Petikan gitar mulai memenuhi telinga setiap orang. Yora masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Beberapa kali dia mencoba mengenyahkan pikirannya kalau lelaki dengan jari lincah memetik gitar itu bukan mantan kekasihnya.
Bisa saja kan dia Rivan yang lain?
Tapi asumsinya disalahkan begitu tatapan mereka bertemu. Yora tentu sangat mengenali mata itu. Mata dengan netra cokelat tak lupa dengan bulu mata lentiknya.
Mata yang sampai saat ini menatapnya dengan tatapan yang bahkan Yora tak tahu apa artinya.
🎶We broke up a month ago🎶
Yora merasakan sesak didadanya. Detik ini, segala penyesalan yang dulu meremas hati Yora kini musnah. Lelaki itu benar-benar pembohong yang sempurna.
🎶I hope your happy bit not Lo how you were with me. I'm selfish i know. I can't let you go. So find someone great but don't find no one better. I hope your happy but don't be-
Suara Rivan seketika tersangkut di udara begitu suara melengking merusak telinga muncul tanpa sebab.
Menghindari kekacauan, Yora dengan segera mengambil mic nya dan berterimakasih pada Rivan atas penampilannya. Walau dia baru bernyanyi setengah.
Rivan menatap Yora nanar. Gadis itu bertindak seolah mereka tidak pernah saling mengenal. Ia berbicara dengan santai bahkan sempat memberikan lelucon pada maba yang nonton.
"Jadi ada yang minat sama Rivan nggak? Mau nomor WA?!!" Ucap Yora lumayan kuat.
Rivan tersenyum tipis mendengar kalimat Yora. Ia langsung meminta mic pada salah satu panitia yang juga berdiri di atas panggung. "Baik, kalau ada yang mau nomor WA saya 0812 0205 2019" jawab Rivan sambil tersenyum manis.
Sedangkan Yora kebingungan. Merasa tak asing dengan angka yang Rivan ucapkan. Tanpa sadar dia tersenyum tipis. Luka di hatinya sedikit berkurang dalam hitungan menit. Rivan benar-benar lelaki yang pandai memporak-porandakan hati Yora.
Rivan berbalik hendak turun dari panggung. Namun langkahnya berhenti di samping Yora. Tubuhnya mendekat dan membisikkan sesuatu yang mampu membuat jantung Yora berhenti berdegup.
"Tanggal jadian kita kan?"
Sudah pukul 3 sore. Yora baru sempat makan siang sekarang. Mulutnya melahap makanan dengan nikmat namun otaknya dia paksa berpikir.
Bagaimana mungkin Rivan ada di kampus ini? Bagaimana dia bisa berubah menjadi seperti itu? Maksud Yora, penampilannya benar-benar berbeda.
Namun mengingat suara lelaki itu yang ternyata indah, Yora merasa sesak di dadanya. Mendadak moodnya menjadi buruk. Ia makan dengan cepat-cepat sebagai pelampiasan.
"Pelan-pelan makannya"
Kunyahan Yora berhenti begitu sebuah suara menusuk gendang telinganya. Belum lagi senyuman lelaki itu yang...semanis Jaemin?
"Apa sih! Jaemin mulu otak lo!!" Batin Yora.
Yora tersenyum terpaksa. "Ya" jawabnya lalu lanjut makan.
"Di sini kita ngomong pakek Lo gue atau kau-kauan?"
Yora kembali menatap Rivan. "Lo gue aja"
Rivan mengangguk pelan. Tak mampu menyembunyikan senyumnya. "Mau kemana?" Tanya Rivan melihat Yora yang membersihkan sisa makanannya. Bahkan baru tiga detik Rivan mendudukkan bokongnya disana.
"Ada urusan. Oh iya, suara Lo bagus. Coba aja Lo nyanyi gitu pas gue ulang tahun, mungkin gue bakal cinta mati sama Lo"
Rivan mematung. Matanya seolah tak bisa dia kendalikan. Bahkan untuk berkedip saja rasanya sulit. Tanpa dia sadari tangannya sudah terkepal kuat.
Brak!!
Sinar terkejut begitu pintu dibuka dengan kasar. "Yora? Lo kenapa?"
Sinar yang tadinya fokus dengan laporan para panitia ospek kini menghampiri Yora yang tampak kacau.
"Jae" panggil Yora dengan mata terpejam.
Sontak Sinar mendekat pada Yora. Bahkan hidungnya bersentuhan. Ketika Yora menyadari hidungnya bergesekan dengan sesuatu dia segera membuka matanya. "Gue nggak seganteng Jaemin, Yora. Jangan buat insecure" ucap Sinar hampir seperti bisikan.
Yora selalu mengubah nama Sinar menjadi Jaemin. Dengan alasan, 'biar kaya manggil suami sendiri'
"Jangan deket-deket" gumam Yora yang terdengar jelas di telinga Sinar. Pada akhirnya Sinar menjauh dan duduk didepan Yora.
"Ada apa?" Tanya Sinar sekali lagi. Berharap mendapat jawaban yang dia inginkan.
"Mantan gue disini"
Sinar melotot kaget. "Serius?!! Mantan Lo yang mana??!"
Yora berpikir sebentar sebelum menjawab. " Mantan ke...ah lupa gue. Yang penting dia mantan gue"
"Terus?"
"Dia bohongin gue!!"
Dahi Sinar mengerut. Pasalnya Yora sudah menceritakan beberapa kisahnya dengan sang mantan. Dan yang dia maksud sekarang, kebohongan yang mana?
"Dia bohongin gue nar! Lo tahu kan tiap gue ulang tahun nggak pernah ada yang inget?"
"Gue inget kok!"
"CK! Maksud gue dulu!"
"Ya terus?"
"Ah gue cerita di kos aja lah. Ntar Lo dateng ya"
"Lagi mager gue"
"Nar please! Kamar Lo hadap-hadapan sama kamar gue!"
Pukul 10 malam. Yora baru selesai mandi. Niatnya makan sedikit saja tapi dia urungkan begitu mengingat percakapannya dengan Sinar tadi sore. Segera ia beranjak dan mengetuk pintu kamar Sinar yang tepat didepan kamarnya.
Mereka satu tempat kos tapi beda kamar. Entah untuk ketukan yang keberapa baru Yora mendengar sahutan dari dalam.
Sinar. Lelaki itu membuka pintu dengan setengah kesadaran. Nyawanya belum terkumpul sempurna tapi suara ketukan mengganggunya.
Yora dengan santai masuk ke dalam kamar Sinar dan duduk lesehan. "Nar, Lo mendingan cuci muka dulu deh. Gue mau cerita panjang"
Sinar hanya bergumam. Tubuhnya sudah telungkup di atas kasur. Sinar benar-benar habis tenaga. Menjadi komandan provokator benar-benar sesuatu yang tak pernah Sinar bayangkan akan berakhir seperti ini.
Bahkan belum sampai acara pengumpulan surat berisi uneg-uneg para maba, Sinar sudah mendapatkan kebencian itu. Belum lagi Yora yang kalau sudah masuk jam kerja galaknya kumat. Sinar jadi tak bisa mengeluh. Yora pasti akan berkata "Ayo dong nar! Masa gitu aja capek? Kalah Lo sama cewek!"
Membuat Sinar malas mengeluh pada Yora kalau masih jam kerja. Berbeda ketika jam istirahat atau malam hari. Terkadang Yora akan memaklumi.
"Lo ceritanya besok aja ya?" Bujuk Sinar agar tidurnya tidak terganggu. Besok adalah hari yang panjang untuknya.
Yora menatap tajam Sinar. "Gadak! Lo udah janji mau dengerin cerita gue!!"
Mau tak mau Sinar bangun. Mengikat bagian atas rambutnya yang kalau disisir ke depan sudah menutupi mata. Lalu bergegas ke kamar mandi.
Sinar keluar dengan handuk di tangan untuk mengelap wajahnya. Yora menatap Sinar berbinar. "Sumpah nar, Lo imut banget kaya gitu!"
"Makasih. Cewe gue juga bilang kalau gue imut"
Yora tertawa begitu juga dengan Sinar. Mereka adalah sepasang sahabat yang entah bagaimana bisa menjadi sahabat. Padahal kalau di bongkar, Yora adalah orang yang jatuh cinta pada Sinar di saat Sinar sudah memilih melepas.
Memangnya siapa yang tidak jatuh cinta pada lelaki tampan, ramah, ambisius dan peduli seperti Sinar.
Dulu Sinar juga suka pada Yora. Namun Yora yang bodoh malah menolak Sinar dengan alasan mau serius belajar. Dan sekarang ketika Sinar benar-benar move on darinya dan sudah memiliki kekasih, baru Yora sadar kalau dia sebodoh itu telah menyia-nyiakan Sinar yang sekarang hanya bernotabene sebagai sahabatnya.
Mana Yora sering jadi nyamuk karna cewenya Sinar sering Dateng ke kos bawa lauk. Emang sih Yora suka kebagian. Tapi tetap saja ada perasaan mengganjal di hatinya.
Sinar sudah duduk di samping Yora. Mengambil beberapa cemilan dan minuman soda dari kulkas mini yang sudah disediakan pemilik kos. "Oke. Sekarang cerita"
"Duduk depan gue. Biar enak ceritanya"
Sinar pindah tempat ke depan Yora tanpa suara. Ekspresinya langsung serius menatap lekat pada mata Yora.
"Jadi tuh pas SMK...."