ALFA

By uchihacia

6.4M 117K 3.8K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... More

PROLOG
1. AWAL KESIALAN
2. LION GENG
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
6. MANTRA ATAU SIHIR CINTA?
7. KETAHUAN
8. FALLING IN LOVE
9. MERINDU
10. PROMISE

11. JEALOUSY

130K 7.4K 186
By uchihacia

Stop Comparing Your Self With Other People.
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.

Double up!!
Semangat semangatt jangan lupa tinggalin vote dam komentarnya 乂❤‿❤乂

Bantu follow sosmed Cia biar kalian tahu info-info menarik lainnya⬇
Instagram @wp.uchihacia Tiktok @uchihacia_

HAPPY READING ( ˘ ³˘)❤

Gaby tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat pertama kali berada di jembatan layang. Ia tidak tahu kenapa Alfa membawanya ke tempat seperti itu. Padahal mereka sedang berkencan, namun malah diajak survei jalanan Ibu Kota yang ramai di penuhi kendaraan berlalu-lalang.

“Nggak salah tempat nih?” Gaby masih terus berjalan mengimbangi langkah lebar Alfa di depannya tanpa berhenti mengomel.

Heran dengan jalan pikiran Alfa yang baru dirinya sadari jika pemuda itu termasuk orang aneh.

Alfa menoleh, menatap gadis di belakangnya yang mulai kesal. Terlihat jelas dari raut wajah juga suaranya yang terdengar sewot.

“Ini kencan.”

“HAH?!Gaby spontan berhenti. “Lo bercanda kan?”

Kedua alis tebal Gaby menukik tajam melihat orang di depannya dari atas sampai bawah. Tidak! Tidak mungkin Alfa mengajaknya kencan di jemba—

“Kita kencan di sini.”

Dan percayalah saat itu juga segala ekspetasi indah dalam benak Gaby seketika lenyap. Membuatnya down seperti tidak punya tenaga meski sekedar untuk berdiri saja.

“Tau seperti ini gue mendingan di rumah makan martabak sambil drakoran bukan malah ke tempat yang nggak jelas gini,” kesal Gaby.

Gadis cantik sedikit galak itu berjalan menjauhi Alfa yang sama sekali tidak merasa bersalah setelah mengatakan hal demikian.

“Mau kemana?” Alfa dengan cepat mencekal tangan Gaby sebelum sang gadis beranjak pergi.

“Pulang! Gue pikir lo bakal ngajak gue ke tempat romantis atau paling gak ke tempat yang indah bukan malah ke sini.”

Alfa mendengus, kemudian melanjutkan langkahnya seraya menggandeng tangan Gaby di sampingnya.

“Makanya jadi cewek jangan kebanyakan nonton drama, kalau realita nggak seindah ekspetasi jatuhnya sakit. Kayak sekarang, sakit kan nggak sesuai sama bayangan lo?”

Gaby merengut. Mengerucutkan bibirnya manyun tanpa menjawab apa yang Alfa ucapkan. Sebenarnya apa yang dikatakan cowok itu ada benarnya juga sih, jangan terlalu berlebihan membayangkan sesuatu yang belum pasti. Tapi bukan berarti Alfa bisa seenaknya memakai pengertian itu untuk acara kencan pertamanya dong, masa iya di jembatan layang.

“Ini tempat favorit gue,” ujar Alfa sambil memandangi hamparan kota yang ramai dan indah dari atas sana.

“Di saat gue lagi banyak masalah cuma tempat ini yang bisa buat gue tenang. Jadi sebagai pacar lo harus tau alasan kenapa gue bawa lo ke sini.”

Gaby tertawa, “Kayak mantan-mantan lo dulu?”

Alfa menggeleng pelan. “Lo, cewek pertama yang gue bawa ke tempat ini setelah anak-anak Lion.”

Gaby terpaku sejenak sambil mencernah apa yang barusan Alfa ucapkan. Sampai sebuah senyuman tipis terukir di sudut bibirnya tidak lama kemudian.

Boleh dirinya berbangga diri setelah mendengar fakta mengejutkan barusan? Entah kenapa hatinya yang semula kecewa berganti bahagia untuk sementara.

“By,” panggil Alfa sambil menatap gadis di sebelahnya yang masih betah menikmati hamparan kota.

Gaby hanya bergumam sebagai jawabannya tanpa menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

“Kayaknya pilihan gue udah tepat.”

Dahi Gaby mengernyit mendengarnya. Alfa memang hobi berbicara setengah-setengah dan tidak jelas membuatnya terkadang tidak paham dengan maksudnya.

“Tepat apanya?”

"Tepat milih lo buat jadi cewek terakhir gue."

•••🦋•••

“Jadi gimana?” Yoga mengangkat dagunya tinggi pada sosok yang berdiri di depannya. “Lo mau apa nggak?”

Deal, gue terima asal jangan model kayak kemarin. Gue nggak mau ambil resiko celaka lagi.”

Yoga tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Cowok dengan hoodie hitam polos itu bersedekap dada. “Bukannya lo punya sembilan nyawa?”

“Gue nggak mau—”

“Ayang nangis lagi,” ceplos Bagas mendudukkan dirinya di samping Adit yang dari tadi hanya diam bermain ponsel.

Alfa menatap sinis Bagas. Dasar teman bangsat bisa-bisanya dia menjatuhkan harga seorang ketua di depan anggota lainnya.

“Bacot nggak usah sotoy,” ujar Alfa tak terima.

“Dih, gini-gini ucapan gue bener kan?” Bagas menopang dagu menatap jail ketuanya.

Alfa diam memilih untuk mengabaikan Bagas daripada gila sendiri. Sambil mengembalikan moodnya cowok itu bergerak merogoh ponselnya dari dalam saku celana. Sekedar mengecek ada pesan dari gadisnya atau tidak. Dan ternyata sama sekali tidak ada satu pesan pun dari Gaby.

Sial, itu malah membuat moodnya hancur.

“Gue kasih saran mending lo izin dulu sama Gaby. Cewek lo keliatan gak suka sama permainan kita. Iya nggak Dit?” Ben menghampiri Adit lalu dengan sengaja menendang ujung kakinya.

Adit mendongak, menatap Ben sekilas. “Tumben cerdas? Tapi gue setuju sama pendapat lo.”

Ben menyugar rambutnya ke belakang. “Ini semua berkat susu Zee yang gue minum sebelum berangkat sekolah.”

“Kan!”

Bagas menempeleng kepala Ben saat dirinya hendak mengambil roti yang biasa Ervans sediakan untuk sarapan.

Alfa menggeleng cepat. Cowok itu mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan sejak awal. Dirinya bingung harus bagaimana sekarang.

“Gaby pasti bakal marah kalau sampai tau gue ikut balapan lagi,” jawabnya tak bersemangat.

Ben meletakkan iPhone 14 miliknya di atas meja sambil menatap Alfa kesal. “Makanya izin dulu sama Gaby. Siapa tau dia gak akan marah kalau tau yang sebenarnya.”

“Masalahnya dia gak suka gue ikut balapan.”

“Gue baru tau lo bisa sebucin ini sama cewek,” sindir Yoga menghentikan sejenak kegiatannya. Cowok itu semakin gencar menggoda Alfa. “Setahu gue playboy nggak main hati. Kenapa sekarang berubah?”

Alfa diam tak menjawab. Terlalu malas menanggapi perkataan Yoga yang tak berfaedah di sebelahnya.

“Jam delapan, cok! Mampus pasti bakal disuruh Dhuha 12 rakaat.” Bagas berdiri mengambil jaket kebanggaan Lion beserta kunci motornya dengan tergesa-gesa.

Sekarang mereka sedang berada di tempat tongkrongan yang biasa mereka datangi sebelum berangkat sekolah. Salah satu kegiatan yang tak berfaedah tapi satu kewajiban yang tak pernah inti Lion tinggalkan.

Yoga ikut menyambar tas serta kunci motornya lalu berdiri mengikuti teman-temannya cabut. Cowok dengan tindik hitam itu beda sekolah dengan Alfa dan yang lain. Mereka bertemu 2 tahun yang lalu saat pertandingan bola basket antar sekolah dengan Yoga yang menjadi tuan rumah saat itu. Siapa sangka hubungan mereka berlanjut hingga sekarang.

“Duluan, soal balapan ntar gue kabari lagi.” Alfa mengangguk.

Adit membuka kaca helmnya sebelum jalan. Menatap Ben yang berdiri di depannya sebentar. “Gue jarang liat Ervans. Kemana?”

“Dia lagi jadi budak cintanya Raras.” Bagas mendahului Ben yang hampir membuka suara.

Ben mengangguk membenarkan jawaban Bagas lalu ikut berkomentar. “Paling tuh anak lagi mojok di UKS.”

Bagas geleng-geleng kepala. “Dasar bucin nggak jauh beda sama dia noh... noh,” sindirnya melirik cowok sok keren yang duduk gagah di atas motor Vario miliknya.

Alfa mendengus, lalu berdecak pelan sambil menatap teman-temannya. “Lo pada ngapain liatin gue?”

"Baru sadar gue ganteng?"

Adit mendengus. Ia memilih melajukan motornya meninggalkan para manusia absurd tanpa peduli teriakkan Bagas dari kejauhan. 

Ben menoleh ke kiri setelah menghidupkan mesin motornya. “Istighfar, Bos. Jangan terlalu pede, kasihan banyak yang baca.”

“Sialan!” dengkus Alfa.

•••🦋•••

Seperti biasa di jam istirahat tiba Raras dan Kugy asik bermain hp sambil menghabiskan jajanannya, sedangkan manusia lain yang duduk di sebelah Raras malah enak-enakan molor.

Biasa.
Resiko orang suka maraton wattpad sampai subuh ya begitu. Siangnya ngorok nggak kenal tempat udah jadi makanan sehari-hari.

Bosan melihat Tiktok kini Raras beralih membuka akun Instagramnya. Dan siapa sangka jika foto yang pertama kali muncul di beranda adalah foto Gaby bersama mantannya.

“Bjirr!”

Kugy mengernyit mendengar umpatan dari Raras. “Kenapa lo?”

“Kevin, gamon anjir!” Buru-buru Raras menyodorkan ponselnya.

“Kevin, saha?”

“Mantannya Gaby lah mau siapa lagi?” balas Raras nyolot.

Kugy cengengesan dibuatnya. “Siapa tau Kevin Aprilio.”

“Bercanda lo?”

“Berisik anjir gue mau tidur!” Gaby mengangkat kepalanya dengan terpaksa.

Raras berdecak sebal, sedangkan Kugy enggan merespon. “Kerjaan kalau cuma ngorok ya gini pantes nggak tau kelakuan mantan.”

Gaby menghela napas sabar. Sabar menghadapi sahabatnya yang tiba-tiba membahas mantan di saat nyawanya saja belum terkumpul.

Affaan?” tanya Gaby santuy.

“Kevin bikin ulah di Instagram,” jawab Raras terus terang.

“Kevin?” Gaby bergumam sambil mengingat-ingat sosok yang sedang mereka bahas. Sampai akhirnya matanya terbelalak begitu ingat siapa Kevin.

“Sebastian Kevin Anggara maksud lo?” Gaby menggigit bibir bawahnya. Berharap semoga tebakannya salah.

Namun, Raras malah mengangguk sambil terkekeh melihat bagaimana Komuk Gaby yang begitu menggelitik.

“Satu-satunya mantan lo yang namanya Kevin kan cuma dia, By.”

Gaby merengut tidak suka. Sorot matanya memandang jauh ke depan. Sekilas rekaman memori dengan laki-laki yang sempat mengisi hatinya dua tahun yang lalu kembali terlintas. Sebastian Kevin Anggara cinta pertamanya yang jelas masih sangat segar dalam ingatan.

“Dia bikin ulah apa?” Gaby menatap Raras dengan wajah datar.

Alih-alih menjawab Raras malah melempar pertanyaan lain. “Lo gak bakal ngamuk kan kalau gue kasih tau?”

Jangan sampai kelasnya hancur gara-gara kekuatannya Gaby yang persis Sakuran dalam dunia nyata ketika sedang marah.

“Buruan kasih tau!”

Tanpa basa-basi Raras segera memperlihatkan foto yang masih terpampang jelas di layar ponselnya. “Kevin mengunggah foto kalian di Instagram satu jam yang lalu.”

Seketika itu juga mata Gaby membulat dengan mulut menganga lebar. Sialan, Kevin benar-benar gila! Kenapa dia mengunggah foto masa lalunya?

Dengan terburu-buru Gaby segera bangkit, membuat kedua sahabatnya menatap heran ke arahnya.

“Lo mau kemana?” tanya Raras refleks ikut berdiri.

Tanpa peduli dengan pertanyaan Raras, Gaby hendak keluar kelas namun di waktu bersamaan sudah berdiri laki-laki yang ekspresinya langsung membuatnya pucat seketika. 

"Alfa," gumam Gaby nyaris seperti bisikan kecil. Raras maupun Kugy ikut menyadarinya.

“Oh, hai Al ngapain lo ke sini? Umm..., maksudnya lo udah lama berdiri di situ?” tanya Kugy mencoba mengalihkan perhatian.

"Hm." Alfa bergumam tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis di depannya yang terus menunduk menghindari tatapannya.

Raras yang kasihan melihat Gaby seperti maling tertangkap basah dengan segera mencairkan suasana di sekitarnya.

“Umm..., kalian kayaknya belum makan deh. Gimana kalau kalian ke kantin? Di sana lagi banyak diskon lho.”

Kugy mencubit lengan sahabatnya itu. “Lo pikir kantin Matahari banyak diskonnya?”

Raras menggeram, “Diem aja elah! Lagi tegang nih.”

Gaby berdecak, Bego!

Alfa tidak peduli. Pemuda itu berbalik lalu pergi begitu saja tanpa menunggu penjelasan dari Gaby.

“WOII, KUTIL BADAK! MAU SAMPAI KAPAN LO BENGONG? BURUAN KEJAR DIA!” seru Raras menyadarkan lamunan Gaby.

Lah, kok jadi gini sih?

“Kenapa malah jadi cewek yang ngejar cowok?” gerutu Gaby tanpa membuang waktunya lagi segera berlari mencari sosok yang tiba-tiba sudah menghilang dari pandangannya.

•••🦋•••

Alfa menghabiskan dua kaleng Coca-Cola dengan berang di kantin bersama Bagas. Dia tidak pernah merasa sekesal ini karena tidak sengaja mendengar fakta jika mantan Gaby mengunggah foto masa lalu mereka di medsos. Barang sepele memang tetapi hal itu justru membuatnya sangat kesal.

“Bos, masa depan lo masih panjang. Jangan bunuh diri sekarang ingat ada hati yang harus lo jaga,” kata Bagas sambil meringis melihat ketuanya mulai gila.

“Tau apa lo sama masa depan gue?” tanya Alfa sarkastis.

“Siapa tau lo bakal hidup bahagia bareng Gaby.”

Alfa terdiam seraya menggigit pipi dalamnya untuk menahan suara yang akan keluar dari mulutnya. Hidup bahagia bareng Gaby? Bahkan hal itu saja tidak terpikirkan olehnya bagaimana bisa Bagas mengatakannya dengan santai?

Psst.

Alfa mendongak ke arah Bagas yang baru saja berdesis. Dia mengerutkan keningnya menatap Bagas yang memberinya kode padanya untuk berbalik dengan gerakan ekor matanya.

Alfa menurut dan langsung berbalik dengan rasa penasaran. Detik berikutnya semua pertanyaan tak berbentuk dalam kepalanya terjawab sudah.

My sweetie, she's here.

Kenyataan kalau Gaby mencarinya sedikit membuat rasa kesalnya terobati. Alfa lekas berdiri dan begitu saja menggandeng Gaby atau lebih tepat menyeretnya.

Gaby meringis kecil begitu pergelangan tangannya mulai terasa perih karena tindakan Alfa. Laki-laki itu terlalu tergesa-gesa berjalan di depannya.

“Tangan gue sakit Alfa lepasin,” pinta Gaby.

“Diem, gue lagi marah. Jangan mancing emosi gue!” bentak Alfa tanpa menoleh dan terus berjalan menjauh dari area kelas.

Gaby mengulum bibirnya tak lagi berani membantah Alfa. Sadar jika cowok itu tengah marah padanya lebih baik menurut daripada kena imbasnya.

Tahu sendiri Alfa kalau marah galaknya udah ngalahin rentenir pas nagih hutang. Ngeri!

Setibanya di gudang belakang Alfa langsung menyentakkan tangan Gaby kasar. “Sekarang jelasin apa yang seharusnya lo jelasin sama gue.”

Gaby sedikit ragu namun tetap mendongak, melihat wajah Alfa yang jauh lebih dingin dari biasanya. Ia seharusnya sudah terbiasa berdebat dengan Alfa. Seharusnya ia bisa membalas kata-kata pedas Alfa, namun sekarang, detik ini suaranya terasa tertahan di tenggorokan. Alfa tengah memarahinya dengan kasar.

Gaby mencoba memberanikan diri untuk menatap netra hitam Alfa meski dirinya sangat takut melakukannya.

“Kevin ngeposting foto gue di Instagram,” jelas Gaby mencoba mempertahankan suaranya yang mulai menghilang.

“Gue juga kaget Al sumpah. Gue baru tau soal postingan itu dari Raras,” tambah Gaby.

Alfa masih diam.

Gaby menggigit bibir bawahnya bingung harus menjelaskan bagaimana lagi agar Alfa percaya padanya.

“Alfa jangan diem aja dong gue takut.” Gaby mendekat kemudian menggenggam tangan Alfa.

“Senang masih di ingat mantan?” sindir Alfa yang akhirnya membuka suara.

“Apaan sih gue udah move on. Lagian gue juga udah punya pacar ngapain senang?” balas Gaby jadi ikut sebal.

Manusia di depannya itu memang pintar memutar keadaan. Dan Gaby juga harus ekstra sabar saat menghadapinya. Bahkan ketika tidak ada hujan tidak ada badai Alfa malah terkekeh tanpa alasan. Sama sekali tidak peduli dengan penjelasannya.

“Terserah,” ujar Alfa hendak pergi namun kalah cepat saat Gaby berhasil mencekal tangannya.

“Lo cemburu?” tanya Gaby ragu.

“Jelas! Apapun yang cowok lain lakukan sama lo jelas gue cemburu. Terlebih sama mantan yang sudah jadi masa lalu. Gue cemburu By sangat cemburu.”

***

TBC

Mau ngomong apa sama Alfa?

Continue Reading

You'll Also Like

251K 17K 38
"Yakali manusia kembaran dugong macem dia jadi suami gue."
1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
45.3K 2.6K 26
Cerita ini merupakan sequel dari My Enemy Is My Husband, cerita yang aku tulis sebelumnya Dan ini merupakan kelanjutan dari cerita tersebut yang menc...
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...