Bittersweet Divorce

Par NanasManis98

266K 26.2K 489

•Bittersweet Series 2• __________ Bercerai bukan berarti memutuskan hubungan sepenuhnya, bahkan saling memusu... Plus

Prolog
Bagian 1 : Tour Guide
Bagian 2 : Nasib Yang Sama
Bagian 3 : Festival Kuliner
Bagian 4 : Club
Bagian 5 : Gadis Kecil
Bagian 6 : Diantar Pulang
Bagian 7 : Bubur Ayam
Bagian 8 : Gosip
Bagian 9 : Ya Anggap Saja Begitu
Bagian 10 : Salah Paham
Bagian 11 : Mantan Suami
Bagian 12 : Ajakan Ke Kondangan
Bagian 13 : Kondangan
Bagian 15 : Tidak Mungkin Berlanjut
Bagian 16 : Kumpul Lagi [1]
Bagian 17 : Kumpul Lagi [2]
Bagian 18 : Panti Asuhan
Bagian 19 : Berjumpa Lagi
Bagian 20 : Piknik
Bagian 21 : Ke Puncak
Bagian 22 : Status Tidak Jelas
Bagian 23 : Minta Restu
Bagian 24 : Kelulusan
Epilog

Bagian 14 : Chat Tak Terbalas

7.4K 931 33
Par NanasManis98

Salena mengernyit heran, sekaligus penasaran saat Rehan memanggilnya ke ruangan pria itu, padahal masih pagi. Ada perlu apa pria itu memanggilnya?

Mengetuk pelan pintu di depannya, ia mendengar suara Rehan yang menyuruhnya masuk.

Masuk ke dalam dan duduk di kursi hadapan Rehan. "Ada apa, Pak?"

Rehan menegakkan kepala balas menatap Salena. Hanya diam dengan tatapannya yang intens membuat Salena tersenyum kikuk.

"Em... gimana kerjaan kamu di bagian administrasi? Oke, kan?"

Meski heran, Salena tetap menjawab Rehan. "Iya Pak."

"Karyawan di bagian sana bikin kamu nyaman, kan?"

"Iya Pak." Lalu Rehan diam lagi. Kembali menatap Salena dengan intens. "Ke-kenapa ya, Pak?"

"Gak pa-pa kok. Saya cuma nanya aja." Rehan mengukir senyum tipis. Sementara itu Salena mengerjap lambat. Semakin heran menatap bosnya.

"Oh itu aja Pak? Saya boleh balik bekerja?"

"Iya. Silahkan." Rehan mempersilahkan Salena keluar. Salena pun pamit. Berdiri dari duduknya. Sebelum mencapai pintu  ia dipanggil membuatnya menoleh.

"Kenapa Pak?"

"Kenapa chat saya kemarin gak dibalas? Kamu marah?" Malam saat Salena lebih memilih pulang dengan mantan suami, membuat Rehan gelisah hingga tidak bisa tidur. Bahkan mengirim chat ke  Salena beberapa kali, juga menelepon, tapi sama sekali tidak ada balasan dan teleponnya tidak dijawab. Hingga akhirnya ia menyerah. Mengira Salena marah. Tapi, ia pun tidak tau jika memang Salena marah, apa penyebab wanita itu marah. Ia tidak melakukan kesalahan apapun.

Sementara itu Salena di tempatnya berdiri, mengernyit heran. Chat dari Rehan?

Tidak ada yang masuk.

Apa Rasya yang menghapusnya? Karena saat berada di club, ia ke toilet menitipkan tasnya pada Rasya. Karena memang ponselnya tidak memakai sandi ataupun pola untuk membuka kuncinya.

"Kalau kamu gak mau jawab gak pa-pa kok. Kamu bisa kembali bekerja."

Pada akhirnya Salena hanya mampu mengangguk pelan, kembali lagi melangkah dan saat hendak membuka pintu, Rehan kembali memanggilnya.

"Kamu mau makan malam di rumah saya, Len?"

***

Meski Rehan ingin menjemput, tapi Salena menolak. Jadi, Salena sendiri yang pergi ke rumah Rehan. Heran karena rumah tersebut kelihatan sepi.

Saat pintu terbuka, Rehan terlihat. Mengukir senyum manis padanya. Yang ia balas dengan hal serupa.

Masuk ke dalam rumah tersebut. "Pak, kok rumah Bapak sepi? Yang lain ke mana?"

Langkah Rehan berhenti, otomatis Salena juga. Pria itu mengernyit heran menatap Salena. "Yang lain? Siapa maksud kamu?"

"Karyawan yang lain, Pak." Rehan semakin heran sekaligus bingung.

"Bapak gak undang mereka?"

Barulah Rehan mengerti dan tawanya keluar. Kenapa Salena begitu menggemaskan dengan sikap tidak peka wanita itu?

Memang, Rehan kerap mengundang para karyawan untuk makan bersama. Baik itu di restoran atau di rumahnya. Tentu lewat grup chat, ia mengundang mereka. Harusnya Salena tau akan hal itu.

Padahal ia mengundang Salena makan malam di rumahnya secara langsung. Tidak kah wanita itu peka?

"Saya cuma ngundang kamu," ujar Rehan menatap intens Salena.

Salena mengerjap lambat. Lalu mengangguk pelan. Telah mengerti kenapa hanya dirinya di rumah Rehan saat ini.

Mereka berjalan kembali menuju ke ruang makan. "Kiara mana, Pak?" Karena Salena merasa canggung dan ingin menghidupi suasana yang sepi diantara mereka, jadi ia bertanya keberadaan Kiara.

"Lagi di rumah Nenek-nya. Ibunya  Bundanya." Salena hanya mengangguk.

Di ruang makan ada sosok wanita paruh baya yang pakaiannya modis sedang membantu seorang ART.

"Ah Ma, ini Salena..." Salena menatap Rehan sejenak lalu menatap kembali wanita paruh baya tersebut. Mengangguk pelan seraya tersenyum tipis.

Mama Rehan melakukan hal sama. Lalu menyilahkan Salena untuk duduk.

Sebelum Rehan duduk, ponselnya berdering. Pria itu mendapat panggilan. "Kenapa nangis, Nak?" Dua pasang mata menatap pria itu.

Raut wajah Rehan terlihat khawatir. "Oke-oke. Ayah jemput. Ara gak usah nangis, ya?" Usai menutup panggilan. Rehan menatap Mamanya dan Salena.

"Em... gak pa-pa kan kalau makan malamnya ditunda sebentar? Mau jemput Kiara dulu."

Salena mengangguk pelan. Pria itu pun melesat pergi meninggalkan Salena hanya bersama Mama pria itu. Yang membuat Salena merasa canggung luar biasa. Tidak tau harus melakukan apa. Pun Mamanya Rehan tidak mengajaknya bicara. Hanya mengamati dirinya.

Hanya mampu mengukir senyum canggung. Itulah yang dilakukan Salena.

"Kamu umur berapa? Saya tebak baru dua puluhan." Akhirnya Mama Rehan bersuara.

"Saya baru dua puluh dua tahun, Bu," jawab Salena sopan seraya mengukir senyum tipis. Terlihat wajah Mamanya Rehan agak terkejut lalu mengangguk pelan.

"Kerja di tempatnya Rehan, ya?"

"Iya Bu."

"Janda?"

Salena tidak langsung menjawab karena perasaannya mendadak tidak nyaman. Namun, ia tetap menjawab seraya mengukir senyum tipis. "Iya Bu."

"Nikah muda karena dihamili pacar?" Salena bungkam. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Menatap nanar Mamanya Rehan. Meski benar ia menikah muda karena hamil, tapi bukan dengan pacarnya. Melainkan karena ia dipaksa. Sama sekali bukan keinginannya.

"Punya anak berapa?" Meski Salena tidak menjawab pertanyaan sebelumnya, tapi kembali lagi Mamanya Rehan melempar pertanyaan.

"Saya gak punya anak," jawab Salena lugas.

"Oh..." Mama Rehan berhenti sejenak. Kembali menatap Salena dengan pandangan meneliti. "Rehan selalu gak tau caranya nyari istri."

Kening Salena mengernyit bingung menatap Mama Rehan.

"Bundanya Kiara sebelum nikah sama Rehan janda juga. Terus Bapaknya mantan napi karena korupsi. Jangan bilang Bapak mu juga mantan napi?!" Tatapan Mama Rehan mengintimidasi.

Salena terkejut mendengar prasangka Mama Rehan. Ia langsung menggeleng. "Saya gak tau orang tua saya..."

"Oh maksudnya?"

"Sejak kecil saya hidup di panti asuhan, Bu."

"Kok Rehan gak bilang, ya?" gumam Mamanya Rehan, lalu berdiri membuat Salena merasa sedikit lega. Merasa dadanya agak longgar karena tadi sempat sesak ketika mendapat pertanyaan dan tatapan meremehkan dari Mama Rehan. Meski ia sering mendapatkan hal tersebut, tapi tetap saja hatinya selalu sakit.

Mamanya Rehan kembali lalu menyodorkannya amlop yang cukup tebal. Membuat kening Salena kembali mengernyit heran. "Kamu tinggalkan anak saya. Lagian saya juga sudah dapatkan calon istri untuk dia."

Salena mengerjap lambat, ia menatap amlop tersebut lalu menatap Mama Rehan. "Ibu mengira saya pacarnya Pak Rehan?"

Kini gantian Mama Rehan yang mengernyit bingung. "Kok kamu ngomong gitu?"

Salena tersenyum kecil seraya menyodorkan kembali amplop tersebut ke hadapan Mama Rehan. "Saya bukan pacarnya Pak Rehan Bu dan saya gak butuh uang ini. Saya bisa kerja sendiri biar dapat uang."

Mamanya Rehan terdiam sejenak lalu mendengus sinis. "Ya kalau kamu bukan pacarnya, gak tau ke depannya, kan? Siapa tau kamu deketin Rehan setelah tau kalau dia suka sama kamu. Atau itu salah satu trik kamu untuk mendapatkan anak saya, dengan pura-pura polos. Kamu terima ini dan berhenti kerja dari tempatnya Rehan. Jauh-jauh dari anak saya. Saya gak mau lagi Rehan terjebak dengan wanita seperti kamu!"

Salena tersenyum miris. "Ibu gak tau apa-apa tentang saya. Jangan sok tau," ujarnya pelan. Tapi mampu menyulut perkataan wanita tersebut.

"Kamu yang sok tau!!" Segelas air tersiram ke arah Salena bersamaan dengan teriakan Rehan.

"Ma!" Rehan berlari mendekat. "Ini kenapa?" Menatap cemas Salena yang mengusap wajahnya yang basah.

"Pacar kamu kurang ajar Re!" Mama menunjuk Salena. Terlihat sangat tidak suka.

"Saya bukan pacarnya Pak Rehan!" desis Salena pelan, lalu menatap Rehan. Kedua matanya berkaca-kaca. Tanpa sepatah kata Salena pergi dari sana. Tidak mengacuhkan panggilan Rehan.

"Len..." Rehan berhasil meraih tangan Salena. Menghentikan langkah wanita itu yang kini menangis. "Len.."

"Lepasin Pak. Saya mau pulang." Salena berusaha melepas cekalan tangan Rehan. Menepis tangan pria itu. Suaranya berubah serak karena menangis.

"Saya antar..."

"Gak usah. Saya bisa pulang sendiri!" ujar Salena tegas. Masih enggan menatap Rehan.

"Len, saya..."

"Saya bilang gak usah!!" teriak Salena menatap Rehan. Lalu tersadar beberapa saat. "Maaf Pak..." Kemudian berlalu meninggalkan Rehan yang terpaku. Menatap punggung Salena yang semakin menjauh. Keluar dari pekarangan rumahnya.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
22/07/21

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

585K 56.1K 125
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
186K 26.2K 31
•Bittersweet Series 5• _____________ Tentang June yang tiba-tiba saja didatangi seorang wanita dan menyerahkan seorang bayi mungil yang baru berusia...
354K 37.9K 39
Cinta sejati bukan berarti dia yang datang pertama. Begitulah Bayu berdalih saat mendapati dirinya jatuh cinta pada Ratna, di saat sudah memiliki Ayu...
592K 83.6K 36
Mili sangat membenci kondisi ini. Di usianya yang baru 22 tahun, dia dikejar-kejar oleh Mamanya yang ingin menjodohkannya karena Mili harus menikah s...