DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓

By rezamelissaa

95.3K 9.7K 1.4K

"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembal... More

| FOREWARD |
| Prologue |
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38- END!
Extra Chapter🔥
Destiny 1'Nuit.
Update

Part 24

1.7K 212 13
By rezamelissaa

‼️Jangan lupa Vote ya manteman‼️


*******

"Setelah melahirkan Jackson, Bae Aruem mengalami cacat ringan pasca melahirkan yang membuat dia harus vakum entertaint selama 2 tahun. Dan pada saat itu Jimin sudah berumur satu tahun."

"Setelah di nyatakan membaik dan mendapat izin dokter untuk kembali ke aktifitasnya, Aruem malah menghilang dari dunia hiburan alias berhenti begitu saja dan jadi sangat tertutup. Kehidupannya setelah melahirkan Jackson dan berbagi suami dengan Sora jelas menjadi tanda tanya masyarakat pada saat itu. Terlebih Aruem yang selalu menghindari awak media saat ditanya dan tampak bukan seperti Aruem yang masyarakat kenal sebelumnya."

"Beberapa tahun pun berlalu tanpa ada kabar berita yang bisa di petik oleh awak media soal Aruem dan keluarga nya. Tepatnya saat Yohan dan Do Han pulang dari perjalanan bisnis, dihari yang sama Aruem dikabarkan terjatuh dari tangga. Tubuhnya bersimbah darah."

"Tidak, Areum tidak meninggal saat itu juga Alisa. Beberapa hari di rumah sakit Aruem kritis. Sempat terdengar kalau Aruem sudah sadarkan diri, namun kuasa Tuhan hanya seperti angin berlalu. Tidak lama setelah Areum melihat Jackson, Aruem pun dinyatakan meninggal dunia."

"Dan kau tau, puncak nya adalah ketika Jackson tidak bisa menerima kematian Aruem dan malah menjadikan Sora sebagai tersangka kematian ibunya."

Alisa tidak bisa menahan keterkejutan akan fakta yang baru saja ia temukan. Tubuhnya ringan, tatapan kosong padahal yang ia pikirkan kian berat terasa. Pantas saja di pertemuan pertama Jackson beberapa waktu lalu, semua mengganjal dan menjadi teka teki untuk Alisa.

"Tapi bagaimana bisa? Tidak ada hubungannya dengan Ibu Sora bukan? seharusnya--"

"Jackson seperti itu karena ia melihat ibu mertuamu berada di ujung tangga lantai atas."

Tubuh Alisa mendadak lemas. "Oppa,"

"Dari hasil autopsi, tidak ada kejanggalan dari kematian Bae Aruem. Dia meninggal murni karna kecelakaan."

"Tapi kenapa?" Alisa sengaja menjeda. Ingatan nya kembali memikirkan sikap Jackson yang sama sekali tidak berminat sedikitpun berdamai dengan Sora. Padahal ....

"Semua karna perjodohan ini, Alisa." beritahu Taehyung jelas sambil mengusap-usap bahu adiknya.

Lama termangu, sungguh demi apapun Alisa tidak mengerti. Aoa karna perjodohan mereka yang sudah tergaris sejak dulu itu adalah penyebab malapetaka pun terjadi? Arrghhhh ....

"Aruem dan Yohan menikah atas dasar cinta. Sedangkan Sora?" Taehyung menghela nafas nya sesak. Ternyata kehidupan mereka kini bermula dari perjodohan tujuh sahabat dari kakek neneknya dulu. "Sora adalah anak dari salah satu para sahabat kakek nenek kita yang dijodohkan dengan Yohan."

"Oh, Ya Tuhan ...." kepala Alisa mendadak pusing memikirkan. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Bae Aruem saat itu."

"Aku juga." Taehyung pun ikut memijat keningnya yang tidak pusing. "Semua informasi tentang Aruem memang tidak lagi bisa ditemukan, satu pun. Kecuali statusnya menjadi mendiang istri pertama Yohan yang masih terpampang di internet."

"Siapa yang melakukan nya? apa ayah mertua?"

Dengan cepat Taehyung mengangguk. "Itu juga alasan kenapa Jackson disembunyikan ke London."

*******

Alisa mengunci lagi layar ponsel nya yang tampak tenang. Tidak ada notif apapun masuk. Pesan atau panggilan dari Jimin belum ada.

Apa dia sudah tiba di kantor?

Duduk di koridor menatap ke arah gerbang sekolah, Alisa sempat mengamati ke arah lapangan basket yang tentu saja ada Yeonjun disana. Kebetulah hari ini seluruh guru ada rapat mendadak, alhasil beberapa kelas tingkat 1 2 dan 3 memiliki jam kosong.

Puluhan siswi heboh menyoraki Yeonjun yang mempunyai skill bak dewa. Visual dan gerakannya dalam mencuri bola dari lawan, menggiring sampai berhasil memasukan kedalam ring dengan mulus adalah kegilaan para siswi tak terkalahkan.

Rambut hitam yang basah karna keringat, bibir merah dan porsi tubuh yang memuja benar-benar kelemahan para wanita. Yeonjun memang murid baru di sekolah Alisa. Tapi tidak dengan ketenaran nya. Bahkan hampir seluruh guru mengenal siapa itu Yeonjun--anak baru dengan paras dewa, dingin tapi ramah juga. Seperti itulah image Yeonjun di sekolah.

"Minum." Yeonjun menunjuk botol minum yang Alisa baringkan di atas paha nya. "Aku mau minum."

"Kenapa harus punyaku?" tolak Alisa sebenarnya. "Kau banyak mendapatkan minuman dari gadis-gadis disana." Alisa menoleh ke arah barat koridor, terlihat cukup banyak siswi yang berkerumun sedang menggigit jari, melambai-lambai ke arah Yeonjun, tersenyum mencuri perhatian dan saat Yeonjun menoleh ke arah mereka maka semuanya akan berteriak heboh bak pria yang kini berdiri di depan Alisa adalah artis terkenal seperti Bangstan.

"Aku mau nya punyamu." Yeonjun mengambil paksa botol minum kaca yang tutup nya berwarna ungu tersebut dari paha Alisa. "Air dari rumahmu lebih segar dari minuman mereka." sambungnya manipulasi.

Alisa jelas tau pria ini sedang mengada-ada. "Kebiasaan." gerutu Alisa kesal. For your information saja, Alisa itu tipikal orang yang tidak bisa berbagi dengan orang lain kecuali Jimin atau keluarga nya.

Bukan nya apa. Alisa tidak suka melanjutkan sesuatu yang sudah di campuri oleh orang lain. Seperti halnya kala Yeonjun belakangan ini sering kali meminta makanan Alisa, ingin minum dari botol Alisa padahal ada minuman Aera, Lyra dan bahkan pria itu sering mendapatkan makan dan minuman dari siswi-siswi yang menggilainya. Tapi tetap saja, Yeonjun kekeh hanya ingin merampas apa yang Alisa miliki.

"Sesama teman itu harus berbagi, cantik." Yeonjun menyentuh dagu Alisa dengan ujung tangan nya sambil mengerlingkan sebelah mata menggoda sang empu. Hal itu jelas menarik perhatian Lyra dan Aera yang sedari duduk di samping Alisa.

Kedua gadis cantik itu sedikit terkejut. Sebab kian hari Yeonjun tampak aneh dan semakin berani saja menggoda Alisa. Padahal Yeonjun sendiri tau kalau Alisa sudah bersuami. Oke, kalau sikap Yeonjun belakangan hanya di anggap bercandaan dalam berteman, tapi apa menggenggam tangan Alisa atau merangkul Alisa juga termasuk ke dalam bercandaan kepada teman?

Alisa langsung menepis tangan Yeonjun yang menyentuh dagu nya. "Apa kau hanya berteman denganku? Aera dan Lyra bukan temanmu begitu?"

"Tentu saja, kenapa tidak. Kalian kan temanku."

"Kalau begitu, ke depannya tolong minum air minumku saja." Lyra menyodorkan botol minum kaca miliknya ke hadapan Yeonjun.

Bersamaan dengan itu, Aera pun ikut menyodorkan beberapa bungkus stok cemilan yang ia simpan didalam tas kepada Yeonjun. "Hmm, makan makananku juga." katanya.

Yeonjun tergelak aneh melihat tingkah dua gadis itu.

"Wah, beruntung sekali kita berteman ya." sambil mengambil botol minum Lyra dan makanan dari tangan Aera.

Tapi, sedetik kemudian respond Aera yang terdengar seperti peringatan serat ketidaksukaannya jelas sudah menyinggung harga diri Yeonjun sebenarnya.

"Ya, kau memang beruntung menjadi teman kami, padahal sampai saat ini pun kami tidak ingin menambah teman lagi." sambil menjingkatkan kedua bahunya sama lantas Aera melanjutkan. "Kata orang, jika berteman dengan jumlah ganjil maka akan ada satu orang yang merasa tersisihkan. Sayangnya hal itu tidak terjadi untuk kami. Tapi Yeonjun-ah,--" Aera menghela nafas seolah menetralkan sedikit emosi yang ada di dalam dirinya kini. "Apa kau pernah melihat kami berbagi makanan? ah bukan, maksudku apa kau pernah melihat kami mencampuri Alisa?"

Jujur saja dari awal mendekati Alisa, Yeonjun sama sekali tidak suka bahkan sedikitpun dengan gadis yang satu ini. Aera selalu saja menjadi pelindung dan penghancur jalan-jalan yang sudah Yeonjun ciptakan untuk memasuki Alisa. Sial!

"Ma-maksudmu?"

"Ada apa denganmu? apa kau tertarik pada Alisa?" menyibakkan rambutnya kebelakang, gadis itu sontak berdiri dari duduknya. Hal yang membuat Alisa dan Lyra spontan menahan pergelangan tangan Aera. Dua gadis itu berusaha memperingati dan menenangkan. Sedangkan yang di ajak bicara hanya menatap kaku sambil mengeluarkan smirk liciknya begitu kilas.

"Shin Yeonjun, ku peringati kau!" tekan Aera dengan tegas. "Alisa sudah bersuami, dan aku tidak suka kalau kau terlalu berani dengan temanku."

"Bukankah itu berarti dia juga temanku?"

"Tidak!" tolak Aera sekilat angin. "Tidak sama sekali."

"Aera," Yeonjun menyentuh bahu Aera pelan. Mendekati gadis itu, Yeonjun sedikit merundukan tubuh tingginya menatap Aera yang hanya sebatas dada. "Aku tidak akan bersikap berlebihan dan mencampuri Alisa lagi, aku janji." sambil tersenyum menyakinkan.

Jujur saja, kalau Yeonjun bersikap seperti biasa pada awal-awal mereka berteman, mungkin Aera tidak akan sefrontal ini mengatakan ketidaksukaan nya. Tapi setelah memperhatikan beberapa hari ini sikap Yeonjun kian berbeda dari biasanya, bukan Aera saja yang berpikiran yang sama-- Lyra pun begitu.

Pria yang satu ini memang agak aneh sejak pertama kali mereka bertemu. Bahkan tidak ada angin dan hujan sekalipun, sikap Yeonjun lebih membingungkan dari ujian fisika dan sejarah yang soalnya disusun langsung oleh Mina Ssaem.

*******

Kini Alisa bersama dua sahabatnya itu sudah berada di kantin.

Mengingat jam istirahat kali ini terasa cepat terlewatkan, tiga haur itu pun memacu jalan begitu cepat mengisi kantin. Memesan beberapa makanan yang sangat ingin mereka makan siang ini, lalu memilih meja kosong yang letaknya paling depan. Yang mana tidak akan banyak murid-murid mau menempati.

Makan siang hari ini ada sup ikan pedas kesukaan Alisa dan dua porsi mie goreng yang jauh lebih pedas dari pada sup ikan untuk Lyra dan Aera. Pasti enak sekali. Bibir memerah, daun telinga memanas sambil menyeruput es jeruk adalah ritual yang paling tiga gadis cantik itu senangi.

Tapi apa yang terjadi? semangkuk sup ikan itu bahkan tampak tidak berhasil mengambil alih perhatian Alisa. Wajahnya tidak bersemangat sedikitpun. Sendok yang sedari tadi ia pegang hanya digunakan untuk mengacak-acak isi dalam mangkuk tanpa ada satu suapan pun masuk kedalam mulutnya.

"Alisa," Lyra memanggil teman nya yang tampak melamun itu.

Alisa tidak menjawab.

Dua gadis itu saling menatap. Sendok yang sedikit lagi sampai ke dalam mulut Alisa terhenti dan langsung dia turunkan ke atas piring. Menyentuh punggung Alisa sambil ia usap pelan Aera berdecak pelan, "Katakanlah Alisa. Aku tidak suka kalau kau jadi begini."

Alisa tersentak. Lamunannya pun buyar begitu usapan tangan Aera terasa hangat dan menekan di balik punggungnya. Tapi tidak ada yang tahu, ternyata dalam manik kosong itu sejak tadi Alisa berusaha menahan setetes air mata yang akan jatuh. Dan kini malah menetes tepat di depan perhatian kedua sahabatnya yang kini memperhatikan.

Buru-buru Alisa usap pipi nya. "A-apa? kalian bicara padaku?"

Lyra dan Aera serentak menghela nafas.

"Waeee? " Alisa menyentuh tangan Lyra dan Aera yang duduk di sebelahnya. "Jangan seperti ini. Aku tidak suka--"

"Aku yang lebih tidak suka kalau kau menyimpan bebanmu sendirian. Aku tidak bisa hanya jadi pengamat yang baik tanpa tahu apa yang harusnya aku amati."

"Iya Alisa." Lyra pun membenarkan. "Apa kau tidak sadar, sedikit saja perubahanmu sangat mengusik untuk kami. Terutama aku."

"Apa serumit dan seprivasi itu sampai kau tidak mau kami tahu apa yang kau ketahui?"

"Ae--"

"Tidak Alisa." Aera melayangkan tangan nya menghentikan ucapan Alisa. "Aku memang tidak memaksakan kau harus berbagi dengan kami. Tapi--" menjeda sebentar, Aera menggenggam tangan Alisa erat. "Tidakkah menurutmu menyimpan beban sendirian, beratnya akan terasa berkali-kali lipat?"

"Kami tidak menuntut setiap waktu atas apa yang kau rasakan harus kau katakan, tapi--" Lyra juga menjeda sebentar dan ikut meletakkan tangannya diatas tangan Aera yang menggenggam tangan Alisa. "Katakanlah untuk kali ini Alisa. Satu kalimat penjelas dari mu sudah akan menenangkan kami. Percayalah, aku hanya khawatir karna tidak tahu apa yang sedang kau rasakan."

"Ya! Kalian membuatku merasa bersalah." Alisa mengerang haru dengan manik berkaca-kaca menatap kedua sahabatnya. Suaranya bergetar tidak kuasa. Lantas ia tarik tangan Lyra dan Aera masuk kedalam kepelukan.

"Kita adalah keluarga mu, Alisa." Aera mengusap punggung Alisa lembut. "Kalau ada satu keluarga yang kesusahan, keluarga lain siap untuk membantu. Begitulah kerjasama dalam keluarga sesungguhnya."

Tidak kuasa, Alisa terisak mendengar ucapan Aera. Sungguh, Alisa bukan tidak mau menceritakan apa yang bersarang di benaknya kini. Hanya saja, kalau Alisa mulai menceritakan walau sepatah kata, maka semua yang berkaitan pun harus Alisa jelaskan juga. Jujur saja, semua ini berkaitan dan saling bersinggungan. Alisa hanya tidak ingin orang lain merasakan kerumitan masalah dalam rumah tangganya.

Apa lagi setelah semua ini, sudah sampai disini, Alisa berusaha keras untuk mengunci bibirnya di depan Lyra dan Aera. Benar apa yang Taehyung katakan, bagaimana hancurnya rumah tangga dan seberat apapun masalahnya, tidak berhak tangan lain mencampuri apa lagi berpendapat. Karna yang benar-benar akan memahami apa yang harus dilakukan adalah kita sendiri.

Tapi sampai saat ini Alisa sendiri belum paham apa yang harus ia lakukan. Usia dan minim nya pengalaman menuntut Alisa begitu keras memikirkan semuanya.

Seharusnya ia menjadi gadis biasa, bersenang-senang, menghabiskan masa dimana ia menjadi remaja yang penuh kenangan, dan menyusun banyak rencana untuk masa depan, tapi malah berakhir dengan kerumitan sebuah rumah tangga yang tidak seharusnya sejak dini Alisa rasakan.

Alisa pusing. Alisa tidak harus berbuat apa dan ia juga tidak mengerti tindakan yang bagaimana yang malah akan semakin memperumit keadaan. Sedangkan dirinya pun tidak bisa diam membiarkan semua berubah menjadi tanda tanya besar.

Arrghhh...

Alisa mengurai pelukannya. Menatap dua gadis yang ternyata ikut menangis juga sambil tersenyum hambar lalu mengucapkan ide konyolnya yang membuat Lyra dan Aera sontak mendorong kening Alisa keras.

"Haruskah kita bolos hari ini?" ucap Alisa begitu enteng.

*******

Di waktu yang sama, disini Jimin bersama Taehyung sudah duduk berhadapan di sebuah kafe tidak jauh dari kantor. Satu gelas americano dan teh hijau tersaji diatas meja untuk mereka.

Agaknya dua pria tampan itu baru saja selesai menyantap makan siang nya, dan sedang menghabiskan waktu dengan segelas minuman tambahan yang menemani, mengingat tadi keduanya serentak meminta waktu untuk membicarakan sesuatu.

Ya, Jimin mendatangi ruangan Taehyung dan mengatakan ada sesuatu yang ingin ia katakan. Tidak disangka-sangka, ternyata Taehyung pun memiliki hal yang sama. Alhasil disini lah mereka.

Menyeruput minuman dalam gelas kecil itu sedikit, lantas Jimin berdaham. Wajah tampan itu ia tekuk dalam keraguan. Niat memulai dan takut akan reaksi Taehyung membuat Jimin jadi ragu untuk bicara. Kedua maniknya sampai memejam dan tangan nya merepal mangambil keyakinan. Akankah semua berjalan sesuai yang Jimin inginkan?

"Soal tadi," Taehyung bicara terlebih dahulu. Spontan membuat Jimin menegak wajahnya dan menatap Taehyung serius. Sedangkan yang di tatap malah sama hal dengan Jimin kini--tampak ragu.

"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, Jim." sambung Taehyung sedang maniknya memejam keras sebentar.

Jimin menegak tubuhnya guna mengatur posisi duduk tegap. "Apa? katakan saja, Tae."

"Hanya saja--" lagi-lagi Taehyung ragu. Di alihkan nya pandangan menatap ke arah lain sambil menghembuskan nafas. Apa benar yang ia lakukan sekarang?

Taehyung ragu bukan karna takut tidak mendapat balasan dari Jimin. Tapi bagaimana kalau setelah apa yang ia tanyakan ini malah memberi kejelasan dari kerumitan yang ada dalam rumah tangga Alisa. Taehyung hanya takut masa depan sang adik yang jadi taruhan nya.

Kebahagiaan Alisa sangat berarti untuk nya. Sungguh!

"Kenapa?" Jimin pun di buat heran. "Apa yang sudah mengusik pikiranmu? katakan saja, hmm."

"Jimin,"

"Iya,"

"Kalau aku memintamu untuk memberitahuku kenapa Alisa harus hamil dan kenapa kehamilan Alisa adalah alasan rumah tangga kalian akan baik-baik saja, apa kau akan mau menceritakan nya?"

Jimin terdiam.

Taehyung pun memejam erat.

Di ambil nya tangkai gelas kecil itu lalu meneguk teh hijau yang berada di dalamnya hampir tandas. Dada Taehyung bergemuruh memaki. Kesal, emosi, ingin melampiaskannya tapi sekuat mungkin Taehyung redam dalam diam. Taehyung hanya takut jawaban Jimin adalah sebuah kejelasan untuk teka-teki rumah tangga adik nya.

"Apa Alisa menceritakan semuanya padamu?" suara Jimin melemah. Mata nya memanas. Dia juga tidak tahu apa yang harus ia katakan apa lagi yang akan ia lakukan. Jika tindakan nya menyakiti Alisa bisa menuntaskan semua dendam Jackson, jujur saja Jimin tidak bisa terima. Tapi, kalau bersama Alisa sedang semuanya berusaha ia pendam sendirian dalam keadaan tidak baik-baik saja, maka tidak akan ada kata bahagia yang selama ini Jimin coba temukan dalam hubungan nya bersama Alisa.

Taehyung menghela nafas sebentar guna memberi aba-aba pada dirinya sendiri, bahwa apa yang ia coba temukan dari jawaban Jimin adalah semata-mata untuk sang adik tercinta.

"Alasan kenapa hari itu aku di minta menjadi wali-nya kesekolah adalah karna masalah kalian." Taehyung memberitahu Jimin pasal Alisa beberapa hari yang lalu saat mendapat surat peringatan dari sekolah.

"Awalnya aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kalian. Bahkan tidak sedikitpun aku tahu kalau ada satu hal yang meneror ketenangan hidup adikku. Tapi dampaknya berhasil membuat dia tertekan, Jimin. Apakah memang sebesar dan serumit itu sampai Alisa juga tidak bisa mengambil keputusan membantumu menyelesaikan nya?"

Benar, Jimin setuju dengan ucapan Taehyung barusan. Bagaimana bisa Alisa membantunya, sedangkan selama ini Jimin berusaha menyembunyikan hal itu dari sang istri. Sekali lagi Jimin katakan, apa mungkin dia tega mengatakan kepada istrinya kalau dia akan menikahi wanita lain karna dulu pernah berjanji akan menghancurkan perjodohan konyol kakek nya itu sebagai ganti kalau Jackson akan berhenti menyumpahi ibu nya.

Yang benar saja. Bagaimana perasaan Alisa setelah Jimin memberitahukan hal tersebut?

Sedangkan mereka semua tahu pasti kalau kedua nya tidak akan bisa berpisah meski hal besar sekalipun terjadi kecuali--kecuali kalau mereka siap untuk menghancurkan masa depan keluarga mereka. Menghancurkan harapan dan kebahagiaan keluarganya.

Jimin mengangguk lemah. Sambil membuka satu kancing jas yang ia kenakan, Jimin menyandarkan punggung nya ke kuris kayu tersebut. "Aku tidak bisa memberitahu Alisa apa yang terjadi Tae."

"Tapi kenapa?"

"Itu akan mempengaruhi pikiran nya. Aku tidak mau Alisa stres dan berimbas pada kondisi rahimnya."

Taehyung tidak habis pikir. Sungguh! "Tapi kau lihat kan bagaimana adikku tertekan? dan tanpa kau beritahupun dia sudah memikul beban sendirian. Dia sedang mencoba mencaritahu nya, Jim."

"Alisa tidak akan mengetahui apa pun kalau bukan aku yang memberitahu semua nya."

"Soal Bae Aruem--" Taehyung merepalkan tangannya di atas meja. Dia menatap Jimin sedang maniknya memanas. "Alisa sudah tahu soal kematian ibu kandung Jackson."

Brakhh

Jimin langsung beranjak dari kursi dengan cepat dan menggebrak meja kayu itu kencang dengan tangan nya.

"A-apa katamu?" koreksi Jimin belum yakin.

"Alisa sudah tahu soal kematian Bae Aruem dan ibumu yang--"

"Itu semua tidak benar, Tae." Jimin langsung menyela. Demi apapun, Jimin tidak siap mendengar Taehyung mengucapkan kalimat yang sama seperti Jackson menyumpahi ibu nya selama ini. "Ini hanya kesalahpahaman. Jackson salah mengira soal ibuku yang menjadi saksi Ibu Aruem terjatuh dari tangga. Ibuku bukan--"

Taehyung langsung ikut berdiri dan menyentuh bahu Jimin menenangkan. "Apa aku menuduh ibumu?" koreksi Taehyung saat tahu pasti soal apa yang sedang Jimin pikirkan tentangnya. Jimin mengira kalau Taehyung akan menuduh Sora juga sebagai pembunuh Aruem dulu.

"Semua orang juga tahu kalau bukan Ibumu yang melakukannya Jim. Bae Aruem terjatuh memang murni kecelakaan. Dalam waktu yang tidak tepat Ibumu lah yang terjerat disana. Kita semua tidak tahu soal apa yang sebelumnya terjadi pada Nyonya Aruem sebelum kejadian. Tapi--" Taehyung sengaja menjeda. Tangan yang semula terletak menenangkan Jimin di kedua bahu itu Taehyung turunkan perlahan. "Kesedihan Jackson karna ibunya tidak mendapatkan kebahagian setelah kehadiran ibumu adalah alasan kenapa Ibu Sora jadi tersangka utama untuk Jackson. Dia menyimpan dendam atas ketidakadilan yang bertahun-tahun ditahan oleh ibunya, Jim."

Deg

Tubuh Jimin langsung lemah mendengar kalimat Taehyung barusan. Jimin terduduk pasrah ke kursi dengan mata memerah dan begetar menahan sesuatu yang hendak berlinangan.

Apa itu berarti semua kehancuran Bae Aruem memang karna ibunya?

Menggeleng lirih, Jimin kembali menatap Taehyung prustasi. "Tapi ibuku tidak salah Tae. Dia sama halnya seperti aku dan Alisa." Jimin berusaha memberitahukan bagaimana dulu posisi sang ibu walaupun ia tidak tahu persis apa yang sang ibu dulu rasakan. "Ibuku juga pasti terpaksa menerima perjodohan ini."

"Tapi Jackson tidak akan bisa paham soal itu Jim. Apa pun yang akan kita jelaskan padanya, tetap saja yang dia inginkan adalah kehancuran yang sama seperti yang Bae Aruem rasakan. Jackson ingin ibumu hancur lewat dirimu."

Benarkah?

Jimin terdiam lama memikirkan semua ucapan Taehyung yang ternyata sangat masuk akal. Jadi sebenarnya Jackson tahu kalau ibunya memang tidak bersalah? dan menyudutkan ibunya adalah cara Jackson ingin memberikan rasa sakit yang sama seperti yang Bae Aruem rasakan?

Jadi karna itukah Jackson meminta Jimin berjanji akan mengacaukan perjodohan dia dan calon istri kelak? dan bodohnya lagi, saat Jimin tidak tahu kalau hukuman menentang perjodohan tersebut adalah memusnahkan semua yang selama ini sudah lama di bangun, sampai akhirnya Jimin pun meng-iyakan apa yang Jackson inginkan. Sial!

Takdir semakim rumit karna kebodohan Jimin sendiri.

"OH SHITT!!"

Bugh

Satu pukulan keras melayang dari kepalan tangan Jimin ke atas meja. Beberapa pelayan yang melayani mereka dalam ruangan privasi itu langsung berserabut memastikan keadaan di dalam ruangan.

Bukan nya panik, Taehyung malah terlihat santai sampai-sampai bisa tersenyum ke arah para pelayan kafe yang di sewa khusus melayani mereka, lalu berucap, "Bukan masalah besar. Kalian boleh pergi." katanya.

Dan tidak banyak tanya, para pelayan kafe itu pun kembali keluar ruangan setelah menutup rapat pintu kayu tersebut seperti semula.

"Pantas saja bedebah itu membuatku berjanji akan mengacaukan perjodohan ini."

"Kau membuat janji dengan nya?"

"Iya." jawab Jimin marah. "Dia membuatku berjanji akan menikahi gadis yang akan menjadi calon istriku, dan setelah itu aku harus menikahi wanita lain untuk mengacaukannya. Sialan!"

Seketika Taehyung bungkam seribu bahasa. Bibirnya terkunci rapat saat ingin mengucapkan suatu kalimat yang terasa berat sekali kini. Sungguh! kenapa takdir serumit ini.

Pikiran Taehyung melalang buana memikirkan nasib sang adik. Apa yang akan terjadi kalau Jimin tidak memenuhi janjinya? dan bagaimana pula keadaan sang adik kalau ia mengetahui alasan sebenarnya.

Kedua tangan Taehyung merepal kuat di atas meja. Urat-uratnya bersemburat keluar memendam emosi. Memikirkannya saja sudah menguras tenaga dan emosi Taehyung ingin menghabisi.

"Dan apa ini juga alasanmu ingin menikahi Hyejin?"

Detik itu juga Jimin langsung beralih menatap Taehyung cepat. "Taehyung-ah,"

"Jadi benar, kau tetap akan menikahi Shin Hyejin?"

[]

Continue Reading

You'll Also Like

57.2K 3.2K 13
[𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜! 𝙈𝙖𝙩𝙪𝙧𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙚𝙣𝙩 +²¹] Bagaimana jika seseorang pria dewasa berusia 28 tahun menikah dengan gadis remaja yang genap akan b...
45.9K 4.9K 47
Kisah seorang Mafia yang membeli wanita untuk membalas dendam. Namun, takdir membawa nya ke suatu kejadian yang membuat keduanya berada dalam situasi...
548K 35.9K 60
Kim Taehyung pengusaha tampan dengan segala pesona dan Hasrat sialannya. Mencari kenikmatan yang dia rasa tak pernah didapatkan. Bermain dengan wanit...
722K 67.4K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...