ALFA

By uchihacia

6.4M 117K 3.8K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... More

PROLOG
1. AWAL KESIALAN
2. LION GENG
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
6. MANTRA ATAU SIHIR CINTA?
7. KETAHUAN
8. FALLING IN LOVE
10. PROMISE
11. JEALOUSY

9. MERINDU

129K 8.5K 148
By uchihacia

“Stop Comparing Your Self With Other People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.

Sorry gengszzz belum bisa double up karena kerjaan numpuk terus tapi sesuai janji bakal Cia usahain buat update tiap hari

Bantu follow sosmed Cia juga biar kalian nggak ketinggalan info menarik lainnya⬇
Instagram @wp.uchihacia Tiktok @uchihacia_

Tinggalkan komen dan vote kalian ya karena 1 bintang mu adalah SEMANGAT KUUU!!

HAPPY READING ( ˘ ³˘)♥

Hidupnya kini benar-benar berantakan persis seperti kandang ayam tidak terurus dan sedikit ambigu. Alfa pernah merasakan sakit dengan seorang gadis, tetapi tidak sebegitu hebat seperti saat ini. Meski ia masih remaja dan terbilang cowok dengan gengsi setinggi langit, namun dirinya mengerti bagaimana rasanya dicampakkan seminggu setelah pengakuan cintanya.

Alfa tidak berselera melakukan apapun saat ini apalagi gadis yang sudah membuat hidupnya berubah suram kembali tidak menampakkan batang hidungnya di seluruh penjuru sekolahan. Terkadang ia tidak percaya dengan satu fakta baru tentang dirinya saat ini.

Hanya karena seorang gadis yang datang kurang lebih seminggu dalam ruang lingkupnya, membuatnya mendadak menjadi sadboy. Menyedihkan.

Sekaleng bir yang ada di genggaman Alfa kembali di habiskannya. Sepertinya Gaby memang ingin membuatnya terlihat gila di hadapan teman-temannya. Salahkan juga Ervans yang rajin mengisi kulkas di tempat tongkrongan dengan berbagi macam minuman alkohol yang malah semakin membuatnya menggila.

“Kan? Apa gue bilang nih orang pasti kalah slot.

“Berisik anjeng!”

Ervans yang semula ingin mendekat spontan berhenti dan kembali ke tempat semula karena takut dengan ketuanya.

“Nih orang gak waras apa gimana?” Ervans heran melihat begitu banyak kaleng bir berserakan dimana-mana. “Cari mati lo?”

Alfa diam tak membalasnya, namun malah mengambil dan membuka kaleng bir yang baru. Ia sama sekali tidak peduli dengan kepalanya yang hampir pecah merasakan pusing yang begitu amat menyiksa.

Adit beranjak dari meja Billiard yang berada di tengah-tengah ruangan saat merasa ada yang tidak beres dengan Alfa. Pemuda itu sudah melampaui batas toleransi kadar non-Alkohol, artinya sebentar lagi dia bisa mabuk. Ia bahkan bisa melihat wajah Alfa sudah memerah dengan kedua mata yang terlihat sayu.

“Cukup!”

Adit merampas begitu saja kaleng bir dari tangan Alfa, tetapi pemuda itu malah bersikeras menolaknya. “Gue bilang stop Alfa budeg lo?”

“LEPASIN GUE!!”

“Uhuk…, uhuk…. Sialan!”

Bagas dan Ben yang saat itu sedang asik rujakan tiba-tiba tersedak begitu mendengar teriakan Alfa yang terdengar seperti gorila mengamuk.

Sambil menahan sensasi panas di tenggorokan. Bagas dan Ben langsung meraih gelas mereka masing-masing. Untung mereka sedia payung sebelum hujan jadi pas terjadi hal-hal seperti sekarang mereka tidak langsung meninggoy.

“Anjrit kaga jelas tuh orang stress.” protes Bagas dari kejauhan.

Ben mengangguk sambil terus menghabiskan air minumnya. “Kerasukan setan kali.”

Meninggalkan kedua manusia yang asik sendiri dengan dunianya Adit kini berhasil membuang semua kaleng-kaleng bir dari jangkauan Alfa. Ia menyandarkan pinggulnya di sisi meja dengan tangan bersedekap dada.

“Kalau ada masalah cerita bukan kayak gini. Kita sahabat saling terbuka dan berbagi lo sendiri yang bilang,” ujar Adit mengingatkan.

“Berisik,” ketus Alfa sambil memijat keningnya yang terasa pening lalu mendongak, menatap orang yang berdiri di depannya.

“Dit, ayo mabuk sampai mati.”

Edan!” Ervans geleng kepala melihat kondisi Alfa yang mengenaskan.

Adit menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. “Lo tau gue paling benci minuman kayak gitu.”

Mendengar itu Alfa tiba-tiba tertawa kencang lalu menatap lawan bicaranya remeh. “Sorry gue lupa siapa orang paling suci di sini.”

“Lo sebenarnya kenapa, sih?”

“Gue di ghosting,” jawab Alfa akhirnya. 

“Lah, kok bisa?” Ervans cengengesan hampir ngakak. “Bukannya yang sering ngeghosting cewek itu lo kenapa sekarang malah gantian?” Ia meletakkan asal rubiknya lalu fokus dengan Alfa.

“Gaby pengecualian, dia beda dari cewek-cewek yang pernah gue pacari dulu. Dia unik bahkan bisa buat gue langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.”

Laki-laki itu membuka bungkus rokok miliknya dengan pikiran kacau. Memikirkan Gaby yang tiba-tiba menghilangkan seolah ditelan bumi tanpa jejak tanpa kabar.

“Waktu gue nembak Gaby kemarin gue janji nggak bakal ninggalin dia tapi sekarang? Dia sendiri yang ninggalin gue, setan!” lanjut Alfa mulai emosi.

“SERIUS LO NEMBAK GABY?!” Ervans berteriak histeris kemudian berdiri. Pasalnya Alfa itu tipe cowok yang tidak akan melakukan hal konyol seperti menyatakan cinta terlebih dulu kecuali memang ada perempuan yang langsung membuatnya tertarik sampai tergila-gila setengah mati.

“Muka gue kelihatan bercanda nggak?”

“Pertanyaannya kenapa lo baru cerita sekarang?”

Ervans menatap Alfa serius, sedangkan Adit setia mendengarkan tanpa ikut berkomentar. Sudah menduga sejak awal Alfa membawa Gaby ke tempat balapan ia bisa menyimpulkan jika mereka memang punya hubungan lebih dari sekedar teman.

Alfa diam karena bimbang. Haruskan ia menceritakan kejadian kemarin saat dirinya menyatakan cinta pada Gaby? Tapi ia malu.

“Gue lupa setiap mau cerita,” bohongnya.

Adit mendengus mendengarnya. Alfa memang tipe orang yang jarang terbuka. Bahkan mereka sudah lama mengenal tapi rasanya seperti tidak tau apa-apa.

“Terus maksud lo di ghosting apaan? Lo diputusin sama Gaby?”

Ervans kini beralih membuka majalah. Selain fakboy dirinya juga penyuka majalah dewasa. Itung-itung menambah wawasan kalau kata Yoga.

“Gue di tinggal tanpa kepastian.”

Mendengar fakta barusan spontan Ervans tertawa kencang. “Alah sia Boy! Ngenes banget hidup lo jangan-jangan karma tuh.”

“Sialan lo, kambing!” Alfa bertambah kesal meratapi nasibnya.

“Kenapa lo nggak hubungi Gaby?” tanya Adit tiba-tiba. Manusia dingin itu setia memperhatikan segala gerak-gerik Alfa. Bisa di lihat sekarang ketuanya mendesah kasar kemudian menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan gusar.

“Gue nggak punya kontaknya.”

“Serius?” Ervans speechless dibuatnya. “Parah sih asli.”

“Malu anjir minta duluan.”

“Tolol!” damprat Adit. “Lo serius atau cuma main-main sama dia?”

“Jika niat lo sama seperti sebelumnya gue saranin berhenti. Gaby cewek baik-baik jangan sakiti dia hanya karena kebrengsekan lo selama ini.”

Tidak terima dengan yang Adit katanya sontak membuat Alfa emosi. Ia berdiri dan langsung menggebrak meja dengan tatapan mata yang menghunus tajam. “Nggak usah bacot urus aja hidup lo sendiri.”

“Alfa!”

“Persetan!”

Alfa kemudian menyambar jaket serta kunci motornya. Meninggalkan markas Lion dengan emosi yang menyelimutinya.

Bagas bersendawa pelan saat perutnya sudah sangat kenyang setelah menghabiskan satu loyang penuh rujak buatannya sendiri. Cowok itu hendak berbicara pada Ben di sampingnya tapi urung ketika ia melihat sang ketua berjalan mendekat ke arahnya. 

“Mau kemana, Bos?”

“MINGGAT!” seru Alfa tanpa sengaja membuat Ben tersedak minumannya. 

•••🦋•••

Gaby bergumam menjepit ponselnya di antara bahu dan telinga kanan. Sedangkan kedua tangannya sibuk mengaduk panci yang berisi bubur yang sudah setengah jam ia masak. 

“Iya Nda, abang udah sembuh kok.”

Tasya—Ibu dua anak itu mendesah lega di seberang sana. Mendengar kabar jika putranya jatuh sakit membuatnya sangat khawatir. Terlebih saat ini dirinya tengah berada di negara tetangga menemani suaminya bekerja dan tidak biasa pulang dalam waktu dekat membuatnya bertambah cemas.

Syukur kalau gitu Bunda lega dengernya,” balas Tasya kembali bersuara. “Maaf ya sayang Ayah sama Bunda belum bisa pulang perusahaan belum kondusif.”
 
Gaby mengangguk meski tidak ada yang melihatnya. “Aman. Aku sama Bang Sat bisa jaga—”

“AdekkKK!” teriak Satria amat keras dari dalam kamar mengganggu perbincangan Gaby dengan sang bunda.

“Apa Bang SattTT?” balas Gaby ikut teriak. Gadis dengan switer abu-abu itu kembali fokus pada sambungan ponselnya yang masih terhubung.

“Bentar Nda adek ngurus abang dulu.”

“Yaudah kalau gitu Bunda tutup telponnya, ya? Nanti bunda telpon lagi.”

“Oke, Assalamu'alaikum.”

“Wa'alaikumsalam.”

Panggilan terputus dan Gaby menghela napas pelan. Sejenak ia memandangi bubur di hadapannya yang sudah matang beberapa menit yang lalu. Tidak ingin membuat peliharaanya mati kelaparan Gaby pun segera memindahkan buburnya ke dalam mangkok. Tak lupa juga membuatkan segelas susu untuk bayi beruang yang sedang sakit di dalam kamar. 

Selesai dengan semua tugasnya Gaby langsung melepas apron yang melekat di tubuhnya. Gadis itu berjalan keluar dari dapur membawa nampan berisi bubur, susu dan beberapa buah. Namun, ketika ia melewati ruang tamu sebuah suara membuatnya langsung menoleh dan betapa terkejutnya saat melihat siapa orangnya.
 
Alfa nyengir tanpa dosa. “Cantik bener pacar gue apa kabar, hm?”

Cowok itu tersenyum tipis melihat bagaimana ekspresi gadisnya saat ini yang terlihat shock. Jangan ditanya bagaimana dia bisa berada di rumahnya Gaby. Merasa sangat frustasi karena merindukan gadisnya Alfa tanpa pikir panjang langsung mendatangi rumah Gaby. Dan di sinilah pemuda yang hampir gila itu berada, duduk manis di single sofa bak penguasa dengan seringai tipis di sudut bibirnya. 

“Ngapain ke sini?” Gaby terperanjat melihat kedatangan Alfa tiba-tiba.

“Kangen,” ujar Alfa terus terang. “Gue tunggu di luar.”

Pintu utama terbuka lalu tertutup setelah Alfa melewatinya menyisakan Gaby yang sudah melejit menaiki anak tangga menuju kamar Satria. 

Tanpa basa-basi ia langsung membuka pintu kamar dengan kasar. Masuk begitu saja tanpa permisi kemudian menyerahkan nampa pada si pemilik kamar yang tengah duduk di atas ranjang sambil bermain ponsel.

“Nih.”

Satria mendongak saat di pangkuannya tersaji makanan yang sudah dirinya pesan setengah jam yang lalu.

“Makasih, cantik.” Gaby mengangguk, lalu duduk di hadapan Satria yang mulai memakan buburnya.

“Bang Sat tau Alfa ke rumah?”

Satria mengangguk pelan menurunkan sendoknya yang hampir masuk ke dalam mulut. “Gue tadi yang bukain pintunya.”

Mendengar fakta barusan Gaby tersenyum jenaka. “Boleh keluar bentar abang?”

“Hm, balik sebelum jam sembilan,” jawab Satria tanpa menghentikan acara makannya.

“Ay Ay Captain!”

Senyum Gaby mengembang semakin lebar. Tanpa membuang waktu lagi dirinya bergegas menemui laki-laki yang mungkin sudah mengomel di luar rumah karena terlalu lama menunggu.

Alfa menghembuskan asap rokok nya beberapa kali ke udara menunggu gadisnya tak kunjung datang. Hingga tidak lama telinganya mendengar suara pintu terbuka menampilkan perempuan yang sudah seminggu menghilang dari pandangannya. Lengkungan senyum tipis terpatri di sudut bibirnya.

Sial, gue benar-benar jatuh cinta?? batinnya.

Gaby berdeham sebentar lantas tersenyum canggung mendekati pemuda di hadapannya. “Maaf lama.”

Alfa ikut tersenyum kemudian mengangguk. “Nggak masalah.”

Melihat respon yang Alfa tunjukkan jauh lebih hangat dari biasanya membuat Gaby menghela napas lega. Setidaknya cowok itu tidak bersikap dingin atau menjengkelkan untuk sementara.

“Diam di tempat!”

Alfa mengangkat kedua tangannya tanda menyerah saat dirinya hendak mendekati sang gadis. Gaby lalu menunjukkan tangan kanannya.

“Gue kasih tau kalau rokok itu nggak baik buat kesehatan. Buang!” sembur Gaby sambil menatap tajam manusia di depannya.

Alfa mengangguk mematuhi apa yang barusan gadisnya perintahkan tanpa banyak protes. Ia begitu saja membuang puntung rokok yang bahkan masih setengah seolah benda itu tak ada artinya.

“Beres,” ujar Alfa merasa bangga pada dirinya sendiri.

“Good boy.” Gaby tersenyum.

Ternyata mengatur laki-laki itu tidak begitu sulit pikirnya.

Alfa terkekeh mendengar pujian sederhana itu. Dengan mood bagus perlahan tangannya membuka resleting jaketnya perlahan.

“Mau jalan-jalan?” tawar Alfa sambil memindahkan lalu memakaikan jaket kebanggan Lion miliknya pada tubuh kecil Gaby yang hanya terlapisi oleh kaos rumahan tipis.

Gaby mengangguk pelan sedikit salting sebenarnya. Ia tidak tahu kenapa tetapi sekarang kedua pipinya terasa panas hanya karena mendapat perhatian kecil dari Alfa.

Ia menatap Alfa sejenak sebelum bersuara. “Jangan lama-lama ya Bang Sat masih sakit.”

Yes, baby.” 

Setelah itu Alfa melajukan motornya membelah jalanan Ibu Kota yang lumayan lengang. Tidak lama ia bisa merasakan pelukan hangat di balik punggungnya. Sadar atau tidak Gaby kemudian menyandarkan kepalanya di sisi bahunya. Hal sederhana yang mampu menggelitik isi hatinya seolah ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan ke sana kemari.
 
Laki-laki itu tersenyum lebar di balik helmnya. Kenapa kegiatan yang biasa Alfa lakukan beribu-ribu kali dengan gadis lain bisa berubah membuatnya bahagia jika itu bersama Gaby?

“Kangen, hm?”

Gaby menoleh kemudian membuka kaca helmnya begitu mendengar pemuda di depannya bersuara. Ia maju lebih dekat guna menghindari kesalahan berbicara saat berkendara.

“Apa? Lo ngomong apa barusan?”

“Lo kangen gue nggak?” tanya Alfa mencoba mengulanginya kembali. Bersabar untuk tidak berteriak seperti Tarzan di jalanan.

Gaby tidak langsung menjawabnya. Terlalu malu untuk mengakui jika dirinya memang merindukan pemuda itu. 

“Kenapa diem? Kangen gue nggak?” tanya Alfa tidak sabaran.

“Hm,” balas Gaby langsung memalingkan wajahnya. Sungguh jantungnya sudah berdisko kencang seperti ada party.

Alfa terkekeh menahan tawa. Lagi-lagi terhibur dengan tingkah sang gadis yang sebenarnya rindu tapi malu untuk berkata jujur jika dia juga rindukannya.

She's so cute.

***

tbc

A/n: iya garing maaf :(
Sejujurnya aku takut buat lanjutin cerita ALFA. Sumpah demi apa cerita ini tuh cuma abal-abal dari pikiran asal aja, tapi ternyata ada yang mau baca. Nangis banget pas tau ada yang komen huaaa ... Rasanya masih nggak nyangka. Seneng banget makasih buat kalian yang udah dukung dan mampir ke lapak Cia:)

(づ ̄ ³ ̄)づ ♥♥♥

Continue Reading

You'll Also Like

2M 205K 46
❝𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚-𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐮𝐤𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚.❞ [Follow sebelum membaca] 1 in #pangeran...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
251K 17K 38
"Yakali manusia kembaran dugong macem dia jadi suami gue."
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...