















✧༺ 🌕 ༻✧






















Diagon Alley, seharusnya menjadi tempat yang ramai dan penuh orang. Namun tidak untuk malam ini. Semua toko tutup ---kecuali toko si Kembar Weasley--- karena mendapat serangan dari para Pelahap Maut.

Draco bersama dengan Narcissa pergi kesana. Namun bukan ke Diagon Alley-nya, melainkan, Knockturn Alley. Tempat biasanya para penyihir hitam berada.

Sedangkan [name] sendiri memilih untuk berdiam di Manor. Bukannya tak ingin ikut, berdasarkan surat yang Susan kirimkan padanya, [name] mengetahui bahwa Susan dan pastinya juga ada Harry dan teman-teman yang lainnya malam ini sedang berada di toko si Kembar Weasley. Bagaimana kalau seandainya mereka melihat dirinya? Bersama Draco dan Narcissa pula.

Namun [name] tak tinggal diam di Manor. Otaknya memikirkan cara lain untuk membunuh Dumbledore tanpa menggunakan mantra kutukan terlarang. Sebenarnya, Bellatrix menawarkan [name] untuk belajar ilmu hitam bersamanya. Namun tentunya, [name] menolak.

Kembali pada Draco dan Narcissa. Kedua Malfoy itu melirik kanan kiri memastikan tak ada orang sebelum mereka masuk ke Knockturn Alley.

Draco terus berjalan mengikuti kemana Narcissa membawanya pergi. Sampai akhirnya, mereka tiba di salah satu toko bertulisan papan 'Borgin and Burkes'.

Mereka pun masuk ke dalam dan berjalan ke lantai atas. Fenrir Greyback pun terlihat hadir menemani mereka disini.

"Vanishing Cabinet." ujar sang pemilik toko, Mr. Borgin, seraya menunjukkan lemari besar berwarna hitam legam didepan mereka.

Draco berjalan mendekati lemari itu. Mengamati setiap inci lemari itu agar bisa mempelajari cara kerjanya.

"Jangan jual lemari ini pada siapapun." cekam Greyback.

"B-baik. Baik, Tuan." jawab Borgin seraya termundur, takut-takut lehernya digigit manusia serigala menyeramkan ini.

Narcissa berjalan mendekati Draco, lantas mengecup pipinya pelan. Sungguh Narcissa tak tega melihat putranya seperti ini.

Srett.

Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara.

"Ada apa, Greyback?" Narcissa bertanya mengapa Greyback tiba-tiba menutup tirai itu.

"Hanya menghindari orang mengintip."






















✧༺ 🌕 ༻✧






















"Jadi, apa yang Draco lakukan dengan lemari aneh itu?"

"Dan siapa orang-orang itu?"

"Tidakkah kau lihat? Itu suatu ritual. Sebuah permulaan-"

"Berhenti, Harry. Aku tahu kemana arah pembicaraanmu." Hermione memotong. Harry secara tidak langsung telah menuduh kekasihnya yang tidak-tidak. Tentu Hermione tak terima.

"Itu telah terjadi. Draco adalah salah satu dari mereka."

"Salah satu dari siapa?" Ron bertanya.

"Harry sedang meyakini bahwa Draco Malfoy adalah seorang Pelahap Maut." jelas Hermione.

"Jangan mengada-ngada. Apa yang You-Know-Who inginkan dari bocah ingusan seperti Malfoy?" Ron membenarkan posisi duduknya.

"Oh, kalau begitu apa yang Draco lakukan di Borgin and Burkes? Mencari perabot?"

"Itu 'kan toko yang aneh. Dan dia bocah yang aneh."

"Begini saja. Ayahnya seorang Pelahap Maut. Sangat masuk akal. Lagipula, Hermione melihatnya dengan mata kepalanya sendiri."

"Sudah kubilang. Aku tidak tahu apa yang kulihat." Hermione menyangkal omongan Harry.

Harry terdiam. Merasa tak ada yang berada di pihaknya. "Aku butuh udara segar."






















✧༺ 🌕 ༻✧
























"Susan,"

Tak bisa berbicara karena ada jelly didalam mulutnya, Susan pun menjawabnya dengan dehaman. "Hm?"

"Kau lihat Harry? Sedari tadi aku mencari di meja Gryffindor, tapi tidak ada."

Susan pun menelan jelly nya. "Huh? Harry? Itu." Susan menunjuk ke arah yang dibelakangi [name] dengan dagunya.

Dengan itu, [name] berbalik. Ia mendapati Harry berjalan masuk kedalam aula bersama Luna.

[name] mengerutkan dahi. "Apa yang terjadi padanya?"

"Memangnya dia kenapa?" Susan ikut mengamati Harry.

"Hidungnya berdarah." terang [name] sepintas terdengar khawatir.

"Very best evenings to you all."

"Nanti kau bisa bertanya padanya." Susan meminta [name] untuk mendengar pidato Dumbledore terlebih dahulu.

"First off, let me introduce the newest member of our staff. Horace Slughorn."

Dumbledore. [name] tak sanggup melihat wajahnya. Tak bisa ia bayangkan bahwa Draco dan dibantu oleh dirinya suatu waktu akan menghabisi nyawa Kepala Sekolah sekaligus penyihir terhebat itu.

"Professor Slughorn, I'm happy to say, has agreed to resume his old post ... as Potions Master. Meanwhile, the post of Defense Against the Dark Arts ... will be taken by Professor Snape."

Mendengarnya, semua murid Slytherin ricuh. Menyunggingkan senyum ceria seraya bertepuk tangan kencang. Kecuali, Draco. Yang malah menopang dagunya murung.

"As you know, each and every one of you were searched upon your arrival here tonight. And you have the right to know why. Once, there was a young man. Like you, sat in this very hall. Walked this castle's corridors. Slept under it's roof. You see, to all the world, a student like any other. His name, Tom Riddle."

Para murid saling bertatapan, sebagian berbisik dan bergidik ngeri.

"Today of course, is known all over the world by another name. Which is why as I stand, looking out upon you all tonight, I'm reminded of a sobering fact. Every day, every hour, this very minute, perhaps ... dark forces attempt to penetrate this castle's walls. But in the end, that greatest weapon ... is you. Just something to think about."

"Now off to bed, pip-pip."






















✧༺ 🌕 ༻✧






















"Contohnya aku mencium, mint, citrus, apel hijau ..."

Pernyataan yang sama, di kelas yang sama, namun di sesi yang berbeda. Sungguh Slughorn pun jadi terheran-heran mendengar pernyataan [name] yang sama persis dengan pernyataan Hermione di sesi kelas sebelumnya.

Makan malam selesai. Hermione langsung melangkahkan kakinya menuju suatu koridor kosong, tempat biasanya dirinya dan sang kekasih bertemu. Tak dapat disangkal, Hermione pun sebenarnya juga menaruh rasa curiga pada Draco. Sebagai kekasihnya, tentu Hermione mempunyai peluang lebih untuk mengusut hal itu, bukan?

"Draco."

Belum sampai ke tempat yang ia tuju, Hermione sudah lebih dulu menemukan Draco yang tengah menyender pada dinding. Mungkin Draco menunggu dirinya, namun di tempat yang berbeda.

Draco menoleh. Sedikit terkejut kala mendapati kekasihnya berada disini. "Babe."

"Kenapa tidak menunggu di tempat biasa?" Hermione bertanya.

Dalam hati, Draco bingung. Hermione beranggapan bahwa Draco menunggunya?

Oh, benar. Sekarang hari Kamis. Biasanya, setiap hari Kamis selesai makan malam, mereka akan bertemu di koridor kosong dekat perpustakaan.

"Koridor itu terlalu jauh. Aku ingin segera bertemu denganmu."

Mendengarnya, Hermione tak bisa menahan senyum dan semburat merah di wajahnya. Tak bisa dipungkiri, ia rindu pada kekasihnya ini. Namun, seketika Hermione teringat akan hal yang ingin ia tanyakan.

"Draco, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Hm? Tanyakan saja." Draco menyelipkan anak rambut Hermione yang menghalangi wajah ayu nya.

"Beberapa hari sebelum Hogwarts, aku tidak sengaja melihatmu dan ibumu memasuki Knockturn Alley."

"Kalau boleh aku tahu, kalian sedang apa?"

Hermione sengaja tidak menyebutkan toko 'Borgin and Burkes' agar Draco tak berfikiran bahwa ia membuntutinya masuk ke dalam gang atau semacamnya.

Dalam hati, Draco terkejut. Ia tak tahu bagaimana cara menjawabnya. Tapi, Slytherin, banyak akal.

"Hanya mengunjungi kerabat Mother."

Mendengarnya, Hermione terdiam sejenak. "Oh,"

Cukup masuk akal, sebenarnya. Kerabat keluarga Malfoy memang kebanyakannya menjurus pada ilmu hitam, bukan? Mungkin saja kerabat Nyonya Malfoy adalah Mr. Borgin atau siapapun yang berada didalam toko itu. Namun, Hermione tak bisa percaya sepenuhnya.

"Babe, sepertinya aku tak bisa berlama-lama."

"Draco, sepertinya aku harus pergi."

Mereka berucap bersamaan setelah lamanya hening.

Dengan itu Hermione terkekeh pelan --- tapi, agak canggung. "Kalau begitu, aku pergi dulu."

Draco mengangguk sekilas, menepuk puncak kepala Hermione pelan. "Bye, Babe."

"Bye, Draco."

Hermione pun berbalik berjalan pergi. Sampai akhirnya, hilang ditelan belokan koridor.

Draco menghela nafas lega. Ia was-was Hermione akan bertanya lebih lanjut soal tadi. Untung saja tidak.

Tak lama kemudian, seseorang datang.

"Draco."

Draco pun menoleh. Mendapati sosok yang membuatnya menunggu lama sedari tadi.

"Maaf, aku harus ke toilet dulu. Ayo."

"[name]?" gumam Hermione tidak percaya. Ia tidak benar-benar pergi tadi. Hermione sengaja bersembunyi di balik belokan koridor. Tujuannya untuk mengawasi Draco, namun yang ia dapatkan malah, kedatangan [name].

Tak bicara apa-apa, Draco langsung beranjak dan berjalan pergi. Dengan itu, [name] segera ikut melangkah menyamai langkahnya dengan Draco.

Melihat Draco dan [name] beranjak pergi, Hermione pun memutuskan untuk membuntuti mereka. Pikirannya kini sudah berkelana kemana-mana mengenai kekasih dan temannya ini.

Draco terus berjalan bersama dengan [name] entah kemana. Menaikki tangga, berbelok di koridor. Hermione terus mengikuti mereka dari jauh. Namun salahnya, Hermione terlalu jauh. Hingga pada akhirnya ia kehilangan jejak saat Draco dan [name] berbelok di koridor.

Hermione menghela nafas putus asa. Namun, dirinya akan terus mengusut hubungan mencurigakan antara kekasih dan temannya ini. Setahu Hermione, mereka tidak saling menyukai. Lantas mengapa mereka terlihat bersama di malam gelap ini?

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Draco dan [name] pun akhirnya berhenti tepat di depan suatu dinding. Secara tiba-tiba, muncul pintu didepan mereka. Dengan itu, mereka segera masuk ke dalamnya. Ya, ruang kebutuhan.

"Ini apelmu."

Disodorkan sebuah apel hijau oleh [name], Draco mengambilnya. Lalu melayang-layangkannya ke udara seraya berjalan mencari sesuatu yang mereka incar. [name] pun begitu, namun ia berjalan ke arah yang berbeda agar bisa menemukannya lebih cepat.

"Draco, sepertinya ini dia."

Langkah Draco terhenti. Ia berbalik, lalu berjalan menghampiri [name] yang rupanya telah menemukan lemari besar yang ditutupi kain. Tak pakai lama, Draco pun menarik dan membuka kain penutup lemari besar didepannya.

Mereka terpegun. Ini dia, kembaran Vanishing Cabinet. Mereka menemukannya.

༶•┈┈☾ 𝐓𝐡𝐞 𝐔𝐧𝐰𝐚𝐧𝐭𝐞𝐝 𝐄𝐜𝐩𝐥𝐢𝐬𝐞 ☽┈┈•༶























chapt ini ga seru + pendek ok ಥ‿ಥ

Continue Reading

You'll Also Like

100K 13.7K 20
[ completed ] ❛ she's a strange girl, who fallin' love with a (cold) king. ❜ - edmund pevensie x fem!reader - fanfiction - berdasarkan cerita The Chr...
657K 47.5K 43
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
11.4K 1.4K 6
‗ ❍ moonlight :: fred weasley ┇fifthbooks ❞ -when he's holding me tight, and he calls me "𝒎𝒐𝒐𝒏𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕" too. ...
35.9K 4.5K 19
"Semua RUMORS ini untuk mu" Cedric Diggory x OC COMPLETED ✅ ❕Dimulai dari tahun ke-3 15+ ● 𝐅𝐈𝐅𝐓𝐇 𝐁𝐎𝐎𝐊 📖 [ Start : 220122 / End : 110223 ] C...