XABIRU [END]

By SiskaWdr10

49.3K 3.8K 599

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... More

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
06.Dia iblis pembunuh!
07.Jagoan sedang sakit
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
14.Si biang kerok menang
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
22.Satu-satu nanti cape Ra
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
33.Selamanya tetap pelanggar
34.Dari si pemberi luka
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
37.Biru, you are not alone.
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
45.Penikmat alur tengah
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

32.Dua pemeran yang buruk

555 64 52
By SiskaWdr10

32.Dua pemeran yang buruk

Terbaca dari raut wajahnya Rai tengah senang hati, Juna memejamkan mata beberapa saat sambil menghembusan nafas panjang.

"Juna lo udah hafal?" tanya Nara yang duduk sambil memakan keju batangan.

Juna yang memilih duduk di sebelah Rai mengangguk. "Semua orang pasti hafal UUD dari SD kali, na?" tanya balik Juna. Nara tersedak. Rai tertawa mengerti jalan pikir Nara.

"LO DOANG," ketus Nara yang dari semalam belum hafal.

"Lo belum hafal?" Juna bertanya sama sekali tidak bermaksud menyinggung.

"Masih besok lusa, gue bisa SKSM," ucap Nara enteng, bicara sambil menguyah dengan wajah mangsyulnya.

Rai menutup buku paket PPKN-nya seraya mengeryitkan alis. "SKSM itu metode ngapal apa, na?"

"Sistem kebut satu malam, gila lo ya na. Ga kasian sama otak? dari kelas satu kalo ada hafalan ngapilannya malem sebelum hamin 1 terus, tapi anehnya lo bisa hafal cepet," kata Juna keheranan.

"Kata ayah gue emang pinter Jun, tapi..."

"MALES," sekat Juna. Rai tertawa.

"Juna dari mana?" Rai mengalihkan topik agar Nara tidak bad mood jika membahas hal berbau malas.

"Balikin jaket biru," ucap Juna jujur.

"Biru? eh kenapa Juna pinjem jaket biru?"

Juna tersenyum tipis. "Kemarin saat biru dihukum pak Wendi ketinggalan di ruangannya, terus pak Wendi minta gue balikin," tentu kali ini jawaban Juna berbohong. Juna tetaplah laki-laki payah yang tidak berani mengakui jika ia menyukai Rai, ia hanya bisa menjaga Rai dalam diam dan memastikan kebahagian kecil hati Rai, semacam ini. Jika berkata jujur Rai pasti sakit hati.

Rai ber-oh sambil mengangguk.

"Ra."

"Iya, Jun?"

Ada keraguan di wajah Juna saat akan berucap. "Kenapa Jun?" tanya Rai mendesak.

"Oh itu tadi biru titip pesen ke gue, besok jam istirahat ke dua dia minta ketemuan berdua sama lo di rooftop," ucap Juna dengan gestur yang kembali kalem saat bibir Rai mengukir senyum semangat sebagai respon.

Telunjuk Rai mengarah ke diri sendiri. "Rai Jun?"

Kepala Juna mengangguk. "Rai yang ini?" tanya Rai lagi.

"Eh? Iya Ra," balas Juna sedikit bingung, apa tadi ia terlihat berbohong sampai Rai harus bertanya ulang.

"Raisa Putri Febrianto ini, Jun?" Rai memastikan sekali lagi. Nara menoleh kesal.

"Rai jangan sampe gue nikah sama ceye deh? orang iya elo!" sungut Nara. Juna tertawa kecil, Rai sendiri kegirangan.

Dipikiran Rai Xabiru akan seperti sebelumnya, penuh kejutan.

Semoga saja.

*****

Xabiru menepis kasar tangan Calvin dan Zergan yang telah menyeret dirinya ke gudang sekolah.

"Ga usah buang-buang waktu gue, ngapain?" ketus Xabiru, netranya hitam pekat tertutup kabut rasa dengki.

"Sejak kapan?" Zergan bertanya lebih dulu dengan nada dingin hingga Calvin merinding. Aneh, dua temannya kenapa bisa semenyeramkan ini?

"Jangan bertele-tele, yang jelas," Xabiru tidak paham arah ucapan Zergan.

"SEJAK KAPAN LO PAKE, ANJING!" bentak Zergan, rahangnya tambah mengeras.

"Gila ru, hal kaya gini bukan buat coba-coba. Lo sendiri yang ngajak janjian buat kita nggak terjerumus buat pake," ucap Calvin. Dia lebih tenang ketimbang Zergan.

Zergan mengatur nafas, coba untuk lebih rileks. "Lo berubah gara-gara ini ru? sengaja nggak bilang biar kita nggak ikut coba? siapa yang ngajak ru? kita tau lo nggak mungkin niat sendiri."

"Ngomong apaaan lo berdua?" Xabiru masih mengelak padahal ia paham arah obrolan dua temannya.

Calvin mengeluarkan suntikan bekas pakai di sakunya. "Ru jadi pecandu nggak akan dapet apa-apa, lo malah rugi fisik dan meteri."

"Rehab biru, berhenti pake sebelum lo bener-bener candu, tanpa kita kasih ceramah panjang lebar lo pasti lebih tau dampaknya kan?" tanya Zergan. Memaksa Xabiru.

"Jangan bilang yang sering lo lakuin di hotel sama Gess have fun pake ini?" Alis Calvin terangkat satu, curiga.

Suntikan di tangan Cavin Xabiru ambil paksa, tertawa hambar, menyeringai devil. "Kalau iya kenapa? terus gue harus nurut sama lo berdua, lo berdua siapa gue?"

Korneta mata Calvin pun Zergan membelalak tidak menyangka. "Bangsat, lo gila biru?" sengit Zergan dengan nafas menderu.

"Jujur ru, lo dihasut siapa?" tanya Calvin ingin tahu jelas.

"Urusan gue mau pake atau nggak, itu nggak ngeruguuiin ke lo berdua kan?" tanya Xabiru, kerutan kening tercetak di wajah datarnya.

Dua tangan Zergan menarik kerah seragam Xabiru, memberikan tatapan nyalang. "SADAR XABIRU, LO TEMEN GUE SAMA CALVIN! JELAS ITU NGERUGIIN JUGA BUAT KITA!"

Xabiru berdecih. "Emang gue pake duit dari lo berdua? nggak kan, jadi udah nggak usah sok ngerasa dirugiiin."

Cengkraman Zergan semakin erat di kerah seragam Xabiru, tidak menyangka ia akan menjawab hal demikian. "Lo anggap gue sama Calvin apaaan ru?" tanya Zergan tenang namun menusuk.

"Nggak lebih dari sekedar orang asing," jawab Xabiru dingin.

Kalimat itu berhasil menusuk hati Calvin, perteman mereka yang tulus hanya menjadi kata asing sekarang?

Melihat raut wajah Zergan yang semakin murka bibir Xabiru menyunggingkan seutas senyum kiri. "Uang gue ya hak gue mau dipake apapun, pecandu? kenapa nggak selagi gue punya duit yang nggak akan habis dari bokap," sarkasnya. "Ah satu lagi, sekalipun satu sekolah tau itu nggak akan ngerubah apapun dalam idup gue, gue anak pemilik sekolah ini----"

BHUAKG!

"SIAPA LO? LO BUKAN BIRU!" sentak Zergan pada Xabiru yang tersungkar di lantai. "SADAR BIRU!"

"GAN, GA USAH PAKE CARA KASAR!" balas Calvin coba mererai.

Jempol Xabiru mengusap darah di sudut bibir. "Ribet banget ngurusin idup gue, gak suka tinggal ngejauh. Gue mau ngelakuin semua yang gue mau tanpa larangan siapa pun." Bangkit dari posisinya. "Lo berdua mau ikutan juga pake?" tawa sumbang terdengar nyaring. "Mahal boss, nggak akan sampe. Batas lo berdua cuma sampe amer atau teh jus?"

BHUAGK!

Tubuh Xabiru terlpelanting ke dinding, tulang-tulang seakan remuk, mati rasa. Kobaran api membakar jiwa Zergan hingga hawa terasa dingin.

Darah di hidung Xabiru mengalir segar, aneh walau mulutnya berkata jahat tapi saat di lawan beringas oleh Zergan sekalipun Xabiru tidak melawan balik.

Calvin menarik tubuh Zergan dari belakang, terpaksa memberikan satu pukulan di perut. Nafas ketiganya nampak memburu. "TUJUAN KITA CUMA NANYA, GAN! BUKAN BIKIN BIRU MATI!"

"MULUT SI ANJING NGERENDAHIN KITA, VIN!"

"KARNA DIA BUKAN BIRU!" bentak Calvin, urat lehernya terlihat jelas.

Beberapa detik bola mata Zergan tertutup, mencari ke tentangan. Mencudah ke sisi tubuh Xabiru yang tergeletak lemah. "Oke, kita sekarang orang asing buat lo ru."

*******

Berjalan riang sambil bersenandung kecil, siapa yang mengira Rai anak kelas 3 SMA jika selucu sekarang?

"Biru pasti suka," ucap Rai lebih dari kata optimis pada nasi goreng buatannya. Menaiki anak tangga rooftop.

Menyicipitkan bola mata melihat pemandangan di depannya. "Eh biru duduk sama siapa? bukannya kata Juna sendiri?"

Di seberang sana Xabiru duduk tepi rooftop bersama Geisha dengan dua kaki yang bergelantung ke bawah. Asap rokok beberapa kali keluar di hidung dan mulut. "Korek ru," pinta Geisa lalu menyantelkan satu batang rokok ke mulutnya, Xabiru mengeluarkan dari saku.

Geisha tersenyum saat dengan sukarela Xabiru yang menghidupkan rokok di mulut Geisha menggunkan korek ditangannya. Asap keduanya mengepul ke atas.

Bahu Rai merosot, apa bahagianya hanya berangsur dari kelas sampai ambang pintu rooftop saja.

Langkah kaki Rai perlahan mendekati mereka berdua, asik mengobrol hingga seertinya tidak sadar jika dari arah belakang Rai datang.

"Seru gess, gue nyari mangsa baru lagi. Kalau bisa sih emang yang bener-bener polos, yang lebih gampang gue kibulin pake embel-embel pengorbanan lah," kata Xabiru pada Geisha yang terkekeh.

"Emang Rai nggak polos?" Xabiru menggeleng.

"Anaknya sok baik, aslinya di luar ekspetasi. Tapi yeahhh oke juga tu cewek, cakep dan bibirnya manis," ucap Xabiru membuat Rai yang ada di belakang membeku. "Asli sih dari cewek-cewek yang pernah gue icip cuma dia yang paling enak, beda aja rasanya. Yakin gue itu first kissnya, cewek kalau udah cinta semudah itu kasih apapun ke cowoknya? cih, rendah."

"Rendah tapi doyan," cibir Geisha. Xabiru tertawa dan mengangguk.

"Kalau dikasih kesempatan gue mau lebih dari sekedar bibir dia," asap keluar dari mulutnya. "Sekarang dia lagi bego-begonya ngejar gue, bikin cewek yang diidam-idamim satu sekolah tunduk sama gue itu seru abis, gila aja gess gue berhasil jadiin dia budak cinta."

"Najis, gue awalnya ngira lo pake hati beneran sama tu cewek," ucap Geisha santai.

"Nggak mungkin lah, lo liat mantan gue mana ada yang alim. Ga selera elah sama anak begitu, banyak pantengannya," Geisha tertawa oleh ucapan enteng Xabiru.

"Tobat lo udah tua juga," gurau Geisha.

"Nanti-nanti deh, gue masih seneng maenin perasaan."

"Kalau lo kena karma gue yang ketawa paling kenceng ru," cetus Geisha.

Xabiru berdecak. "Gabut amat setia sama satu cewek, lo kaya gak tau aja gue gampang bosen."

"Rai ... ah dia beneran nggak sadar kalau ini semua rencana lo ru? akting lo selema ini ga sia-sia, anjing?"

Kepala Xabiru menggeleng dengan senyuman kiri. "Cewek mau sepinter apapun kalau udah cinta kadang bego," ucap Xabiru diimbuhi suara tawa. Geisha membuang asap rokok ke atas, tertawa dan mengangguk setuju.

Kaki Rai terasa lemas dengan perut yang mual, sesak menjalar cepat bagai sengatan listrik. Senyum yang ia ukir lebar sirna tergantikan wajah tidak percaya, matanya mulai panas. "Biru..." lirih Rai memanggil, kedua orang itu menoleh terkejut.

Ujung batang rokok Xabiru ia gesekan ke dinding hingga padam, mendekati Rai dengan mimik panik. "Ra, dari tadi?" tanya Xabiru cemas.

Geisha ikut melakukan hal serupa, berharap Rai tidak mendengar. "Lo kenapa nggak manggil dari jauh?"

Dari raut wajah kecewa Rai dua orang itu dapat dengan mudah menyimpulkan. "Lo nggak denger apa-apa kan, Ra?" tanya Xabiru pada Rai yang pandangannya sudah kosong.

Benar, ia selama ini telah masuk perangkap Xabiru hingga jadi wanita bodoh.

"Gue sama biru bercanda aja kalau lo denger," imbuh Geisha coba meluruskan.

"Bercanda?" Rai bertanya kecut.

Secepat kilat Xabiru mengangguk. "Iya Ra, gak ada maksud apapun."

"Dari awal biru emang bercanda ya sama, Ra?" pertanyaan ini membuat Xabiru terdiam sekejap.

"Bukan itu Ra, tapi-----"

"Emang kan? dari awal biru cuma bercanda, Rai bukannya ketawa malah kebawa rasa," kata Rai tersenyum kiri.

Bola mata Xabiru saling lirik dengan Geisha. Wajah cemas keduanya hilang berganti seringai. "Bagus kalau lo sadar."

Tidak kedip Rai menatap sendu wajah Xabiru. "Dari kemarin-kemarin kan gue udah bilang, lo aja yang tuli," lanjut Xabiru berubah dingin.

Geisha meringis kasihan. "Yah kebongkar semua deh, padahal tadinya biru mau main-main lagi sama lo, eh bawa apaan Ra? duh kesukaan biru pasti? cewek sepinter lo gampang banget dikibulin."

Tatapan Rai beralih pada Geisha, menyerahkan kotak makan tersebut dan menunduk, berkata samar. "Ra nggak nyangka orang semanis Biru bisa bikin luka sepahit ini, padahal setiap malem biru selalu jadi harapan yang Ra semogakan ke Tuhan."

Wajah Rai yang tertutup rambut membuat dua anak nakal itu tidak tahu Rai menangis atau tidak.

Hening beberapa detik, terjawab saat isakan Rai terdengar samar.

Mata Geisha menatap Xabiru bingung, bertanya. "Nangis?" Xabiru mengangguk.

Saat telapak tangan Geisha akan menepak pundak Rai, kesiur angin kencang dari alam menerpa wajah mereka, bersamaan dengan itu kepala Rai mendongkak diriiringi tawa sumbang dengn intonasi tinggi, tangannya menyeka kasar bekas air mata di pipi lalu ia lipat di depan dada.

"Aduh itu kan yang kalian harepin dari saya?" tanya Rai dengan lekung senyum yang menakutkan. Bergantian menatap dua orang yang sekarang kebingungan.

"Seneng bisa ikut peran dalam permainan kamu biru, wah saya jadi peran utama nih? bayaran saya pasti paling gede," ucap Rai sarkas. "Sayang dong biru gess cuma figuran doang? yah kenapa sih, dia aktingnya masih kaku ya? butuh bimbel dari saya?" tangan Geisha terkepal kuat mendengar Rai yang kembali tertawa merendahkan.

Tangan Rai menyibak rambutnya yang sedikit berantakan terkena angin, memberikan tatapan misterius pada wajah Xabiru yang lebam, mendekat satu langkah menepak-nepak dada laki-laki di depannya itu dengan penuh energi, bersuara tenang namun menusuk. "Saya tidak selemah itu, bujang."

"Catet itu baik-baik," lanjut Rai menyeringai. Bergerak untuk pergi, baru tiga langkah ia kembali membalikan badan. "Ah one again, kalian dua pemeran yang buruk, alur pasaran," ucapnya sarkastik. Melanjutkan langkahnya sambil mengacungkan dua jari tengah tinggi-tinggi sampai tubuhnya hilang di tangga.

Geisha yang masih ternganga mendengus kesal. Respon itu jelas menampar keduanya.

"Tu satu cewek kenapa susah di tebak?" dengus Geisha benci. Xabiru menendang barang di sekitarnya.

Rai, dia bukan gadis biasa.

******

Guys cerita ini udh ku ketik sampe tamat, jadi jangan kemana-mana, sabar tunggu aku update yaakk◖⚆ᴥ⚆◗

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 51 1
⚠️BANYAK KATA" KASAR DAN ADEGAN KEKERASAN ⚠️ ⚠️KONFLIK SANGAT RINGAN ⚠️ ⚠️ Jangan menjadi pembaca gelap yah!!! Maka dari itu, Tolong tingal kan jejak...
44.9K 7.9K 68
"Selamat tinggal, cinta terindah!" "Peluk gue untuk terakhir kalinya," tangan Gara berusaha meraih Nada, tatapan penuh permohonan pun ia sorotkan. S...
64.1K 4.1K 54
[PROSES REVISI] welcome to my fictional world sedikit cerita seorang sagara dengan kehidupan sehari-hari nya yang bahagia tanpa ada musibah yang men...
6.6K 689 53
DO NOT Plagiarize MY STORY. *** "Hidup itu tentang bagaimana caranya agar kuat sendirian." - Nara Arxlyna Anastasia- Menceritakan tentang gadis yang...