ALFA

By uchihacia

6.4M 93.2K 3.3K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... More

PROLOG
1. AWAL KESIALAN
2. LION GENG
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
6. MANTRA ATAU SIHIR CINTA?
8. FALLING IN LOVE

7. KETAHUAN

132K 7.7K 150
By uchihacia

Stop Comparing Your Self With Other People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Ciee, update lagi nih semangat bacanya ya nanti kalau nemu typo tandai aja biar Cia langsung benerin. Love you😘

Jangan lupa kasih vote juga karena 1 bintang mu adalah SEMANGATKUUUU!

HAPPY READING ( ˘ ³˘)♥

Sudah lima belas menit sejak Alfa menyuruhnya keluar dari UKS namun sampai sekarang laki-laki itu tak kunjung keluar. Apa terjadi sesuatu, atau jangan-jangan dia itu sedang berbuat hal yang buruk pada sahabatnya?

Tanpa berpikir panjang Raras segera berdiri. Ia berjalan dengan langkah lebar lalu begitu saja membuka pintu UKS amat kasar. Dan berapa terkejutnya ketika tidak sengaja melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Bola matanya membulat hampir keluar, belum lagi kedua kakinya yang terkunci rapat seperti lumpuh di tempat. Begitu juga dengan lidahnya yang terasa kelu tak mampu berbicara.

Raras memang sering melihat adegan seperti itu dalam Drakor yang tiap hari ia tonton namun, berbeda jika sekarang melihatnya secara langsung. Gila, sungguh gila ini live perdana dalam hidupnya.

Daebak!

Lain di tempat, Ervans yang saat itu tengah mencari buaya darat yang tiba-tiba lepas dirinya malah tidak sengaja melihat gebetannya sedang berdiri di UKS bak patung.

Ayang kenapa? batinnya curiga.

Tak ingin memperbanyak spekulasi dalam otaknya Ervans segera menghampiri. Setibanya di sana ekor matanya melirik mengikuti arah pandang sang gadis.

JANCOK!!

Ervans melotot tidak percaya. “Taikk, bisa-bisanya lo berdua mesum di sekolahan astaga!”

Cowok dengan seragam berantakan itu secepat kilat memeluk pacarnya erat. Mencegah agar Raras tidak terkontaminasi oleh perbuatan zina yang kedua orang di depannya lakukan.

Alfa menggeram kesal karena sadar kegiatannya diganggu oleh manusia menjengkelkan seperti Ervans. Ia menolehkan kepalanya ke belakang kemudian menghunus tajam ke arah Ervans.

“Anjing lo!”

“Mulutnya,” protes Gaby mencubit lengan Alfa.

“Dia yang mulai.”

“Gue lempar juga lo ke neraka,” kesal Ervans karna disalahkan. “Jelas-jelas lo berdua yang salah di sini.”

Alfa mendecih tidak peduli sedangkan Gaby menunduk malu. Sudah dua kali dirinya kepergok melalukan hal tidak sopan dan semua itu karena ulah brengsek Alfa. Parahnya lagi Raras ada di sana ikut melihatnya.

“Vans, bisa lepasin?” Raras mendongak, menatap laki-laki masih memeluknya erat.

Ervans mengusap lengan Raras pelan. “Serius?”

“Iya.”

“Iya apa, hm?” tanya Ervans menggoda.

“Iya, Yang.”

Mendengar suaranya sendiri kedua pipi Raras merona hebat, sedangkan Alfa mendecih jijik.

“Bucin lo, kambing!”

“Bodo daripada fakboy gak ada hasilnya cuih,” ledek Ervans lalu tertawa ngakak.

“Jangan mancing suasana deh sekarang masuk kelas gih,” titah Raras tak ingin menambah keributan.

“Iya sayang ku jangan marah-marah dong.” Ervans kemudian berbalik lalu menunjuk manusia tanpa dosa di belakangnya. “Ikut atau gue seret lo?”

Alfa memutar bola matanya malas tetapi tetap menurut namun, sebelum itu dirinya membisikkan sesuatu pada Gaby. Membuat gadis itu mendelik nyaris memekik.

“Pulang bareng atau gue culik?”

“Dasar cogil!”

Alfa tersenyum smirk kemudian berjalan keluar. Menunggu jam pulang sekolah dengan senyuman dan semangat membara.

“Gue butuh penjelasan Aretha Gaby.”

“Jir, gue lupa lo masih ada di sini shibal sekiya!!”

•••🦋•••

Hampir setengah jam mulut Gaby berbusa menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di ruang UKS pagi tadi. Namun bukannya paham kedua sahabatnya malah saling melempar senyum jail padanya.

Kugy— sahabatnya yang super duper cerewet itu tiba-tiba menggebrak meja kantin amat keras. Membuat seluruh orang di sana kaget termasuk dirinya dan Raras.

“SUMPAHHH LO BISA MENAKLUKKAN HATINYA SEORANG FAKBOY??”

“Gue juga mau kali dicium sama dia,” sambung Kugy sambil berbisik di telinga Gaby.

Raras berdecak, “Nggak usah teriak-teriak alay bat jadi orang.”

Kugy menyengir, “Excited, Ras.

Raras melengos, lalu kembali menyantap bakso di mangkoknya yang tinggal 2 biji. Namun tidak lama ia kembali mendongak saat merasa ada yang memperhatikannya.

Why? Ada cabe di gigi gue?”

Kugy menggeleng, “Lo berhutang sama kita berdua,” ujarnya merangkul Gaby yang duduk di sampingnya. “Benar kan By?

Gaby mengangkat bahunya acuh kemudian menatap Raras. “Lo ngutang?”

“Nggak mungkin anjir gue masih mampu bayar sendiri.”

Kugy mendengus melihat kesalahpahaman yang dirinya buat. “Woi lah maksudnya hutang penjelasan.”

“Kebiasaan tiap ngomong gak jelas,” dengus Gaby memilih menikmati makanannya.

“Salahin aja Raras.”

“Kok gue?” tanya Raras tidak terima.

“Emang lo cerita soal Ervans sama kita?”

“Ervans?” Kugy dan Gaby mengangguk barengan.

Kugy bersedekap dada menatap Raras serius. “Sejak kapan lo deket sama anak sebelah? Dan gimana ceritanya sampai lo bisa jadian sama Ervans?”

Mendengar itu Gaby tidak bisa menyembunyikan seringainya. Ia menatap orang di depannya lalu buka suara. “Jelasin dong.”

“Gue bentar lagi gila gasih? Iya inimah gue bentar lagi gila soalnya dipaksa cerita.” Raras sempat-sempatnya menghabiskan es tehnya dulu.

“Bacot bet anjir!” seru Gaby tak sabaran.

“Mulut lo kayak Alfa nyet kasar banget,” sindir Raras menatap Gaby tajam.

Gaby melotot tidak terima. Hendak membuka suara untuk membalasnya tetapi Kugy dengan cepat menggebrak meja membuatnya terlonjak.

“Lo bisa diem atau gue buat diem sampai pulang sekolah nanti?” ancam Kugy membuat Gaby menelan ludahnya kasar.

Meninggalkan Gaby yang sudah anteng Kugy mengalihkan antensinya. “Malah ikutan diem buruan jelasin.”

Raras mengangguk, “Gue kenal sama Ervans waktu di perpus. Dia bantuin gue ambil buku yang  ada di rak atas. Jadi ya gitu deh.”

“Gitu gimana jir?” tanya Gaby heran. “Lanjut gak usah sok alay.”

Kugy mengeram frustasi. “Bisa diem Gaby sayang?”

Gaby yang cemberut terpaksa diam meski terkadang ingin sekali protes. Mereka kembali melanjutkan acara interogasi kepada Raras.

“Pas kita ngobrol di perpus cukup lama Ervans tiba-tiba minta kontak gue duluan.”

“Terus lo kasih?” Gaby kembali membuka suara.

Raras mengangguk, “Iya, lagian cuma tukeran nomor doang apa salahnya?” tanyanya.

“Salah karena Ervans pasti—”

“By?”

Kali ini Kugy ingin sekali melempar Gaby ke dasar laut  karena jengkel pembicaraan mereka terus saja disela.

“Ngomong sekali lagi gue sumpal mulut lo pake softex!” ancam Kugy membuat Gaby meringis.

“Lanjut.” Raras mengangguk.

“Gue sama Ervans lanjut chattingan biasa. Belum lama sih baru tiga bulan terus Ervans nembak gue. Awalnya gue nolak soalnya gue belum siap cuma si Ervans ngebet banget pengen jadi cowok gue. Dia sempat nyakinin gue bahkan saat itu Ervans ada di depan rumah gue. Gila, mana tega gue nolak cowok langsung? Jadi mau gimana lagi ya akhirnya gue terima aja,” jelas Raras panjang lebar.

“Jadi sekarang hubungan lo sama Ervans udah Official? tanya Kugy.

Raras mengangguk malu. “Mungkin kalau dihitung dari awal kedekatan gue sama Ervans udah ada 4 bulan ini.”

“Dan lo baru cerita sekarang setelah 4 bulan lamanya? Anjir lo nganggap kita apa?”

“Nggak gitu juga sebenernya gue udah lama mau cerita cuma nyari waktu yang pas.”

“Halah lo cerita sekarang aja karena gue yang maksa coba kalau nggak?” cibir Kugy.

“Gue boleh ngomong belum? Gatel nih mulut sialan,” ujar Gaby tiba-tiba.

Kugy malah cengengesan tidak jelas. “Gue kira lo ngambek njir.”

Bibir Gaby mengerucut menatap Kugy amat kesal. “Gue takut di sumpal softex sama lo,” ujarnya.

“Astagfirullah, Gaby.” Raras dan Kugy serempak mengelus dada sabar.

“Jadi sekarang gue udah boleh ngomong?” tanya Gaby dengan wajah datar.

Raras terkekeh mendengarnya. “Udah seng ngomong apa?”

“Berarti lo kenal sama teman-temannya Ervans selama 3 itu?” tanya Gaby penasaran.

Kugy yang sedang mengunyah ciloknya pun menoleh menatap Gaby curiga. “Lo kepo sama Alfa?”

“Idih siapa juga yang kepo sama cogil kayak dia?”

•••🦋•••

Pelajaran Biologi yang berlangsung lebih dari dua jam itu membahas tentang Hereditas, dan sebentar lagi akan berakhir. Membuat semua murid kelas 12 IPA 2 mendadak gaduh, ciri khas anak sekolahan saat pelajaran akan segera selesai.

Pak Bambang—guru Biologi, sekaligus wali kelas 12 IPA 2 hanya bisa menggeleng pasrah melihat anak didiknya selalu ribut seperti itu.

“Tinggal sepuluh menit lagi sebelum bel ada yang ingin ditanyakan?” Pak Bambang melepas kacamatanya, kemudian menutup buku materinya pelan.

Semua murid menggeleng seperti biasa, kecuali satu murid yang duduk di kursi paling pojok kanan membuatnya tersenyum lebar. Jarang sekali ada yang mau bertanya, apalagi soal Biologi.

Risky— Cowok yang aslinya keren hanya saja tertutup oleh kecupuannya itu mengacungkan jarinya. Membuat teman-temannya mendelik tajam ke arahnya.

“Njir, tuh anak ngapain lagi sok cari muka di depan Pak Bambang? Udah tau gue mules pengen boker sialan,” omel Raras di sebelah Gaby yang belum bangun dari tidurnya.

“Paling cuma mau ngajak Pak Bambang mabar secara mereka berdua udah masuk Rank Elite. Gue jamin pertanyaan Risky nggak jauh-jauh dari ML.” Dirga teman sebangkunya Kugy ikut menyahut.

Kugy menjentikkan jarinya. “Setuju, Risky itu anak kesayangannya Pak Bambang kalau lagi mabar.”

Dirga mengangguk, “Gosipnya udah menyebar.”

“Serius?” Raras sedikit tidak percaya. “Masa gue baru tau Pak Bambang bisa main game kayak gitu?”

Pak Bambang tersenyum lebar pada murid paling pintar di kelasnya. “Pertanyaannya?”

Risky membenarkan letak kacamatanya sebentar lalu bersuara, membuat teman sekelasnya heboh di mejanya masing-masing.

“Perbedaan mRNA, tRNA, dan rRNA itu apa ya Pak? Saya masih bingung bedanya.”

Raras menendang kursi Dirga membuat sang empu hampir terjungkal ke depan. “Setan! Lo bilang tentang ML?”

Dirga meringis pelan. “Gue juga nggak tau kalau si Risky bakal belok.”

Kugy menoleh singkat ke arah Risky yang duduk di kursinya. “Gue kira cupu ternyata suhu, anjir!”

Pak Bambang kembali membuka buku keramatnya, menulis sesuatu di papan tulis yang semula bersih. Seluruh siswa-siswi pun angkat bicara, menanggapi dengan bergabai macam kalimat protes tidak terima.

“Anjir, PR lagi? Kalau kayak gini caranya otak gue lama-lama hancur Pak.” gerutu Dirga membuka kasar buku tulisnya.

“Jelasin aja pak jangan kasih PR kita pulang telat gapapa deh serius.”

“Setuju pak mending di jelasin aja daripada cape nulis kan?” Damar ikut memprotes.

“Bener, kasihan otak kecil saya. Bisa-bisa tambah kecil kalo rajin makan PR teross,” sambung Alvian tak mau kalah.

Kenzo selaku ketua kelas juga ikut memprotes tindakan guru yang selalu membuat pusing satu kelasnya. “Risky tadi minta penjelasan pak bukan minta PR.”

Pak Bambang yang wataknya tegas tetap menyelesaikan kegiatannya tanpa peduli ocehan di belakangnya. “Tidak ada alasan. Pokoknya besok pagi saya mau PR kalian sudah harus ada di meja saya. Titik!” 

Seluruh kelas pun hanya bisa pasrah dengan keadaan mereka. Sedangkan Gaby baru saja terbangun dari tidurnya, ia menggaruk sebelah pipinya yang memerah sambil memperhatikan sekitar.

“Ada yang gue lewatin?”

Raras berdecak kesal. “Makanya sekolah jangan kebanyakan ngebo sekarang tulis noh PR kesukaan lo.”

Gaby langsung menoleh ke depan lebih tepatnya ke arah papan tulis yang sudah kembali penuh dengan tulisan-tulisan tidak jelas guru yang paling membosankan menurutnya.

“Ah sial, si Bambang punya masalah apa sih heran gue?” Gaby mengikuti Raras di sampingnya yang terlihat tidak ikhlas menulis soal demi soal di buku tulisnya.

Lagian, siapa juga yang senang dengan pelajaran Biologi di jam terakhir? Orang pintar pun juga malas.

Kugy menoleh ke belakang sambil berbisik pada Gaby. “Ini gara-gara Risky. Dia dendam mungkin sama kita.”

“Maksudnya?” Gaby menaikkan sebelah alisnya tidak ngerti.

Raras menutup buku tulisnya setelah selesai menulis. “Dia tuh biang kerok yang bikin si Bambang ngasih kita PR.”

Mendengar itu dengan cepat Gaby menoleh ke arah Risky sambil mengacungkan jari tengahnya. “Fuck, you!”

Risky menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Salah gue apa?”

***

TBC

Ngejokes yukk coba tebak gajah apa yang baik??? Nanti yang bener dapat kolornya Bang Sat tapi ongkirnya bayar sendiri wkwkw...

Kata hari ini dari Bagas
“stalk mulu, demen?”

(」゚ロ゚)」

Sekian terima gaji wasalam~♡

Continue Reading

You'll Also Like

7.4K 316 10
"Gue pastiin lo bakalan angkat kaki dari sekolah ini" -Yafizzan savian altezza- "Gue gaakan takut sama kaka kelas kaya lo!" ...
20.2K 812 42
VIGOUR UNIVERSE Kenzi Lucas Leon ✔️✔️✔️ Andrew Gilang disarankan membaca Kenzi dan Lucas terlebih dahulu. ☆☆☆ Bagi Alsha, Leon adalah musuh, tapi kad...
16.6K 1.5K 55
⚠️FOLLOW AKUN AUTHOR DULU SEBELUM MEMBACA!! Zheana Alziya Jevosca, gadis malang yang tak tahu nasibnya harus dibawa kemana. Satu yang ia percaya, sem...
836K 11.8K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+