AXELION

By starlightlui

162K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 4 - Hukuman Pagi
Part 5 - Perjanjian
Part 6 - Hangover
Part 7 - Rumor [1]
Part 8 - Rumor [2]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 13 - Tamu Istimewa
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 24 - What If More Than Friend
Part 25 - The Truth
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 27 - Aku?
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak

Part 32 - Let's Dating

1.3K 95 14
By starlightlui

Victory High School, Jakarta Selatan, Indonesia 🇮🇩

           Udara pagi yang terasa sangat dingin masuk ke pori-pori kulitnya, membuat Lucya mengeratkan jas seragamnya dan bersidekap, meskipun begitu kedua kaki jenjangnya tetap merasa kedinginan, ia seharusnya membawa jaket agar bisa menutupi kedua kakinya sekarang yang ia dempetkan dengan erat atau mungkin dia seharusnya tidak datang sepagi ini.

Lucya memang tidak berniat masuk ke kelas karena ruang kelasnya belum ada satu murid pun dan bahkan lampunya belum menyala. Dia sedang tidak memiliki nyali sekarang, jadi disinilah dia, melamun di bangku taman sendirian, masih memikirkan tentang hal kemarin.

Seorang lelaki yang terlihat baru saja datang dengan ponsel di tangannya, menyadari keberadaan Lucya yang duduk sendirian— memunggunginya. Axelle memasukan ponselnya tersebut, tadinya ia berniat untuk menelpon Lucya, menanyakan jam berapa ia ke sekolah tapi ternyata gadis itu sudah duluan di sekolah.

"Pagi banget datangnya, janjian sama satpam sekolah kamu?"

"Astaga, ngagetin aja, kirain siapa," Lucya memegang dadanya sebentar. Axelle melangkah dan duduk di sebelah gadis itu dengan satu kakinya yang di pangku dan tangan kirinya yang ia letakan di atas sandaran kursi taman tersebut.

"Memang ngiranya siapa?"

"Robin," Jawab Lucya jahil sembari melirikan matanya untuk melihat reaksi Axelle yang sekarang sudah tidak mengenakan.

"Heh,"

Lucya menoleh dengan kedua alis terangkat, "What?"

"Kalian itu pernah dekat berapa lama, hah? Kamu pernah suka sama dia?"

"Wait... how do you know? I've never tell you about me and him," Kening Lucya mengerut menatap Axelle yang hanya mengedikkan kedua bahunya acuh, "Sarah, Hope, which one?"

"Kenapa jadi nanya balik? Jawab dulu pertanyaan yang tadi," Tuntut Axelle.

"Pernah suka atau enggak sama dia, bukan urusan kamu juga," Sinis Lucya lalu menatap lurus.

"Let's dating then."

Lucya yang mendengar tiga kata itu dengan jelas masuk ke telinganya, melotot lalu menolehkan kepalanya kepada Axelle yang menatapnya dengan minat. Dia tidak salah dengar kan?

"What?"

Axelle mengangguk dan memajukan wajahnya kedepan wajah gadis itu, menyisahkan beberapa meter, "Ayo pacaran, jadi aku bisa punya alasan buat cemburu dan urusan-urusan kamu, jadi urusan aku juga."

Lucya yang hanya terdiam dengan menahan sesuatu dalam dirinya yang ingin keluar pun, berdehem pelan, menahan ekspresi tenang nya jangan sampai ia salting, merona, atau menjerit kegirangan di depan lelaki itu.

"Kenapa?"

"Maksudnya?"

"Iya, kenapa ngajak pacaran? Kan kita udah di jodohin juga."

"Iya, berdasarkan keluarga kita. Tapi ini, berdasarkan perasaan aku ke kamu dan keinginan aku. Aku suka kamu, aku peduli sama kamu, aku nyaman sama kamu, bukan dikarenakan kita teman dan bukan karena kamu perempuan yang dikenalin ortu aku ke aku, tapi karena kamu cewek yang nabrak aku di pesta ulang tahun ketua Megantara waktu itu."

"Jadi, mau atau mau?" Tanya Axelle sembari menatap gadis itu dengan tatapan yang terlihat semangat. Sementara Lucya yang masih terdiam dengan terus menatap kedua iris cokelat milik lelaki itu pada detik keenam ia mengangguk pelan.

Axelle berdecak pelan, sedikit memundurkan wajahnya, tidak puas dengan tanggapan Lucya, "Ditanya itu di ja—,"

"Iya, mau, Axelle," Jawab Lucya dengan tenang, namun sebenarnya jantungnya sekarang tengah menggila.

Ujung bibir Axelle perlahan terangkat, membentuk senyuman yang kian mengembang dengan perasaan senang yang menggorotinya sekarang, "Tanggal dua puluh delapan, bulan oktober, tahun dua ribu dua puluh satu, tepatnya pada jam enam lewat sepuluh, bertempat di taman belakang Victory, Lucya Aretha resmi jadi pacar Axelion Alterio."

Lucya menatap lelaki itu yang tersenyum lebar kepadanya setelah mengucapkan narasi nya tadi dengan suara yang agak lantang, "Alay," Celetuk Lucya, membuat senyum lelaki itu pudar seketika, tidak percaya gadis itu baru saja mengatainya. Dan wait, Lucya tidak terlihat salah tingkah, merona atau apapun itu yang seharusnya terjadi setelah seseorang mengajaknya untuk pacaran.

Sekarang malah dengan santainya seolah tadi tidak ada yang terjadi, Lucya sudah berdiri dan membalikan badannya— bersiap untuk pergi dari situ, namun sebenarnya tanpa Axelle tahu, Lucya tengah menahan jeritan bahagianya sekarang.

"Sya! Kok tanggapannya gitu sih? Kok enggak baper sih, Sya?"

"Aku mau ke kelas, kamu jangan bolos, nanti ketemu lagi pas istirahat," Ucap Lucya tanpa menoleh pada Axelle, karena sekarang kedua pipinya sudah terasa panas dan bibirnya yang ingin tersenyum.

Axelle melongo ditempatnya, "Sya! Kurang romantis apa gimana? Lucya!" Tidak ada tanda-tanda Lucya akan berhenti dan meresponnya. Axelle terkekeh kecil menatap punggung gadis itu.

"Yaudah! Belajar yang benar, Sayang!" Langkah Lucya hampir saja terhenti mendengar seruan yang agak terdengar geli di telinganya namun mampu membuat jantungnya ingin copot ke tanah.

Axelle sialan! Batin Lucya lalu segera berlari pergi dari taman meninggalkan Axelle yang tertawa kecil masih ditempat duduknya.

***

"Perhatian semuanya! Tolong perhatiannya!" Suara lantang dari seorang lelaki yang baru saja masuk ke dalam kelas yang terlihat sedikit gaduh, karena tidak ada guru yang mengajar.

Semuanya pun memusatkan perhatian mereka pada Budi— sang ketua kelas, termasuk keenam lelaki yang juga sedari tadi tengah mengobrol seru.

"Sok iye lu, Budi!" Seru Putra dari bangkunya.

"Mau kabar gembira kagak lu, Put?" Tanya Budi yang masih berdiri di depan sana.

"Ga ah, gue enggak suka kulit manggis," Celetuk Putra membuat teman-temannya tertawa.

"Woy, Bud! Bilang tinggal bilang juga lo, cepetan! Bosen gue liat muka lo di depan," lontar Jibril kepada Budi.

"Jadi gini, ges, berhubung ada—," Ucapan Budi terhenti dikarenakan Axelle yang tiba-tiba saja berdiri dari duduknya dan membuka kancing jas seragamnya, sontak tatapan para murid di kelas tersebut jatuh padanya.

"Kenapa? Lanjut aja," Ucap Axelle menyadari bahwa tindakannya tersebut menarik perhatian sekelas. Ia melangkah untuk keluar dari kelas dengan santainya.

"Gue belum selesai ngomong. mau marah tapi takut idung gue dipatahin ama lo, Xel."

"Gue tau lo mau bilang kita free class, emang kerjaan lo jadi ketua kelas selain cuman rajin ngasih kabar soal free class, apa lagi?" Lalu setelah mengatakan kalimat demi kalimat tersebut, Axelle melanjutkan langkahnya untuk pergi dari sana.

"Lah iya, bener juga ya, gue kan ketua kelas nggak minat," Gumam Budi membenarkan.

Axelle melangkah keluar dari kelasnya tanpa memperdulikan teman-temannya yang bertanya kemana ia akan pergi. Entahlah, dia sendiri tidak tahu akan kemana. Menemui Lucya? Gadis itu pasti sedang ada kelas.

Axelle pun yang tadinya hendak belok ke kiri untuk pergi ke kantin berubah pikiran dan berbelok ke kanan. Berpikir untuk tidur sembari mendengar lagu di taman yang pastinya sepi, karena jika ia ke kantin, teman-temannya pasti akan berada disana dan merusuh.

Langkah Axelle memelan bersamaan dengan matanya yang menangkap siluet seorang gadis yang tengah melangkah sendiri ke arahnya. Gadis itu pun terlihat menatap Axelle saat jarak mereka yang kian dekat. Wajahnya terlihat sedikit terkejut saat mengetahui bahwa lelaki itu adalah Axelle dan gadis itu pun mempercepat langkahnya, melewati Axelle yang sengaja melangkah dengan pelan.

"Tiffany," panggil Axelle begitu Tiffany telah melewatinya. Namun begitu Tiffany tetap menghentikan langkahnya ketika suara Axelle mengudara. Axelle membalikan badannya, menatap mantannya itu yang masih memunggunginya— menunggu ia bersuara lagi.

"Lo baik?" Pertanyaan aneh bagi Tiffany, namun ia bergumam sembari menganggukkan kepalanya tanpa berniat membalikkan tubuhnya menghadap Axelle.

"Lo enggak mau ngeliat gue?"

Tiffany menggeleng.

"Gue mau liat lo."

Entah Tiffany yang memang penurut atau apa, ia membalikan tubuhnya, menatap Axelle dengan tatapan datarnya.

"Mungkin lo udah bosan sama kalimat ini, tapi gue minta maaf, tulus," Entah sudah ke berapa kali ia selalu meminta maaf pada Tiffany, yang jelas Axelle sendiri merasa dirinya sangat jahat mengingat saat Tiffany dan ia berpacaran. Perlakuannya pada Tiffany yang sangat cuek dan tidak perduli, serta alasannya memacari gadis cantik itu.

"Udah cukup acara minta maaf lo itu, gue udah ga perduli tentang lo dan masa lalu, sekarang kita orang asing. Dengan lo yang terus minta maaf ke gue, gue makin enggak bisa bener-bener lupain jahatnya lo ke gue dulu, Xel," Ucap Tiffany tanpa ekspresi Namun kata-katanya sangat menohok Axelle.

"Kalo gitu, ini terakhir kali gue minta maaf sama lo. Maafin gue, gue emang Brengsek dan lo sempurna, Tiffany. Jadi jangan salah pilih cowok lagi."

Tiffany mengangguk, "Gue duluan," Ucap Axelle lalu melangkah untuk meninggalkan Tiffany sampai beberapa kalimat keluar dari mulut gadis itu, "Axelle, cewek lo baik banget, jangan sampe dia salah pilih cowok kayak gue dulu."

***

Setelah satu jam berkutat dengan serius pada penjelasan guru biologi yang terasa membosankan, bel jam istirahat berbunyi membuat sang guru mengakhiri pertemuan mata pelajaran tersebut untuk hari ini.

Lucya yang sedari tadi menopang dagu pun menjatuhkan kepalanya di meja, matanya terasa berat karena semalam ia begadang demi marathon film Avengers yang telah berkali-kali ia tonton.

"Lus, ayo kantin," Ajak Hope yang sudah berdiri di sebelah kiri meja Lucya.

Toilet dulu ya, guys. Gue kebelet nih dari tadi, tapi enggak berani izin, si Bu Rara serem banget ngalahin bapak gue,"Sahut  Sarah kesal

Lucya yang masih bermalas-malasan hanya melirik Hope sebentar lalu berucap sambil menutup kedua matanya, "kalian duluan aja, masih mau ke loker dulu gue.

"Yaudah, ayo, Sar. Kita duluan ya, beb! byee!"

Lucya hanya bergumam menanggapi Hope lalu untuk sepuluh menit kedepan gadis itu memejamkan matanya masih dengan posisi awal, sementara kelasnya sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain dirinya.

Lucya mengangkat kepalanya melihat dua anak lelaki yang baru masuk, lalu masih dengan mata yang berat ia membereskan buku-bukunya dan keluar dari kelas untuk menuju tempat loker sebelum kakinya melangkah menuju kantin masih dengan tampang malasnya. Begitu sampai di kantin, matanya menangkap kedua temannya yang duduk di ujung sana, ia pun segera melangkah untuk menghampiri mereka.

Ketika ia akan duduk di sebelah Hope, matanya dengan Axelle tidak sengaja bertemu namun dengan cepat Lucya mengakhiri kontak mata mereka, "lo mau mesen apa?"

"Enggak ah, lagi enggak laper," Tanggap Lucya pada Sarah.

"Makan, Lus. Masih ada dua jam mapel loh, nanti perutnya nangis nangis minta makan enggak fokus belajar lagi," Omel Hope setelah menelan Spaghetti di dalam mulutnya.

Lucya menggeleng keukeh.

"Axelle mana sih Axelle, ini ceweknya enggak mau ma—," Lucya dengan cepat menutup mulut Sarah yang duduk di depan ia dan Hope.

"Bawel banget sih lo, Sar. Males gue ngantrinya ih," kesal Lucya.

"Yaudah, nih aaaa! Makan berdua aja," Hope menyodorkan spaghetti ke depan mulut Lucya lalu di detik selanjutnya Lucya menerima satu suapan mie tersebut sampai keempat suapan dari hope, namun ketika suapan lima akan mengudara, Putra datang dari belakang dan mendudukan dirinya di tengah- antara Lucya dan Hope membuat keduanya langsung menatap tajam ke lelaki itu yang malaj merangkulkan kedja lengannya pada leher Lucya dan Hope. "makan ga ngajak-ngajak nih," ucap putra. beberapa detik setelah Putra duduk di antara kedua Gadis itu, Axelle dan kelima sahabatnya muncul--mendudukan diri mereka di depån keliga godis itu dan putra.

"hai hai, para tuan putri," sapa Jibril lalu meminum lemon tea nya.

"rusuh banget lo pada kesini," tutur Sarah sambil mengunyah makanan dalam mulutnya.

"telen dulu itu makarna baru ngomong" uca Arnold membalas Sarah yang hanya menatapnya sinis dan sagera menelan makanannya.

"aciee ciee, benih-benih cintanya memang berbeda pasangan satu ini," Setelah mengatakan itu Jibril ikut mendapatkan tatapan sinis sarah yang membuatnya angkat tangan seketika.

"jangan gitu, Jibril. Sarah lagi dałam mode harimau betina," kata Hope memperingati.

Putra mengerutkan keningnya dan bertanya dengan polos, "apa maksudnya?"

Zayn berdecak, "yailah, itu aja lo ga ngerti. pantesan aja lo jomblo, ta."

keenam lelaki itu tertawa. "lagi datang moon dia," Jawab Arnold yang Salah mendapat pelototan dari Sarah.

ketika semuanya tertawa dan melanjutkan percakapan penuh jokes merek, Axelle menatap Lucya yang juga tenha menatapnya lalu tanpa suara bertanya, "mau makan?"

Lucya menggeleng, matanya menunjukan sisa piring makanan miliknya dan Hope tadi. Axelle tersenyum sembari mengangguk dan terus menatap lembut godis itu, terlihat sannat tulus tatapannya. Gibson sendiri yang tidak sengaja melihat tatapan Axelle itu tersenyum tipis. dia tau, Axelle jatuh cinta.

getaran ponsel yang ada di saku celana Axelle membuatnya harus menghentikan acara tatap-tatapannya dengan Lucya. nomor yang tidak di Kenal. tanpa berdiri dan menjauh untuk menerima panggilan tersebut, Axelle mengangkat panggilan itu dan,"halo?"

"halo?" Axelle mash tidak mendengar balasan dari lawan bicaranya sampai ketiga kalinya, akhirnya Axelle menutup panggilan tersebut dengan dahinya yang mengerut bingung. bukan hanya bingung, ia jadi curiga dan perasaannya tidak enak. tentu saja, ini sudah keempat kalinya ia mendapatkan panggilan tidak jelas seperti ini dari nomor yang sama. lucya yang daritadi memperhatikan ikut mengerut melihat Axelle. ia khawatir.

TO BE CONTINUED...

*

HALOWW🙋🏻‍♀️ masih ada yang nungguin cerita ini ga sih:( it's been so long aku ga lanjut cerita ini lagi, there's some personal problem yang buat aku jadi males dan ga ada inspirasi ngelanjutin lagi but here i am back with my Rangels boys and girls hehehe

thank you so much if you guys still wait for this story and thank you for new reader here!! I'll keep continue this story till the end and I'll back with another story as soon as possible!!☺️

**

Hope you guys like this part!!

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN!! Also Follow me if u haven't yet!

I'll see you guys very soon in the next part🫶🏻

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.7M 77.7K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
250K 23.7K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
303K 15K 32
Anna kaget saat dia membuka matanya, bukan nya berada disurga atau alam baka dan bertemu dengan ibu dan ayahnya yang telah meninggal, dia malah terba...