[✓] Eita, dan Semesta ¦¦ Semi...

Luminescents_ tarafından

932 171 46

[ #1 D'Future Series. ] Semesta itu baik, ia mempertemukan ku dan menyatukan ku dengan Eita lewat garis takd... Daha Fazla

PROLOGUE
Braga dan Kisahnya.
Goresan Jingga Di Bukit Moko.
Sejuta Rasa.
Semesta Dan Segala Rencananya
Kisah Yang Usai
EPILOGUE
Alternative Ending : Rumah Singgah
Alternative Ending : Bertemu Pada Aamiin Yang Sama.
Alternative Ending : Tabu Menjadi Satu.

Rosario.

49 15 1
Luminescents_ tarafından

Alana POV

"Sya.. Aku bosen nih, kita main yuk atau ngapain gitu.." Rengek ku kepada Natasha yang sedang asyik memainkan ponselnya di kasur ku. "Tumben ngajakin aku, Kak Eita kemana emang?" Tanya Natasha. Alana terdiam sesaat dan kemudian menatap ke arah jendela. "Dia katanya ada kegiatan bersihin Katedral nya sama temen-temennya, jadi ya mau gimana lagi.." Lirih Alana.

Natasha kemudian mematikan ponselnya dan menangkup kedua pipi Alana. "Aaa jangan sedih gitu dong.. Masak seblak aja yuk? Abis itu kita netflix an liat film yang seru-seru," Tawar Natasha. Benar juga, sepertinya jika aku menonton film mungkin aku bisa melupakan rasa sedih ku karena tak dapat bertemu Kak Eita.

Aku dan Natasha pun pergi menuju arah dapur dan mengambil beberapa bahan seperti kerupuk, bawang putih, minyak, dan lainnya. Kami berdua membagi tugas kami, aku menyuruh Natasha memotong sayuran dan menyiapkan alat-alatnya, sementara aku memilih untuk membuat bumbu seblaknya. Selama melakukan pekerjaan kami masing-masing, Natasha terus membicarakan tentang idola favoritnya yaitu Liam Payne. Salah satu anggota dari One Direction.

Aku hanya diam mendengarkan ocehan Natasha yang mengeluh bahwa ia sangat merindukan One Direction tersebut karena tak kunjung kembali, sesekali aku bertanya juga kepadanya agar ia tak merasa bahwa aku mengabaikannya. Setelah selesai membuat bumbu seblaknya, aku menyuruh Natasha untuk mencuci kerupuk yang sudah aku masukkan ke dalam mangkuk besar.

Aku pun menyalakan api dari kompor dan menuangkan minyak ke dalam wajan. Sambil menunggu minyaknya panas, aku menghidupkan speaker bluetooth yang tersambung dengan ponsel ku untuk mendengarkan lagu-lagu chill. "Aku tumis ya bumbunya, Na." Ucap Natasha. Aku menganggukkan kepala ku dan menyuruh ia untuk menumis bumbu serta memasak telur.

Sementara itu, aku membuka ponsel ku dan melihat snapgram yang di upload oleh Kak Eita beberapa menit yang lalu. Ia bersama teman-temannya tengah asyik membersihkan Katedral seraya bersendau gurau, aku hanya tersenyum melihatnya. "Aku yang masak seblaknya ya, kamu yang bikin minuman gih. Terserah deh mau minuman apa juga," Aku tersadar dari lamunan ku ketika Natasha menyuruh ku membuat minuman.

Aku pun mengambil beberapa bahan seperti soda plain dingin, lemon, serta strawberry yang sudah ku potong-potong. Ku tuangkan soda tersebut ke arah dua gelas bersih yang sudah ku persiapkan, tak lupa juga ku masukkan dua irisan lemon serta beberapa potong buah strawberry ke dalam gelas tersebut agar menambah cita rasa segar.

Setelah menunggu selama lima belas menit, seblak yang dimasak oleh Natasha kini sudah matang. Natasha membawa sebuah nampan yang berisikan dua mangkuk penuh berisikan seblak, sementara aku membawa dua buah gelas berisikan minuman. Kami memutuskan untuk menonton netflix di ruang keluarga ku karena hari ini Ibu dan Ayah sedang pergi menuju rumah Nenek.

"Nonton apanih?" Tanya Natasha seraya menyalakan televisi ku. Ia nampak fokus mencari-cari film yang menurutnya menarik dan seru. "Enola Holmes..?" Jawab ku ragu. Dan benar saja, mata Natasha kini tampak berbinar ketika mendengar kata Enola Holmes terlantar dari mulut ku. Ya, aku lupa bahwa ia penggemar berat semua yang berkaitan dengan western. Berbeda dengan ku yang tak mempunyai ketertarikan pasti terhadap suatu hal, sangat membosankan bukan?

Natasha kemudian mencari-cari film yang berjudul Enola Holmes tersebut dan memutarnya, kami berdua menonton film tersebut seraya berbincang-bincang ringan. Setidaknya hal itu sedikit melupakan ku tentang Kak Eita.

Eita POV

(anw disini tendou dipanggilnya satori, shirabu jadi kenjiro, ushijima jadi wakatoshi yaa)

"Ta! Lo istirahat dulu gih, biar gue yang sapu bagian sana" Aku menoleh ke arah Satori, teman ku. "Gak usah, dari tadi ae kita banyakan gini belom beres mulu." Jawab ku seraya menyeka keringat yang bercucuran dari pelipis ku. Ku sapu daun-daun yang berguguran tersebut ke dalam serokan dan kemudian membuang ya ke tempat sampah kosong yang sudah ku sediakan untuk menumpuk sampah dedaunan.

"Cewek lo gak nyariin lo? Setidaknya ingetin dia kek buat makan atau ngapain,"

Seketika aku berhenti menyapu dan kemudian kembali teringat dengan Alana. Benar juga perkataan Wakatoshi.. Seharian ini aku belum menghubungi Alana, terakhir kali aku menghubunginya karena meminta maaf tak dapat menemani ya menonton film. Ku rogoh ponsel ku yang berada di saku celana ku dan membuka aplikasi chat yang biasa ku gunakan.

Aku tersenyum melihat percakapan ku dengan Alana, hal itu seakan-akan menjadi pompa semangat yang besar agar aku dapat melakukan pekerjaan ku dengan baik. "Yok cepet beresin kerjaannya, gak usah ngaret." Ucap ku dengan lantang. Teman-teman ku menatap ku dengan tatapan yang terlihat kesal dan aneh, aku tidak peduli dengan mereka.

"Ngeri gue liat efek dari bucin.." Celetuk Reon. Namun tak lama setelah aku membuang sampah dedaunan, aku tak sengaja melihat seorang Kakek tua yang tengah duduk di depan Masjid yang bersebrangan dengan Katedral ku. Ia nampak terlihat lelah seraya mengusap wajahnya yang penuh keringat tersebut.

"Gue izin dulu mau beli makanan bentar, gantinya gue ngepel teras deh." Ucap ku kemudian pergi menuju salah satu warung nasi terdekat. "Permisi bu, saya mau beli nasi kuningnya ditambah ayam, orek tempe, sama telur baladonya. Sekalian ini saya beli air mineral ya satu bu," Ucap ku. Ibu tersebut kemudian segera membungkuk satu porsi nasi kuning yang berisi orek tempe, ayam, serta telur balado. Tak lupa juga ia menyelipkan dua buah selasa serta sambal.

"Ini den, total ya jadi dua belas ribu."

Ku rogoh dompet ku dan kemudian mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu kepada Ibu tersebut, ia kemudian memberikan ku kembalian dari sisa uang yang ku beri tadi. Aku pun keluar dari warung nasi tersebut dan kemudian menyebrang ke arah Masjid tersebut. Ku hampir Kakek tersebut dan kemudian berlutut di hadapannya.

"Selamat siang, Kakek. Ini saya ada makanan sama minuman buat Kakek, semoga dagangan Kakek laris ya." Ucap ku. Kakek tersebut nampak terkejut, namun ia kemudian menerima makanan yang ku beri seraya tersenyum senang. "Nuhun kasep, meuni bageur kieu.." Jawabnya. Aku pun berpamitan kepadanya dan menyebrang menuju Katedral.

Kenjiro beserta yang lain menatap ku tertegun. "Ngapain ngeliatin?" Tanya ku. Mereka serentak menggelengkan kepalanya dan kemudian melanjutkan aktivitasnya masing-masing. "Lo gak perlu ngepel teras, Bang. Biar gue ae yang ngepel," Ucap Kenjiro. Aku mengerutkan dahi ku aneh. "Kenapa emang?" Tanya ku.

"Gapapa si. Tapi bukannya lo harusnya sekarang jemput Adik lo dari tempat les bukan? Lo juga tadi bilang katanya harus ke airport juga buat jemput Tante lo, Bang." Ku lihat jam tangan ku yang menunjukkan pukul 13:00. Aku yang panik kemudian segera berlari ke arah tepian teras untuk mengambil botol minum ku dan kemudian berpamitan kepada teman-teman ku, ah sial.. Aku terlambat menjemput Adik ku. Aku berlari menuju arah parkiran dan segera masuk ke dalam mobil.

***

"Udah nunggu lama? Maaf Kakak telat jemput kamu," Aku berlutut di hadapan Adik kecil ku seraya mencium keningnya, ia nampak tak mau menatap ke arah ku. Ku rasa ia kesal kepada ku. "Martha mau apa? Nanti Kakak beliin deh," Bujuk ku. Tanpa menjawab pertanyaan ku, ia segera masuk ke dalam mobil ku. Aku tersenyum puas karena aku berhasil membujuknya. Ku susul ia ke dalam mobil.

"Mau Kinderjoy tiga pokoknya! Sekalian Martha mau makan dulu di Mall," Seru Martha. Ah iya, aku lupa memberitahu kalian. Aku memiliki satu Adik yang berumur delapan tahun, ia sepuluh tahun lebih muda dibandingkan aku. "As your wish, princess." Jawab ku seraya terkekeh. Ku pasang sabuk pengaman ku, tak lupa juga ku suruh Martha untuk memasang sabuk pengamannya sendiri karena ia duduk di belakang. Kami pun segera berangkat menuju Bandara untuk menjemput Tante kami yang baru pulang dari Pekanbaru.

Setelah menempuh waktu sekitar satu jam, kini kami tiba di Bandara Husein Satranegara. Aku memarkirkan mobil ku dan kemudian menggandeng Martha menuju ke arah Lobby, terlihat seorang wanita yang berusia tiga puluh enam tahun tengah duduk di salah satu kursi. Kami berdua menghampiri wanita tersebut, tentu saja tak lain adalah Tante ku.

"Aduh ponakan Tante.." Tante memelukku dan juga Martha secara bergantian, ia tersenyum ke arah kami. "Maaf Tante kalo Eita rada telat, tadi abis bersihin Katedral bareng temen terus macet kesininya hehe." Ucap ku. Kami bertiga pun kembali menuju area parkir dan kemudian masuk ke dalam mobil. "Eita, ini Tante taro disini ya oleh-olehnya. Besok Tante main deh ke rumah Mama mu," Aku memasang sabuk pengaman ku seraya tertawa kecil.

"Santai aja, Tan. Just take your time, istirahat aja dulu. Takutnya capek," Jawab ku. Selama di perjalanan, kami terus membicarakan banyak hal. Hingga kini tak terasa aku sudah berada di depan rumah Tante ku. "Take care, Eita!" Aku mengangguk dan kemudian mengendarai mobil ku menuju arah salah satu Mall. Setibanya disana, aku menggandeng tangan Martha menuju arah lantai 3 dimana lantai itu dipenuhi oleh Food court serta beberapa Restoran.

"Kakak! Martha mau mam pasta!"

"Yaudah, ayo kesana."

Namun baru saja aku hendak pergi menuju salah satu restoran, aku tak sengaja menabrak bahu seorang wanita. "Ah ma- Loh Nana?" Aku mengerutkan dahi ku terlihat bingung karena Alana berada disini.

Author POV

"Ah ma- Loh Nana?"

Play : Mahen - Seamin Tak Seiman.

Alana terlihat terkejut ketika mendapati Eita berada di hadapannya sekarang, ia pun menerima uluran tangan Eita untuk kembali menjaga keseimbangannya. "Oh jadi ini Kakak cantik yang sering bikin Kakak senyum-senyum di rumah.." Eita dan Alana seketika sadar bahwa di antara mereka berdua berdiri seorang anak kecil yang tengah memperhatikan mereka berdua.

"Kakak cantik ayo ikut mam sama Martha!"

"H-hah?"

Martha menggenggam tangan Alana dan menariknya menuju Restoran yang ditunjuk oleh Eita tadi. Sementara itu, Eita harus berlari kecil untuk mengejar Martha agar ia tak menghilang bersama dengan Alana. Mereka bertiga kini masuk ke dalam Restoran tersebut dan kemudian memesan makanan yang mereka pilih.

"Udah beres bersih-bersihnya?" Tanya Alana. "Udah kok tadi.. Sekalian pulangnya jemput Adik sama Tante saya, makanya saya pulang lebih awal. Kamu kenapa kesini? Tadi bukannya sama Natasha?" Alana kemudian mendengus kesal setelah mendengar nama Natasha disebut oleh Eita.

    "Pulang duluan dia, Kak Rin tiba-tiba main klakson jemput Tasya." Jawab Alana. Eita sebenarnya faham, selain merasa kesal terhadap Natasha, Alana juga sempat merasa kesal karena aku tak dapat menemaninya seharian ini. "Bete ya? Maafin Kakak ya sayang.." Ucap Eita seraya mengusap lembut rambut Alana.

Tak lama kemudian, pesanan yang mereka pesan kini datang. "Kakak! Ayo kita berdo'a dulu!" Seru Martha. Alana hanya mampu tersenyum melihat kedua bersaudara itu sangat akur dan kompak, meski disisi lain Alana merasa sedih karena melihat Eita yang berbeda dengannya.

    Beberapa bulan telah berlalu, namun Alana masih tak dapat membohongi perasaan sedihnya itu karena perbedaan yang nyata di antara mereka berdua. Berat untuk dijalani, sulit untuk melepaskan. Namun setidaknya Alana berpikir, masih terlalu awal untuk memutuskan. Sementara itu, Eita yang sadar bahwa Alana terlihat sedih kemudian diam-diam menyembunyikan kalung rosario nya ke dalam kaosnya, ia tak ingin Alana melihatnya.

"Loh kok kalung rosario Kakak kemana? Jangan disembunyiin tau! Nanti Tuhan sedih.." Martha meraih rantai kalung tersebut dan kemudian mengeluarkan kalung rosario milik Eita, Alana yang melihat hal tersebut kemudian tersenyum. "Kenapa disembunyiin? Kak Eita malah tambah ganteng kalo pake kalung itu. Iya kan, Martha?" Timpal Alana. Martha mengangguk semangat menyetujui ucapan Alana.

    Alana memutuskan untuk mencairkan suasana yang terasa canggung tersebut dengan cara mengajak Martha untuk mengobrol, terkadang Eita ikut berbicara dengan mereka berdua. "Abis ini beli Kinderjoy ya Kak!" Seru Martha kepada Eita. Setelah selesai menghabiskan makanan mereka masing-masing, kini mereka bertiga pergi menuju arah Supermarket.

Meski ini adalah pertemuan pertama Alana dan Martha, namun kini mereka sudah sangat terlihat akrab. Bahkan kini Alana dan Martha duduk berdua di dalam troli yang didorong oleh Eita, mereka bertiga tampak tertawa puas. Sesekali Eita juga menjahili Alana dan Martha dengan cara bersembunyi atau mengagetkan mereka berdua.

    Kini Eita memperhatikan Alana dan Martha dari jarak yang sedikit lebih jauh, ia menghela nafasnya. Kini perasaannya sangat bahagia hanya dengan melihat Alana yang bisa akrab dengan cepat dengan Adiknya tersebut. "Alana.. Apa kamu tau? Satu kebahagiaan terindah saya adalah bisa terus melihat senyuman kamu seperti saat ini. Dan saya berjanji akan melakukan apapun untuk menjaga senyuman itu agar tak lekas usang. Teruslah berbahagia, entah itu di masa kini atau pun di masa depan." Batin Eita.

Eita pun menghampiri Alana dan mengulurkan tangannya, Alana yang sempat terlihat bingung kemudian meraih uluran tangan itu dan menggenggamnya dengan erat. Alana tak akan pernah tahu, bahwa seseorang yang ia cintai saat ini memiliki perasaan yang jauh lebih besar dibandingkan perasaannya.

Next Chapter 05.

──────────────────────────────

yeayy 2 chapter lagi ff ini tamat hehe, see u di chapter 5~

sstt chapter 5 di update malem rabu atau malem sabtu skrng, ditunggu ya

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

409 112 11
Sinopsis📜: Cecilia Agatha Merupakan seorang opsir di biro,Dan kini ia menjalankan tugasnya sebagai opsir,Namun ia merasa dirinya suka dengan patnern...
198K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
503K 37.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
155K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...