SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

1 - PRESENT
2 - PRESENT
3 - PAST
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
13 - PRESENT
14 - PAST
15 - PAST
16 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
30 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
41 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
59 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

63. PRESENT

21.7K 4.2K 1.1K
By an11ra


Duduk di salah satu restoran sambil menikmati dessert guna menghilangkan rasa pahit. Bukan pahit di lidahku tetapi di hatiku. Sebenarnya rambutku juga terasa ringan setelah melakukan perawatan di salon tadi, namun aku tetap butuh cokelat sepertinya. Mungkin semua orang sudah tahu bahwa mengkonsumsi cokelat dipercaya dapat membuatmu bahagia.

Berdasarkan penelitian, cokelat terutama cokelat hitam (dark chocolate) mampu merangsang produksi endorphin yaitu sebuah bahan kimia di otak yang menciptakan rasa senang. Ada pula kandungan serotonin dan antidepresan yang ada pada cokelat dapat meningkatkan mood seseorang.

Cokelat hitam juga mengandung bahan psikoaktif yang memberikan hasil rasa "baik" yaitu dengan adanya phenylethylamine, sebuah neuromodulator yang membantu mengatur suasana hati. Selain itu, Cokelat hitam juga mengandung konsentrasi antioksidan yang lebih tinggi yang dapat mengurangi peradangan, suatu kondisi yang terkait dengan timbulnya depresi.

Sebenarnya cokelat hanya salah satu makanan yang bisa menimbulkan efek bahagia. Ada banyak lagi makanan atau minuman yang bisa menggantikan cokelat walau tingkat efek kebahagiaan yang didapat pasti berbeda sesuai kadar zat yang dikandung makanan tersebut. Ada buah anggur, kopi, buah berry, yoghurt, telur, salmon, jeruk, apel, melon, mangga, jamur, alpukat, kenari, sayuran hijau, teh hijau, hingga pisang.

Walau menurutku, semua tergantung orangnya serta keadaan yang terjadi. Misalnya, orang yang tak suka apel maka tentu dia tidak akan bahagia walau makan apel. Orang yang kelaparan pasti bisa bahagia mendadak walau makan hanya dengan nasi dengan kerupuk sekalipun, benar tidak?

Kembali ke permasalahku, mungkin aku memang harus belajar menerima kenyataan. Tentu berat dan butuh waktu tapi apa boleh buat. Kalau dipikir-pikir keberadaanku disana juga malah menjadi sebab hilangnya lebih dari satu nyawa yaitu pelayan wanita itu yang aku lupa tanya siapa namanya lalu kemungkinan Mbok Sinem, Mbok Jum dan Ayu juga. Mengerikan jika korbannya bertambah banyak, bukan? Memang bukan aku yang membunuh tapi rasa bersalahnya itu... bertahan selama-lamanya di pikiran.

Jika disimpulkan maka :
Singasari I'm Coming! (In my dream)
Goodbye Singasari! (In the real world)

Tak aku sangka hidupku selucu dan se-absurd itu. Bercerita pada orang nanti dianggap berhalusinasi karena aku memang tidak punya bukti. Mengadu ke Pak Ustad kemungkinan aku akan di-rukiyah. Jika konsultasi ke Psikiater mungkin akan diberi nasehat hingga obat jika ternyata aku dirasa memerlukanya. Nah, bisa dipastikan hidupku tambah rumit jadi lebih baik aku bersabar dan berdoa saja.

Melirik jam di tanganku sesaat, masih setengah jam sebelum janjiku bertemu Tante Vina. Sebenarnya dulu beliau sering datang ke rumah karena Mama belajar membuat berbagai cake darinya. Namun, karena suaminya pindah tugas ke luar kota jadi putus hubungan terkait jarak. Kata Mama, Tante Vina kini tinggal di Jakarta jadi dia ingin bertemu denganku.

Tidak mungkin juga aku menolak bukan? Kadang sopan santun adalah hal yang tetap kita terapkan sebagai manusia yang beradab. Manusia juga makhluk sosial jadi menjalin hubungan yang baik dengan manusia lain memang kebutuhan. Selain ada yang berpendapat bahwa silahturahmi itu dapat juga membuka pintu rezeki seseorang.

Membuka situs belanja online karena aku bukan penyuka games, tidak mungkin aku bengong selama 1.800 detik bukan? Wasting time guys! Paling tidak sesuai intruksi Gubernur bahwa belanja adalah salah satu wujud bela negara karena bisa turut meningkatkan perkembangan UKM di Indonesia, kecuali benda yang kita beli adalah produk asing artinya bela negara orang lain.

Mencari model sepatu yang menarik dan cantik dipandang mata karena entah mengapa aku adalah pecinta sepatu dibandingkan tas. Seperti perempuan lain aku juga memiliki benda favorite untuk dikoleksi. Fokus pada gambar sepatu di ponselku membuatku serasa tuli akan hiruk-pikuk sekitar.

"Eheem... Malinda kan? Saya Panji, anaknya Ibu Vina," suara berat dan sebuah tangan terulur mengalihkan pandanganku pada layar ponsel.

Napasku tercekat tiba-tiba dan mataku tertambat pada tangan yang terulur itu tanpa berani mengangkat kepalaku guna menatap wajahnya. Sumpah, aku sangat takut... takut menerima kenyataan. Namun di sisi lain hatiku berharap akan terjadi keajaiban sehingga ada happy ending di hidupku.

Apa semesta belum selesai mempermainkan diriku? Tidak cukupkan usahaku, padahal aku sudah mencoba mengikhlaskan segalanya. Apa aku bukan manusia, tetapi tokoh novel time traveler? Maka wajar bila bertemu lagi dengan orang di masa lalu saat kembali ke masa depan sekalipun. Tapikan aku manusia... MA-NU-SIA.

Jantungku berdetak makin cepat namun napasku malah terasa lebih berat untuk dihela. Sumpah, aku ingin sekali mengangkat kepalaku untuk melihat apakah dia Panji yang sama... Panji yang aku cintai dan rindukan. Namun, aku takut... takut... sangat takut...

"Saya nggak salah orangkan? Kamu Malinda anaknya Tante Jani, benarkan?" suara itu kini terdengar ragu, mungkin dia heran karena aku tidak menatap bahkan menjawab pertanyaanya sejak tadi.

Memberanikan diri lalu mengangkat kepalaku perlahan hingga netra kami bertemu. Ada rasa sedih namun senang yang bercampur jadi satu. Hidupku lelucon ternyata. Rasanya ingin mengumpat tapi hanya bisa kulakukan dalam hati.

Mengulurkan tanganku untuk menjabat tangannya "Iya benar, saya Malinda," balasku pada Panji KW 3 ini.

Benar, dia ini jenis Panji KW 3 karena hanya namanya yang sama tetapi bukan wajahnya. Mungkin semacam dapat zonk saat belanja online karena penampakan barang aslinya ternyata tidak se-glowing gambarnya. Nasib... Nasib...

Namun, jangan juga salah paham, walaupun wajah Panji di hadapanku ini tidak sama dengan wajah Raden Panji Kenengkung tetapi aku pastikan dia ini masuk jajaran cowok tampan. Eh, Lebih cocok dikatakan dia ini cowok keren. Dengan badan cukup atletis dan rambut gondrong sebahu yang diikat sebagian membuat dia glowing dengan caranya sendiri.

Tipe-tipe bad boys yang jadi incaran ciwi-ciwi di dunia fiksi. Kalau ketua osis dikatakan tampan memang iya, paling tidak selama aku sekolah wajah mereka cukup wow meski masih ada yang lebih dari mereka. Sebaliknya, bilang onar di sekolah nyaris tak ada yang enak dipandang mata.

Apa aku salah masuk sekolah? Mungkin aku yang terlalu kepo jadi iseng membuktikan dan tentu di sekolah temanku yang lain hasilnya juga tidak jauh berbeda. Kesimpulan khusus untukku yaitu bad boys = tidak tampan. 1 : 100 sepertinya, sayangnya satunya ini ada di sekolah mana?

Mengamati penampilan Panji yang terkesan santai. Kemungkinan besar dia bukan eksekutif muda. Apa dia anggota band? Hmm, atau artis baru seperti teman sekolahku dulu yang izin 3 hari ternyata hanya jadi cameo selama 15 detik di sinetron. Aku bingung harus menangis atau tertawa.

Panji menarik kursi di hadapanku setelah prosesi jabat tangan yang singkat itu selesai, kemudian duduk santai "Saya kira salah orang, soalnya Bunda cuma kasih lihat foto kamu sekilas," ucapnya sambil tersenyum.

"Oh, saya malah nggak dikasih lihat foto kamu sama sekali," balasku seadanya karena sepertinya aku dijebak blind date saudara-saudara... Hadeeeh... 💯 untuk tebakan Kak Salma.

"Hahaha... tunggu sebentar!" ucapnya lagi setelah tertawa mungkin melihat mimik mukaku yang shock sejenak tadi, dia lalu mengambil ponsel dan mulai mengotak-atiknya sebentar.

Dahiku mengeryit memandangnya. Apa dia memang anggota band yang aku tidak kenal? Band indie mungkin? Atau dia malah influencer? Aneh saja karena beberapa perempuan terlihat mencuri pandang ke arah laki-laki yang kini sedang menelepon entah siapa itu? Kemungkinan aku yang kudet.

Laki-laku di hadapanku ini aku jamin tidak hanya cocok dibawa kondangan tetapi cocok dibawa kemana-mana. Tentu dengan syarat kau bukan jenis orang yang cemburuan saat pasanganmu menarik perhatian banyak lawan jenis. Tahu sendiri daya tarik orang 'keren' kadang melebihi orang 'tampan' sekalipun.

"Bun, ini orangnya. Ngomong sendiri aja yaa, ntar dia nggak percaya kalau Nji yang ngomong! Lagian ribet banget sih Bunda!" ucapnya lalu menyerahkan ponsel ke arahku "Lin, Bunda mau ngomong nih, video call biar kamu percaya akau bukan penculik yaa!"

Alisku naik satu mendengar ucapannya yang aneh. Memang siapa yang berpikir dia mau menculikku? Lagian ini orang PD banget. Kalau nggak mau dijodohin kan tinggal bilang. Aku ini ASN yang terjamin hidupnya, jadi nggak bakalan aku ngemis-ngemis sama cowok yaa. Never in a thousand years!

Apalagi hak dana pensiun belum dicabut sama pemerintah. Ada atau tidak ada suami, dipastikan hidupku tetap sejahtera. Apa mataku kelihatan berbinar-binar saat memandangnya? Perasaan nggak begitu, biasa aja. Memang tampan sih tetapi masih lebih tampan oppa yang aku tonton tadi malam... Iiiissshh.

Menerima ponsel itu lalu aku melihat wajah Tante Vina yang sudah sangat lama tidak aku lihat. Aku mengenalinya walau kini dia memakai hijab. "Apa kabar Tante?" ucapku segera sambil tersenyum... DEG, mampus... aku lupa mengucapkan salam!

"Lindaaa... Astaga kamu sudah besar sekarang. Aduuuuh... Tante kangen banget sama kamu. Maaf yaa Lin, tapi bisa kamu ikut sama Panji. Kita makan malam di rumah Tante yaa, tadinya Tante mau me time sama kamu aja tapi Om mau ketemu kamu juga. Teleponnya mendadak jadi yaa... maaf nggak keburu hubungin kamu. Tenang, walau wajah anak bungsu Tante agak nyeremin tapi dia bukan penjahat. Tante jamin kamu tetep sehat wal afiat sampe sini. Hmm, kalau nggak selamat sampai tujuan biarin Panji yang tangung jawab!" ucap Tante Vina panjang lebar.

"Eeehhh..." hanya kata itu yang keluar dari mulutku dan tentu agak menganga mendengar penjelasannya tadi. Sibuk berpikir untuk menjawab dengan cara bagaimana, namun posel yang kupegang tiba-tiba diambil oleh Panji.

"Wajah aku nggak nyeremin yaa! Kayaknya cuma Bunda yang menghina anak kandungnya sendiri! Panji tutup yaa!" ucapnya kesal kemudian mematikan hubungan video call tersebut. Kembali menatapku lalu berkata "Tenang aja, saya bukan orang jahat, kamu aman sama saya. Nggak usah gitu juga mukanya, tapi seperti kata Bunda tadi, saya bakalan tangung jawab kalau ada apa-apa sama kamu saat saya bawa kamu ke rumah."

"Haaahhh..." Jujur aku bingung harus berkomentar apa.

"Ck, Saya disuruh Bunda jemput kamu untuk bisa makan malam keluarga di rumah. Kamu ke sini naik apa?"

"Na__naik mobil!"

Melambai pada waiter dan meminta bill "Biar saya yang bawa mobil kamu!" ucapnya lalu mengeluarkan dompetnya.

"Eh, biar Linda yang bayar, saya juga tadi yang makan!" balasku lalu mengeluarkan dompet di tasku.

"Ck, saya cowok Malinda jadi jangan jatuhin harga diriku yaa!" balasnya lalu menyelesaikan pembayaran. Bangkit berdiri dari duduknya kemudian Panji mengulurkan tangan ke arahku.

"Haaah..." ucapku sambil bengong untuk kesekian kalinya, dia... dia nggak bermaksud menggandeng tanganku bukan?

"Kunci mobil!" pintanya yang otomatis menghempaskan prasangka konyolku tadi. Aiisshh... sialan bikin GR aja!

"Oh, iya... iya," ucapku kemudian menyerahkan kunci mobil padanya.

"Ayo!" ajaknya sambil berjalan ke luar restoran.

Berdiri lalu melangkah cepat untuk mensejajarinya "Kamu kesini tadi pakai apa?" tanyaku penasaran sekaligus berusaha mengalihkan pembicaraan.

Panji menengok ke arahku "Naik motor. Hmm... atau kamu mau aku bonceng pakai motor? Tapi mesti beli helm dulu karena tadi cuma bawa satu."

"Bukan... bukan gitu maksud Linda, tapi gimana motornya? Kalau kamu tinggal di sini artinya kamu mesti balik lagi. Mending Linda ikutin motor kamu aja. Jadi kamu nggak repot bolak-balik," ucapku buru-buru sambil mengeleng-gelengkan kepala. Iya kali nanti dikira cewek gatel karena pengen naik motor sama cowok yang nggak dikenal.

Tersenyum misterius memandangku "Tenang, biar motorku diambil Zein. Lagipula nggak mungkin kamu bisa ngikutin kalau aku udah naik motor!"

Mengabaikan siapa Zein yang dimaksud Panji barusan karena lebih penasaran dengan hal yang lain "Kamu pembalap? Aku kira kamu anak band!" tebakku sambil nyengir.

"Hahaha..." Panji tertawa walau tak menjawab pertanyaanku.

Berkendara dengan Panji tidak sebegitu canggung sebenarnya. Dia memang bukan orang yang supel dan mudah membuka obrolan tapi bukan juga tipe cowok dingin yang jutek. Tapi aku tetap berharap dia bukan orang yang sengaja dijodohkan denganku.

Dia tampan? Iya.

Dia baik? Sepertinya baik.

Dia dari keluarga yang baik? Pastinya.

Masalahnya, hatiku ini masih tidak jelas rasanya. Jika meminjam istilah anak zaman milenial maka aku ini termasuk 'magamon' alias manusia gagal move on. Tapi tolong jangan menghujatku karena kalian tidak akan pernah tahu rasanya kecuali jadi aku sebentar saja.

Hari sudah mulai gelap saat mobilku memasuki halaman rumah yang cukup besar dan tentu ada pos penjaga di bagian depan dengan petugas berseragam. Mereka sekilas mengangguk ke arah Panji. Keluar dari dalam mobil lalu mengekori langkah Panji memasuki rumah.

Apapun tujuan Mama atau Tante Vina dengan mempertemukanku dengan Panji tetapi aku tidak berani melawan lagi. Aku hanya harus menjalaninya saja hingga takdir menentukan kemana hubungan ini akan bermuara. Jika dia memang jodohku maka mau tidak mau aku harus menerimanya. Belajar mencintai pasanganku kelak sepenuh hati.

Jika ada yang bertanya siapa jodoh itu? Jodoh itu menurutku adalah orang yang mengucap ijab kobul di hadapan penghulu. Berharap saja, orang itu juga adalah orang yang kau cintai dan juga mencintaimu.

Pernikahan itu soal keberuntungan. cantik/tampan saja tidak cukup, kalau tidak mengapa banyak artis bercerai? Kaya saja tidak cukup, buktinya orang kaya bahkan miliader juga bisa bercerai? Pintar saja juga tidak cukup, karena banyak orang berpendidikan bercerai? Pada akhirnya butuh komitmen tingkat tinggi antara dua orang yang tidak bisa diteorikan tapi langsung dipraktekkan.

Ruang tamu dengan banyak kursi menyambutku. Kesanku terhadap rumah ini adalah bersih, rapi, dan cukup mewah. Bagaimana tidak mewah jika pemiliknya adalah orang dengan jabatan yang tidak main-main sepertinya.

Aku memang mengenal Tante Vina sebagai salah satu teman Mama dulu saat diriku masih berseragam putih abu-abu. Namun, hanya Tante Vina dan bukan keluarganya. Bisa dibilang aku tidak tahu apa-apa tentang dirinya kecuali bahwa dia jago membuat cake.

Apa lagi di masa itu, aku lebih menempel pada Papa dengan hobi menanamnya dibandingkan membantu Mama memasak. Walaupun memang sebagian besar cake berakhir di perutku. Mungkin aku saja yang kurang peduli sekitar. Dulu aku tidak tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang teman-teman Mama. Lagian bukan urusanku juga.

"Duduk Lin, Aku panggil Bunda dulu. Oh ya, kamu mau minum apa?" tanya Panji sambil berbalik badan ke arahku.

"Nggak perlu repot-repot, lagipula tadi habis minum," jawabku sopan.

"Iya sudah, santai aja dulu. Anggap rumah sendiri yaa, jangan sungkan-sungkan. Sumpah, mukamu tegang terus dari tadi!" ucap Panji bergurau.

"Masa sih?" balasku sambil nyengir walau membenarkannya dalam hati. Bayangkan, bagaimana tidak tegang jika aku tak hanya dijebak blind date tapi sekaligus juga pertemuan keluarga? Double kill!!!

"Duduk aja dulu, tunggu bentar!" ucap Panji lagi kemudian dia bergegas masuk ke ruang dalam rumahnya.

Melangkah perlahan untuk duduk di salah satu kursi terdekat yang tersedia. Namun, langkahku terhenti kala mataku tertuju pada foto keluarga yang terpajang di sisi kiri dinding. Saat memasuki rumah aku sadar siapa suami Tante Vina itu, dia pasti tentara yang punya posisi cukup tinggi karena ada petugas yang menjaga kediamannya.

Sepertinya anak Tante Vina juga mewarisi pekerjaan ayahnya. Paling tidak dua anaknya memakai seragam TNI dan hanya Panji yang hanya memakai jas formal. Mungkin dia ini adalah jenis anak bungsu yang melanggar tradisi keluarga. Ingin hidup bebas lepas sesuai kehendak hati. Lagian mana bisa gondrong saat jadi tentara? Kalau jadi polisi masih bisa jika kau bertugas di bagian reserse atau intel. Benar tidak?

Namun fokus mataku bukan pada Panji, melainkan hanya pada dia... dia yang memakai seragam hijau khas tentara angkatan darat. Berdiri gagah walau tanpa senyum yang menghiasi wajahnya. Orang itu memiliki wajah yang sama dengan pria yang selalu hadir dalam mimpiku serta terbayang di kepalaku saat aku sadar sekalipun. Apa-apaan ini!!!

Suara pintu terbuka membuatku otomatis menengok ke arah datangnya suara. Langkah kaki mendekat ke arahku, sebaliknya kakiku sendiri rasanya malah tertambat di lantai. Kini bukan hanya serupa dalam wujud foto, tetapi sudah berwujud manusia. Aduh Gusti anu Agung...

Walau dia tidak sedang memakai seragam kebesarannya tetapi auranya tetap terasa. Pandangan kami bertubrukan dan membuat dadaku sakit rasanya. Lama-lama aku bisa terkena penyakit gangguan fungsi jantung karena ternyata banyak "surprise" di hidupku.

Mengeryitkan dahinya sebelum berkata "Kamu___"

"Pa___Panji..." ucapku refleks dan agak terbata. Semoga aku tidak pingsan di hadapannya atau yang lebih parah yaitu berlari untuk memeluknya.

"Oh, Panji yang bawa kamu ke rumah? Temen? Gebetan? Pacar barunya?" tanyanya sambil menyeringai memandangku.

Tak bisa kutahan lagi, air mataku jatuh begitu saja bahkan badanku agak gemetar. Ini nyatakan? Kenyataan ternyata lebih menakutkan. Apakah hukumanku belum usai?

"Aduh... aduh... maaf saya tidak bermaksud menyakiti kamu. Saya hanya bercanda. Saya tahunya Panji pacaran sama Cyntia. Hmm... Saya sudah lama tidak pulang jadi... jadi sepertinya saya ketinggalan berita. Mungkin mereka sudah putus. Sekali lagi saya minta maaf," ucapnya merasa bersalah, mungkin juga shock karena melihatku yang tiba-tiba menangis.

Menghapus air mataku yang mengalir lalu berkata walau masih dengan suara tercekat "Ti__ Tidak apa-a__apa, saya hanya___" kata-kataku tak sanggup kulanjutkan.

Iya, aku berharap aku benar-benar tidak apa-apa dengan kenyataan yang harus kuhadapi ini. Tertawa dalam hati, ternyata kita memang tidak pernah bisa berjodoh. Jika benar Tante Vina dan Mama berniat menjodohkanku dengan Panji, artinya orang di hadapanku ini akan menjadi kakak iparku... KAKAK IPARKU!!!

Bisa kalian bayangkan betapa mengerikan takdir hidupku nantinya. Apa aku akan berperan dalam drama yang berjudul "Terjebak Cinta dengan Kakak Iparku Sendiri"??? Aarrrgggg... tidaaaaaaak teriakku dalam hati.

Bendera putih...

Bendera putih...

Bendera putih...

Aku butuh bendera putih sebagai tanda aku menyerah...

MENYERAH KALAH!!!

-------------- Bersambung -----------------

3 September 2021

-----------------------------------------------------

Mungkin ada yang penasaran kenapa aku sering menyertakan "pengetahuan atau teori" dalam ceritaku
Bahkan ada yang TERGANGGU

Jangan kira karena aku ingin menunjukkan bahwa author pemilik lapak ini PINTAR
(SALAAAAH!!!)

Jika tujuannya itu, aku pasti menunjukkan PERWUJUDAN / SIAPA AKU
Go public kayak Maudy Ayunda atau
Jerome Polin
yang kalian bisa lihat mukanya
Nah, sampai detik ini aku bakhan NGGAK PERNAH kasih link MEDIA SOSIAL atau minimal NAMAKU
diri-KU tetap abstrak tak terdeteksi

Alasanya :
Dulu ada yang pernah bilang "Apa sih novel itu? Isinya cuma cinta-cintaan. Nggak penting!"
Maka aku cuma ingin membuktikan bahwa "Novel itu tergantung siapa pembuatnya"
Aku ingin buat novel yang bukan hanya bikin pembacanya "bahagia" (banyak komedi di ceritaku) tetapi juga "tambah wawasan" (bukan hanya pelajaran hidup dari amanat novel tapi beneran ilmu pengetahuan)

Siapa bilang pengetahuan yang aku selipin itu TIDAK BERHUBUNGAN sama cerita???
(Semua catatan sejarah itu seputar Singasari, Kota Malang, Jakarta hingga Pulau Jawa. Kecuali aku selipin sejarah Suku Aztec, Maya, dan Inca baru NGGAK NYAMBUNG.
Pengetahuan juga masih relevant. Aku mau jelasih bahwa pikiran, sikap atau perilaku manusia bahkan yang absurd sekalipun kadang bisa dijelaskan secara ilmiah)

Teori kepanjangan???
(Iya memang teori itu panjang karena teori yang baik harus bisa menjawab "apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana". Kalau mau pendek yaa baca MEME)

Setiap Author itu punya gaya menulis yang beda-beda
- Ada yang 40% dialog berbahasa Inggris
- Ada yang nerangin detail pekerjaan tertentu dari tokoh
-Ada yang hobi pakai bahasa gaul
- Ada yang sisipin kata baku yang jarang diketahui orang
- Ada yang menyisipkan "riddle" di cerita
- Ada yang menyelipkan adegan 21++

Tapikan readers bisa memilih :
Kalo NYAMAN yaa STAY
Kalau TERGANGGU yaa OUT
Nggak perlu protes ini itu dengan berkedok SARAN
(Lagian yang minta dikasih SARAN & KRITIK di lapak lain)

Cerita tidak berkembang tanpa Kritik atau Saran itu NONSENSE
(Virus yang tidak ber-otak aja bisa mutasi apalagi manusia yang punya akal dan pikiran)

Aku sering bilang ingin
"Menulis Sesuka Hati"
(Nggak nyaman saat ada orang yang mencoba mengatur. Entah benar atau salah, percaya aja itu semua ada alasannya dan yang pasti aku sudah memikirkan konsekuensinya)

Aku merasa NGGAK KASIH KEWAJIBAN
- Bayar (❌)
- Follow account-Ku (❌)
- Vote cerita-Ku (❌)
- Follow media sosial-Ku (❌)
- Spam comments (❌)
- Sebarkan cerita ke teman atau media sosial kalian (❌)
- Masukin di reading list (❌)
- Minta Readers nggak BOSAN dan tetap di sini buat baca ceritaku (❌)

Pertanyaan-KU :
DIRIMU RUGI SEBELAH MANA?
APA HAK-MU PROTES GAYA NULIS-KU?

Lagian
Cerita lain yang isinya "esek-esek" dibaca dengan TEKUN tanpa PROTES,
Giliran dikasih cerita "baik-baik" malah PROTES dan nyuruh HAPUS

"Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"
(Diajak naikin derajat secara tak sadar malah NGGAK mau)
🤦

Kalaupun diri-Mu bukan Muslim, mungkin pengetahuan itu bisa berguna saat ngobrol santai sama gebetan, pacar atau calon mertua dll karena topik obrolan itu biasanya random.
Agak mustahil dirimu ditanyain
Jika sistem persamaan:
3a + 7b + c = 315 dan 4a + 10b + c = 420
Maka nilai a+b+c berapa hayoo?

Aku juga Reader jadi kadang NGGAK setuju ini itu tentang cerita yang aku baca
(Aku paling skip bagian tertentu atau kalau terlalu nggak nyaman yaa OUT.
Itu cara-Ku menghargai Author)

Penulis menulis apa yang ingin mereka tulis
Pembaca membaca apa yang ingin mereka baca


Continue Reading

You'll Also Like

632K 16.2K 15
Sebagian Part di hapus, untuk proses penerbitan. Baginya memahami isi dokumen dan memenangkan sebuah tender lebih mudah dibandingkan memahami dan mem...
815K 17.6K 11
PART TIDAK LENGKAP, DIHAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Untuk pembelian bisa ke shopee Lunar Books ya :) === Tak tega melihat seorang lelak...
882 214 25
Ketika usia Odira sudah menginjak tujuhbelas tahun, berbagai mimpi datang ketika dia tidur. Rangkaian mimpi menyeramkan tetapi tidak bisa dia ingat k...
689K 32.2K 44
"Anjing sekali everybody, yakali gue tidur langsung beda dunia" Bagaimana jadinya seorang Queena Selvi Dealova Kenward jiwa masa depan bertransmigras...