ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.2M 601K 48K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁5

195K 13.9K 794
By jerukminii

Bukankah sebuah tarian paling indah adalah ballerina?

Tarian ini begitu elegan. Tidak semua wanita bisa melakukan ini tanpa kemampuan—keahlian.

Bahkan, terlalu elegannya tarian ini. Terlalu membuat Asa naif untuk melakukan gerakan yang membahayakan dirinya.

"Kalo lo salah posisi! Lo bakalan terluka! Pelan aja puternya!" Itu intonasi dari pelatih Asa.

Putaran fouettés. Putaran indah yang dilakukan dalam 32 kali. Namun Asa, menggandakan putaran tersebut tanpa memberi jeda untuk berhenti.

Tempurung asa tidak mengarah pada gerakannya—hanya mengarah pada kalimat batin yang membuat ia meneteskan sebutir berlian.

'Hai tuan, saya terlalu jatuh dalam kebodohan anda. Membiarkan anda mengatakan—jalang—hal lancang pada saya. Tapi Saya begitu menikmatinya, dan sampai ada waktu saya memperlihatkan putaran fouettés, di mana gerakan ini akan melukai dan menyadarkan saya jika saya tidak berguna di mata anda. Tapi tuan,  saya butuh 4627, tuan.'

Bruk!

Tubuh Asa terbanting kuat ketika berbicara secara batin dengan emosionalnya. Sendi-sendinya seakan akan putus secara bersamaan. Sehingga mengakibatkan luka pada siku kanan.

"Lo gapapa?" Keci dan yang lain berlari ke arah Asa. Melihat bagaimana siku gadis itu memar—berdarah.

"Kasih gue kesempatan kalo gue bisa ngelakuin putaran ini," ujar Asa berusaha berdiri dan memohon kepada sang pelatih yang berdiri di sampingnya.

"Lo gila? Putaran fouettés cuma 32 kali dan lo gandain?" pekik sang pelatih.  "Duduk," sambungnya.

"Yang lain bisa latihan sendiri," pintanya membuat teman-teman Asa pergi untuk berlatih terkecuali kecil.

Sang pelatih itu membuka sepatu pointe milik Asa. Memperlihatkan bagaimana luka pada bagian ibu jari kaki Asa.

"Kalo lo gini terus, kaki lo bisa putus. Putaran keramat yang lo peranin." Sang pelatih menegur Asa untuk kesekian kali. Ini bukanlah yang pertama kali Asa melakukan Putaran fouettés.

"Bukankah itu lebih baik? Gue harus sempurna," timpal Asa yang bersikeras dengan tujuan perannya untuk melakukan Putaran fouettés.

"Nggak semua harus sempurna, Sa!" pekik Keci.

"Cukup jadi diri lo, plis," mohon Keci dengan raut sendu.

Asa terkekeh mengambil sepatunya kembali dari tangan sang pelatih. Memasang—menali dan kemudian berdiri.

"Tapi gue harus sempurna biar bisa disayang orang yang gue sayang, termasuk Brian." finishnya yang kemudian berjalan—bergabung kembali dengan yang lain.

Melakukan kembali Putaran fouettés tanpa memperhatikan atau sekadar mempedulikan luka pada sikunya.

Sang pelatih penasaran. Karena Asa akan bertindak bodoh jikalau ia terasa tersakiti. Tak ada tempat lain untuk membuang rasa sakitnya jikalau tak lain tempat pelampiasannya adalah tarian maut.

Bagaimana teman-teman Asa selalu memanggil Asa dengan angsa putih yang hilang kendali.

"Sa, berhenti. Gue khawatir. Tubuh Lo bener-bener enggak baik-baik saja,"  batin Kecil sembari melakukan gerakan yang umum pada tari ballet.

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Gadis ini mulai keluar dari ruangan. Berjalan tertatih-tatih melewati beberapa anak tangga untuk pergi sejenak ke toilet sekadar membasuh darah pada bagian siku. Tak hanya itu, ia juga memberi handsaplast pada ibu jari kakinya. Seusainya, ia mulai berganti pakaian.

Tetapi, sesuatu harus membuatnya terkejut setelah ia berganti dan hendak keluar dari toilet.

"Meong."

Asa berjongkok—menangkap tubuh kucing yang ia begitu kenal dan membawanya dalam gendongannya. "Kok bisa di sini!"

"Meong." Beebee menjilat pipi Asa. Itu Beebee. Kucing kesayangan Asa.

"Sama siapa ke sini? Pak Sopir? Kan Asa udah bilang kamu nunggu di kamar aja, Bee. Kalo entar kamu di sate sama para babi gimana? Kamu pasti loncat lagi masuk mobil diam-diam."

Beebee tidak menjawab pertanyaan Asa. Ia justru melompat dan berlari dengan ekor yang berdiri tegak. Itu melambangkan jika kucing sedang senang atau bahagia.

"Bee! Jangan nyusahin. Mau kema—Aw!" Asa tak sengaja menabrak sesuatu keras sedikit empuk, karena terlalu fokus dan takut kehilangan jejak Beebee.

Beebee begitu berharga untuk Asa.

Asa mendongak untuk melihat benda apa yang baru saja ia tabrak. "Lo ngapain sih!" cetusnya ketika dirinya tau apa yang baru saja ia tabrak tak lain adalah dada Brian.

"Jalan hati-hati. Diliat. Ada orang ato enggak, dasar bodoh." Brian mengusap-usap kening Asa dengan begitu lembut. Mengabaikan rasa bersalahnya sejenak untuk bisa berbincang tanpa canggung dengan lawan bicaranya sekarang; Asavella.

"Bacot, lu."

"Lo ya yang bawa Beebee!" tebak Asa asal.

Brian hanya menaik turunkan alisnya dua kali. Untuk menjawab pertanyaan Asa.

"Nyusahin banget sih. Beebee tuh, biarin di rumah. Biar nggak jadi buaya kek lu!"

"Dan lo ngapain sih di sini? Cari Jysa? Tempat Jysa tuh di tempat diskotik. Bukan di sini. Lo salah pakek google mapsnya." Asa pergi begitu saja sembari memanggil-manggil nama Beebee.

Sementara cowok itu? Ia menghela napas gusar. Berusaha menarik kedua ujung bibirnya ketika melihat Asa dan Beebee saling kejar mengejar.

"Kenapa nakal banget sih, Bee ..., capek tau ngejar kamu," keluh Asa yang berhasil menangkap Bee di luar gedung latihan.

"Udah tau kalo mengejar itu melelahkan. Tapi kenapa suka banget bikin anak orang ngejar-ngejar lo," sindir Brian yang langsung berdiri di depan Asa sembari mengusap-usap lembut bulu Beebee.

"Emang siapa suruh ngejar gue. Gue gapernah minta dikejar sama lo. Lo cuma anggep gue adek lo aja selama ini. Nggak lebih dan nggak kurang."

"Lo adek spesial buat gue. Spesial, Sa."

"Lo pikir gue martabak spesial pakai Mozarella gitu? Yang bisa lo tarik ulur perasaan gue? Lo cuma bilang gue spesial, spesial dan spesial. Tapi lo bisanya nyakitin gue. Dan segampangnya lo bilang gue jalang di depan anakonda lo! Itu yang di namakan spesial?"

"Gue salah."

"Iyah lo emang salah. Siapa yang bilang bener?" celetuk Asa.

"Soal tadi gue minta maaf ya, Sa. Gue salah."

Asa mendecak mengusap-usap perut Beebee. Mengalihkan netranya yang tak ingin terlalu lama menatap laki-laki dihadapannya. "Gue bingung sama lo, Bi. Otak lo tuh kenapa sih setelah operasi mata?"

"Gue terlalu gegabah,Sa. Gue terlalu bodoh."

"Iyah lo emang bodoh kalo udah ngebucin. Dan gue juga bodoh enggak bisa marah sama lo lama-lama, Bi." Asa memperjelas rumitnya perasaan yang membuatnya merasa terlalu lemah.

Asa menghela napas. Bertengkar dan memperpanjang masalah yang bisa ia kata sudah terjadi dengan Brian itu membuatnya akan semakin sakit. Apalagi tutur katanya yang begitu Asa ingat ketika semudah itu Brian mengatakan dirinya Jalang. Asa menghela napas kasar. Meletakkan Beebee di keranjang Sepeda.

"Gonceng gue." Asabellia mulai duduk digoncengan sepedanya. Sebab tidak ada yang berani lancang menyentuh Sepeda dan Beebee tanpa izin kecuali Brian Leonard.

Brian melihat gadis kecilnya itu sudah duduk. Sebenarnya Asa bukanlah gadis kecil. Namun di mata Brian Asa memang kecil dan pendek yang kiranya tinggi Asa 158cm. Laki-laki ini mulai melangkah dengan perasaan gusar sambil meraih punggung Asa sejenak untuk mengusap beralih mengacak-acak rambut Asa.

Ia pun mengambil alih sepeda Asa  yang diam-diam sempat ia bawa hanya untuk menjemput Asa tanpa berniat berganti pakaian terlebih dahulu. Padahal Brian hari ini ada latihan Basket.

Tak ada suara di antara mereka, ketika sepeda tersebut mulai digayuh oleh Brian. Roda mulai berputar perlahan-lahan.

Hampir lima menit tak ada suara yang memulai selama perjalanan menuju pulang.

Getaran ponsel dari saku celana Brian bergetar. Itu membuat atensi Brian untuk menghentikan lajunya.

"Siapa?" tanya Asa ketika Brian berhasil mengambil ponsel tersebut dari kedalaman saku yang tak ada satu meter.

Brian tidak menjawab. Ini tentu membuat rasa penasaran Asa meningkat. "Siapa sih?"

Brian seakan tidak tahu dan mulai mengendikan bahunya. Menekan tombol speaker dan mengarahkan ke pada Asa.

"Tai kucing! Kau kemana tai! Hari ini ada latihan basket, tai! Bangsat bener ya kau asik kencan sama Asa. Mentang-mentang yang lain jomblo ni bocah satu main pergi tanpa absen. Balik lo! Yang lain nungguin lo doang, tai! Lo kapten di basket ini, tai! Jangan bikin jiwa sikopat gue muncul jadiin lo lontong balap." Suara lantang yang membeo tanpa jeda penuh emosional itu membuat Asa menatap Brian.

"Besok."

"Wah emang tai ini orang satu!! Jangan Asem! Beneran minta di lontongin ni bocah! Izin bentar kek ama Asa."

"Asa nggak bolehin gue jauh darinya," dusta Brian yang sudah mulai dipelototin Asa.

"Ya ... memohonlah!" hardik dari yang diseberang sana.

"Kalo gue bilang besok. Besok. Lo tau kata besok?"

"Tapi loh wak, yang lain dah nunggu, nangis nih gue nunggu 1 jam yang ternyata elo lagi ama kucing elo."

"Asa lebih utama dibanding bola basket. Gue rela gue kalah buat cetak kemenangan. Tapi gue gamau kalah buat cetak dan luluhin Asa. Asa medali yang enggak bisa dibandingin sama medali manapun. Lo paham?" Brian mematikan panggilan tersebut untuk menyudahi. Melihat wajah Asa yang datar—diam tak bergeming.

"Apaan sih, gue nggak larang lo main basket. Emang gue Jysa?"

Brian mengangkat satu alis. "Yang penting gue bisa bolos."

"Lo kebanyakan bolos latihan basket semenjak pacaran sama Jysa.  Dan sekarang sama gue."

"Gue bolos karena waktu gue cuma pengen sama lo. Udah. Waktu gue sekarang dikit sama lo. Belum OSIS. Jadi OSIS yang nangani anak badung tuh gaenak."

"Alesan."

Brian merapikan anakan poni Asa yang sedikit berantakan. "Pasti lo ngira kalo tadi kakak lo yang telepon. Iyakan?"

Asa berdeham dan mengangguk. Ia tidak munafik. Asa hampir berburuk sangka kepada Brian.

"Bisa cemburu juga lo," ujar Brian terkekeh.

"Gini ya rasanya dicemburui sama jodoh," sambungnya.

Brian terkekeh kecil sembari menggeleng-geleng kepalanya. Ia tahu, Asa cemburu. Hingga pada akhirnya Brian mulai melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti.

Tetapi kedua tangan Asa berhasil mengejutkan Brian yang sedang fokus dengan mengayuh sepeda. Tanpa ragu, tangan gadis ini melingkar sempurna pada pinggang Brian.

Di sinilah suasana yang dingin berubah menjadi mencair.

Asa membuat punggung Brian menjadi sebuah sandaran. Brian bisa merasakan itu. Hingga Brian melepas tangan kiri dari setirnya dan memilih untuk mengusap-usap punggung tangan Asa.

Gadis itu merasakan usapan lembut tersebut dan membuatnya menghela napas panjang. Memeluk tubuh Brian begitu erat tanpa ada jeda untuk melepaskan.

                            ฅ^•ﻌ•^ฅ

Lihat, bagaimana sekarang kedua tangan gadis cantik berkulit susu itu tengah berberes merapikan kamar.

Memasukkan beberapa buku pinjaman yang harus ia kembalikan terlebih dahulu ke sekolah sebelum melakukan kelas online.

Ting

Itu suara notifikasi dari ponsel Asa. Segera ia mengambil—membaca notifikasi yang masuk. Ternyata itu dari Brian.

Segera ia membaca dan membalas.

--------------------
                               Chat

Bi🍊:
Hai,pagi nona
                                                              Sa🍁:
                                                               Ya?

Bi🍊:
Saya rasa, saya sedang merindukan anda.
                                                           

                                                            Sa🍁:  
Gausah sok indo deh.Kek biasa aja napa.Gue mau keluar.

Bi🍊:
Bukankah akan terlihat romantis, nona?
Saya tahu itu. Itu sebabnya saya sudah berada di depan rumah anda, nona.

                                                             Sa🍁:
                                          Romantispalalu
                                                       Ngapain?
Bi🍊:
Mengantarkan anda, nona.
                              
                                                             Sa🍁:
                   Gausah gue sama pak sopir.
                        And stop call me nona Bi.


Bi🍊:
Apakah anda sedang mencoba membuat saya cemburu, nona?
Bukankah dengan saya menaiki motor akan lebih kerasa romantisnya?
Why not? Haruskah saya memanggil anda, ratu?
                                                           Sa🍁: 
                                    Gue bisa gila kalo
                                         lo sok romantis
                                        dichat gini, plis!
                                   
Bi🍊:
Bukankah seperti ini yang anda mau nona? Seperti cerita fiksi. Hanya saja saya versi nyatanya.

Bi🍊:
Baiklah,nona. Jangan membuang waktu berhargamu. Mari kita bertemu dan membuang rindu.

Read    
-------------------------
Bukankah Brian terlalu tahu tentang gadisnya?

Sungguh benar-benar, cowok itu tidak memperhatikan bagaimana sekarang detak jantung Asa berdegup kencang dengan ponsel yang ia dekapkan pada dadanya.

Seakan-akan gadis itu tengah bertanya pada dirinya sendiri. Apa Brian benar-benar waras?

Hanya cowok itu saja yang mampu menyakiti dan membuat mencintai. Seakan kelabu bak awas tebal yang akan memberi hujan dan kemudian menghadirkan pelangi.

TBC.

Fyi, jangan lupa voment. Terimakasih sudah menyukai cerita ini. Tolong beri cinta kalian untuk cerita ini.

Gapapa gaada yang baca. Terima kasih buat diriku yang masih bertahan sampai sini♡

Continue Reading

You'll Also Like

177K 15.4K 38
Aku berhasil menulisnya ... Menulis kisahmu yang sangat sedih dan pilu ... Menulis semua diksi indah yang keluar dari mulutmu ... Menulis semua rasa...
12.6K 1K 12
Sangat sadar aku membenci cinta. Aku tak mempercayainya. Cinta bagiku semacam ajaran sesat yang mengotori pikiran manusia. Sedari kecil aku sudah di...
6.5M 695K 93
[SUDAH TERBIT + PART MASIH LENGKAP] "Ck! Gue bakal bikin lo nggak betah!" "Dan gue bakal tetep jagain lo." "Gue nggak bakal nurut sama lo, wlee!" ...
1.5K 356 21
Berawal dari suatu kejahatan hingga menuju ke suatu misteri yang harus diungkapkan, interwoven mengisahkan perjalanan beberapa karakter yang selalu d...